-
I. KOMUNIKASI EFEKTIFA. Pengertian Komunikasi EfektifEfektif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti “ada efeknya” (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau “dapat membawa hasil; berhasil guna”. Kata efektif juga sering diartikan sebagai “mencapai sasaran yang diinginkan”.Dengan demikian, komunikasi efektif (effective communication) dapat diartikan sebagai “komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, seperti diterima, dipahami, mengubah persepsi, dan mengubah perilaku atau melakukan aksi”.Komunikasi efektif (effective communications) adalah komunikasi yang tepat sasaran, berhasil guna, atau mencapai tujuan menyampaikan informasi (to inform), mengibur (to entertain), atau membujuk (to persuade).Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi, pemikiran, dan perasaan antara orang-orang melalui pembicaraan (speaking), tulisan (writing), atau bahasa tubuh (body languange).Komunikasi dikatakan efektif jika informasi, pemikiran, atau pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik sehingga menciptakan kesamaan persepsi, mengubah perilaku, atau mendapatkan informasi (menjadi tahu/paham).B. Komponen Komunikasi Efektif1. Encoding
Komunikasi efektif diawali dengan encoding atau penetapan kode atau simbol yang memungkinkan pesan tersampaikan secara jelas dan dapat diterima serta dipahami dengan baik oleh komunikan (penerima pesan).2. Decoding
Decoding, komponen penting lainnya dalam komunikasi efektif, yaitu kemampuan penerima memahami pesan yang diterimanya. Karenanya, dalam komunikasi efektif, pemahaman tentang audiens sangat penting guna menentukan metode penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka.3. Konteks (Context)Konteks komunikasi yaitu konteks komunikasi yaitu ruang, tempat, dan kepada siapa kita melakukan komunikasi. Konteks komunikasi juga mengacu kepada level komunikasi –komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (grup), komunikasi organisasi, komunikasi massa.Konteks komunikasi mempertimbangkan usia, wilayah, jenis kelamin, dan kemampuan intelektual penerima pesan. Berkomunikasi dengan anak kecil tentu akan berbeda cara dan gaya bahasanya dengan berkomunikasi dengan orang dewasa.4. Bahasa Tubuh (Body Language)Bahasa tubuh –dikenal juga sebagai komunikasi nonverbal (nonverbal communication)– meliputi postur, posisi tangan dan lengan, kontak mata, dan ekspresi wajah. Bahasa tubuh yang konsisten dan sesuai dapat meningkatkan pengertian. Gerakan anggota badan harus sesuai dengan yang diucapkan. Bahasa tubuh terpenting adalah senyum dan kontak mata.5. Gangguan/Hambatan (Interference)Emosi bisa mengganggu terjadinya komunikasi efektif. Jika komunikator marah, kemampuannya mengirimkan pesan efektif mungkin berpengaruh negatif. Begitu juga jika komunikan dalam keadaan kecewa atau tidak setuju dengan komunikator, mungkin dia mendengar sesuatu yang berbeda.6. Pikiran Terbuka (Be Open – minded)Pikiran tebuka meurpakan komponen penting lain dalam komunikasi efektif. Jangan terburu menilai atau mengkritisi ucapan orang lain. Kita harus mengedepankan respek, menghargai pendapat atau pandangan orang lain, juga menujukkan empati dengan berusaha memahami situsai atau masalah dari perspektif orang lain.7. Mendengar Aktif (Active Listening)Menjadi pendengar yang baik dan aktif akan meningkatkan pemahaman atas pemikiran dan perasaan orang lain. Tunjukkan bahwa kita fokus mendengarkan ucapan orang lain, misalnya dengan menganggukkan kepala dan membuat “indikasi verbal” bahwa kita setuju dengan mengatakan misalnya : “oh…”. Jangan menginterupsi pembicaraan orang lain. Ini akan mengganggu kelancaran obrolan.8. Refleksi (Reflection)Pastikan bahwa kita mengerti ucapan orang lain dengan “konfirmasi”, yaitu meringkas pesan utama yang disampaikan orang lain. Kita bisa mengulang yang diucapkan orang lain, sekaligus “klarifikasi” bahwa maksud perkatannya “begini” dan “begitu”.C. Lima Kunci Komunikasi Efektif1. Smile! TersenyumSalah satu cara untuk membangun kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain adalah dengan menjalin hubungan baik secepat mungkin dengan mereka. Tersenyumlah dan gunakan kontak mata sebagai sinyal positif yang dapat Anda kirimkan ketika Anda memulai percakapan. Pastikan bahwa orang lain merasa bahwa Anda sangat senang bisa berbicara dengannya.Sangat penting untuk tahu topik terhangat yang bisa Anda diskusikan dengan orang tersebut. Untuk itu, selalu perbarui informasi Anda. Jika Anda memiliki banyak topik yang Anda dapat bicarakan, komunikasi akan berjalan dengan lebih mudah.2. Be Clear! Berbicara dengan jelasBicaralah dengan jelas ketika Anda berkomunikasi dengan orang lain. Cobalah untuk menghindari kebiasaan berbicara dengan suara terlalu kecil atau parau sehingga orang lain sulit menangkap maksud Anda. Cara terbaik untuk melatihnya adalah dengan merekam suara Anda saat berbicara. Lalu dengarkan kembali hasil rekaman itu dan putuskan apa yang seharusnya Anda ubah dari cara Anda bicara.3. Relax. Santai!Anda dapat menjadi komunikator yang baik jika Anda dapat berbicara dengan santai (rileks). Jika Anda gugup, Anda akan berbicara cepat sehingga sulit dipahami. Anda juga dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman karena kegugupan Anda.Hindari membungkukkan bahu, menampilkan wajah gelisah, atau menggerakkan anggota tubuh Anda yang lain saat berbicara. Orang yang Anda ajak bicara akan tahu bahwa Anda sedang gugup.4. Variatif. Jangan MonotonAnda tentu tidak ingin orang lain menjadi bosan saat berbicara dengan Anda. Anda dapat membuat mereka tertarik dengan menghindari berbicara dengan suara monoton. Anda dapat melakukan sedikit variasi dan mengubah volume saat Anda berkomunikasi.5. Dengar dan PahamiIngatlah, komunikasi adalah proses dua arah. Anda perlu mendengar dan memahami apa yang dikatakan orang lain jika Anda ingin berkomunikasi secara efektif dengan mereka. Orang lain juga akan kehilangan minat berbicara dengan Anda, jika Anda terus-menerus bicara dan tidak pernah mendengarkan mereka.*Komunikasi efektif terdiri dari dua istilah: komunikasi dan efektif. Komunikasi adalah proses menyampaikan atau berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui lisan, tulisan, atau bahasa tubuh.D. Komunikasi Efektif Formula 7C1. Completeness, Lengkap! Komunikasi harus lengkap. Menyampaikan semua fakta yang diperlukan oleh penerima. Dalam dunia jurnalistik, kelengkapan informasi dirumuskan dalam 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How).2. Conciseness, Ringkas! Menggunakan sesedikit mungkin kata-kata. Menghindari menggunakan kata-kata yang berlebihan dan tidak perlu. Pesan singkat lebih menarik dan mudah dipahami. Gunakan kalimat seefektif mungkin.3. Consideration, Penuh Pertimbangan! Memperhatikan sudut pandang orang lain, pola pikir, tingkat pendidikan, minat, kebutuha, kepentingan, dan emosinya.4. Clarity, Jelas! Menggunakan kata-kata yang tepat, bermakna tunggal, dan membingungkan atau menimbulkan persepsi lain.5. Concreteness, Nyata! Konkret memperkuat kepercayaan. Pesan konkret didukung fakta-fakta spesifik dan angka. Pesan konkret tidak disalahtafsirkan.6. Courtesy, Tata Krama! Ini soal cara penyampaian. Pesan disampaikan dengan tulus, sopan, bijak, reflektif, dan antusias, serta mempertimbangkan sudut pandang dan perasaan penerima pesan, termasuk menjaga perasaan dan respek terhadap penerima pesan.7. Correctness, Benar! Pesan yang disampaikan harus benar dari segi substansi dan tata bahasa, juga tepat dari sisi waktu dan sasaran. (Seven C’s of Effective Communication, managementstudyguide.com).E. Lima Hukum Komunikasi Efektif: REACHRumus lain yang ditawarkan para ahli adalah konsep REACH yang disebut “The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication”, yakni Respect, Empathy, Audible, Clear, dan Humble.1. Respect. Menghargai komunikan atau menjaga harga diri orang lain.2. Empathy. Kemampuan menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Ini diawali dengan kemampuan mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.3. Audible. Dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.4. Clarity . Pesan yang disampaikan jelas, tidak menimbulkan multiinterpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.5. Humble. Rendah hati, tidak angkuh atau arogan, tidak merasa “lebih” dari orang lain, termasuk di dalamnya tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, dan lemah-lembut.F. Hambatan Komunikasi Efektif1. Pesan tidak jelas dan menimbulkan tafsiran/persepsi lain.2. Cara penyampaian tidak tepat atau tidak disukasi komunikan.3. Komunikator dan komunikan tidak siap melakukan komunikasi.4. Hubungan antara komunikator dengan komunikan tidak baik.5. Berbicara terlalu lambat dan terlalu cepat (lisan) atau kalimat terlalu kompleks dan naskahnya panjang (tertulis).6. Terlalu sering muncul “gumaman” (intruding sound) dalam berbicara, seperti emmm, eeee, oooo, dsb. Gumaman akan menimbulkan persepsi, pembicara tidak menguasai materi pembicaraan. Wasalam. (www.komunikasipraktis.com).*G. Teknik Komunikasi EfektifKomunikasi efektif terdiri dari dua istilah: komunikasi dan efektif. Komunikasi adalah proses menyampaikan atau berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui lisan, tulisan, atau bahasa tubuh. Banyak tips diberikan para ahli komunikasi untuk melakukan komunikasi efektif, misalnya gunakan bahasa yang mudah dimengerti, bahasa tubuh yang sesuai, intonasi yang tepat, kontak mata, dan ekspresi wajah yang pas, termasuk menjadi pendengar yang aktif (active listening).1. Beberappa teknik dalam komunikasi :a. Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh.b. Berbicara dengan tegas, tidak berbelit-belitc. Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran lawan bicara.d. Menyampaikan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka.e. Sampaikan informasi dengan bahasa penerima informasi.f. Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal penerima informasig. Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya baru detailnya.h. Berikan contoh nyata, lebih baik jadikan anda sebagai model langsung.i. Sampaikan informasi dengah lembut, agar berkesan, membuat sadar dan menimbulkan kecemasan yang mencerahkan.j. Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi anda diterima. Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya.Secara sederhana, teknik berbicara di dalam komunikasi secara aktif dan efektif adalah sebagai berikut :- Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan
- Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik
- Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik
- Menghargai dan menghormati lawan bicara dengan baik
- Menganggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara
2. Teknik – Teknik Komunikasi Dalam Situasi Semi Formal – Formala. Informative Communication (Komunikasi Informatif)Informative communication adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen.Biasanya teknik informatif yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.Informative communication adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen.Biasanya teknik informative yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Kendatipun demikian teknik informatif ini dapat pula berlaku pada seseorang, seperti halnya kajian ilmu yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa, namun bersifat relatif, pasalnya pada kajian ilmu tertentu, sedikit banyak telah diketahui oleh mahasiswanya.Komunikasi informatif adalah jenis komunikasi yang bertujuan memberikan informasi atau penjelasan. Isi informasi itu sendiri bisa bersifat pemaparan pandangan misalnya penjelasan mengenai pelaksanaan otonomi daerah. Ada tiga hal yang harus diperhatikan agar komunikasi informatif ini dapat berhasil yaitu:1) Menarik perhatian;2) Mengusahakan agar komunikan bersedia menerima isi pesan:3) Komunikan bersedia menyimpan isi pesan.Fungsi informatif:Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.b. Persuasif Communication (Komunikasi Persuasif)Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen – komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.- Coersive/ Instruktive Communication (Komunikasi Bersifat Perintah)
Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Teknik ini bisa digunakan oleh atasan terhadap bawahannya yang menuntut adanya kedisiplinan kerja karyawannya.- Human Relation (Hubungan Manusia)
Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur approach).1) Pendekatan emosionalDalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara “mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.2) Pendekatan sosial budayaSalah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya- Teknik Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu.biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.- Faktor – faktor yang memengaruhi komunikasi persuasif dikatakan berhasil :
a. Sumber pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi; contohnya seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.b. Pesan itu sendiri (apakah masuk akal/ tidak)c. Pengaruh lingkungand. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut diulang – ulang)- Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannyaII. PRINSIP – PRINSIP BERBICARAA. Prinsip Berbicara EfektifBerbicara efektif prinsipnya adalah berbahasa seperlunya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu kita juga harus memperhatikan tata cara dan adat sopan santun yang berlaku di lingkungan masyarakat agar pembicaraannya dapat berjalan dan berlangsung dengan lancar. Agar dapat berbicara dengan efektif, kita perlu mengetahui prinsip-prinsipnya, diantaranya :1. Memberi kesempatan berbicara kepada lawan bicara2. Menatap bergantian secara sopan3. Berbicara secara jelas, mengerti dan jangan berbisik4. Menghayati pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikanBerbicara efektif hendaknya mengemukakan ide-ide, pandangan-pandangan pemikiran tentang bahan pembicaraan yang akan dibicarakan dalam bentuk tujuan-tujuan.1. Prinsip MotivasiPrinsip motivasi merupakan prinsip memberi dorongan untuk membangkitkan minat bicara terhadap seseorang, kelompok, dan umum. Sedangkan prinsip motivasi yang efektif adalah berbicara secara efektif yang dapat membangkitkan minat para pendengar. Jika para pendengar berminat atau mendengarkan pembicaraan, maka pembicaraan tersebut akan mendatangkan respon yang baik secara umpan balik (feedback). Berbicara dengan prinsip motivasi adalah sebagai berikut :a. Memberikan doronganBicara dengan memberikan dorongan yaitu dengan cara mengutarakan pentingnya bahan yang akan dibicarakanb. MenokohkanMenokohkan seseorang atau para pendengar menimbulkan rasa senang dan membesarkan hatinya.c. Dorongan ingin mengetahuiCara ini dipergunakan karena pada dasarnya setiap manusia itu selalu mempunyai dorongan ingin mengetahui baik yang menyangkut dirinya, maupun hal-hal lain.2. Prinsip PerhatianPrinsip perhatian adalah pemusatan pikiran pada suatu masalah atau objek tertentu. Agar para pendengar mau memperhatikan dengan baik, maka seorang pembicara harus mampu menarik perhatian, di antaranya :1. Hal – hal yang anehJika seorang pembicara dapat memberikan contoh-contoh yang aneh, amak pendengar akan terpukau perhatiannya dan timbul rasa ingin mendengarkan apa yang disampaikan pembicara.2. Hal – hal yang lucuHal – hal lucu juga akan menarik perhatian. Untuk mendapatkan hal-hal yang lucu seseorang harus menuntun terlebih dahulu jalan pikiran pendengarnya.3. Hal – hal yang mencolok (dominan)Cara ini dapat digunakan untuk menarik perhatian pendengar, pokok pembicaraan yang penting pengucapannya harus dilambatkan atau dikeraskan.4. Hal – hal yang sesuai dengan kebutuhanPendengar akan tertarik perhatiannya jika ada pembicaraan yang menyangkut kepentingannya dan kebutuhannya3. Prinsip KeinderaanDi dalam prinsip ini, berbicara efektif dapat dicapai jika menggunakan alat peraga yang lengkap. Alat peraga adalah alat bantu di dalam pelaksanaan bicara dengan prinsip keinderaan. Contoh alat peraga tersebut antara lain :- Over Head Projector (OHP)
OHP adalah proyektor yang dapat memantulkan tulisan atau gambar pada transparansi ke layar putih.- Film
Dalam memberikan ceramah dengan menggunakan film, hal yang penting adalah adanya diskusi dan mengambil kesimpulannya setelah film itu diputar.- Tape recorder
Tape recorder diputar sebagian, didiskusikan dan diambil kesimpulannya.4. Prinsip PengertianPrinsip pengertian mengatakan bahwa ada hal-hal yang mudah dipahami, mudah dihafalkan, atau mudah tertanam dalam pikiran seseorang. Dalam prinsip pengertian, pembicara harus memperhatikan hal – hal berikut ini:a. Uraian dari keseluruhan menuju bagian-bagian, kembali keseluruhanPenerapannya dalam praktek adalah mengutarakan pokok bahasan secara sistematis, setelah dijelaskan satu persatu pokok bahasannya. Setelah selesai menjelaskan pokok – pokok bahasannya baru dibuat ringkasan dan kemudian disimpulkan secara singkat.b. Uraian pembicaraan sistematis dan logisSistematis artinya uraian pembicaraan tidak menyimpang dari pokok bahasan dan urutannya harus logis. Maksudnya logis adalah uraian pokok bahasannya umum menuju yang khusus atau dari yang khusus menuju bahasan yang umum.c. Membuat ungkapan – ungkapan yang konkretUngkapan yang konkret tersebut antara lain dengan memberikan memo teknik (cara untuk menghapal), memberikan contohnya, memberikan ilustrasim memberikan suatu perbandingan, memberikan hal-hal yang berlawanan.5. Prinsip UlanganPrinsip ulangan menghendaki hal-hal yang perlu diulang, agar permasalahan lebih meresap ke dalam hati pendengar, sehingga permasalahan tersebut mudah diingat. Oleh karena itu, persiapan di dalam komunikasi lisan, sebagai berikut :a. Persiapan penyajian dan penutup pembicaraanPersiapanPersiapan dalam berbicara pada umumnya mencangkup masalah pengetahuan, sistematikanya (urutannya), tujuannya, tempat dan waktu.b. Penyajian materiDalam penyajian materi, hendaknya memuat tentang :1) Pendahuluana) Motivasi yang menarik perhatianb) Tujuannyac) Ruang lingkupnya2) Isi pembicaraanIsi pembicaraan merupakan bagian mengenai pembahasan masing – masing acara yang telah disebutkan di dalam ruang lingkup penyajian. Pembahasan yang disampaikan pembicara hendaknya jelas, menarik, lancar, tertuju dan mudah dipahami.3) Penutup pembicaraanDi dalam penutup hendaknya berisi atau memuat tentang ringkasan materi yang dibahas, memberikan motivasi kembali kepada para pendengar, memberikan harapan, saran-saran, ajakan, dsb.c. Sistematika penyajian dan penutup pembicaraanPendahuluan pembicaraan1) Motivasi yang menarikUsaha untuk menarik minat para pendengar adalah dengan cara mengemukakan pentingnya isi ceramah atau kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari atau untuk masa depan pendengar.2) Mengutarakan topik secara umumTopik yang dibicarakan harus dapat memberikan gambaran umum yang kemudian membicarakan permasalahan secara khusus.3) TujuanSelain berisi motivasi, isi pendahuluan hendaknya mengemukakan tentang maksud dan tujuan pembicaraannya.4) Ruang lingkupIsi pendahuluan harus mengemukakan ruang lingkup pembicaraannya yaitu batas-batas pembahasan yang akan dibicarakan.Isi PembicaraanSeorang komunikator dalam menguraikan isi dari suatu pembicaraan hendaknya :a) Lancar atau tidak ada gangguanb) Harus menarik perhatian pendengarc) Uraiannya harus jelas, mudah ditangkap, dimengerti dan dihayatid) Uraiannya darus mengesankan dan menggunakan alat peragae) Pembahasannya harus tertuju atau terarah kepada tujuanPenutup pembicaraanDi dalam penutup pembicaraan perlu dikemukakan hal-hal yang penting, yaitu ada ringkasan, motivasi, saran pembicara kepada pendengar, ucapan terima kasih dan minta maaf kepada para pendengar.d. Alat bantu dalam penyajian pembicaraanPembicaraan yang hanya disampaikan dengan kata-kata tanpa alat bantu peraga hasilnya diresapi pendengar sebesar ± 15%. Di dalam mempergunakan alat bantu seperti alat peraga, seorang pembicara harus menyiapkan hal-hal berikut :1) Gambar-gambar atau bagan-bagan yang ditulis pada karton manila2) Alat-alat peraga yang nyata atau alat peraga yang sebenarnya3) Alat peraga tiruan atau palsu4) Slide proyektor, film projektor, OHP, LCD, dsbe. Gaya bahasa penyajian dalam berbicaraGaya bahasa berbicara itu antara lain adalah sebagai berikut :1) Gerak-gerikAir muka dan gerakan badan, tangan, kepala, harus disesuaikan dan harus mengikuti isi pembicaraan. Gerak-gerik ini sebaiknya wajar saja dan jangan dibuat-buat.2) PakaianPakaian yang digunakan sebaiknya yang rapi, lengkap dan sopan. Pakaian rapi artinya mengenakan pakaian terlihat wajar, teratur, dan serasi. Pakaian lengkap artinya sesuai dengan apa semestinya. Pakaian yang sopan artinya pakaian yang pantas dipakai menurut etika berpakaian.3) Sikap jiwaSikap jiwa yang diperlukan seorang komunikator pada waktu berbicara adalah tegas dan jangan ragu-ragu. Hal ini diperlukan untuk menghilangkan kegugupan saat berbicara di depan umum.4) SuaraSuara dalam berbicara hendaknya jelas dan kata-katanya tepat. Di samping suaranya harus jelas juga jangan monoton (satu nada). Pada waktu bicara juga diharapkan suaranya cukup keras, jelas, bersemangat dan berirama.5) Pandangan jiwaPada waktu berbicara, pandangan mata harus menyeluruh dan cara melihatnya selalu berpindah-pindah. Pembicara tidak boleh grogi, sehingga pembicaraan dapat dilakukan dengan lancar.6) Sikap badanSikap badan pada waktu berbicara hendaknya tegak, tapi tidak kaku dan dapat terlihat dengan jelas oleh pendengarnya.III. TEKNIK MENDENGARKAN AKTIFMendengarkan merupakan suatu kegiatan memperhatikan dengan sebaik – baiknya dengan menggunakan indera pendengaran, sehinggga memahami maksud secara tepat dari pihak komunikator. Untuk mendengarkan dengan baik diperlukan konsentrasi yang tinggi dari pikiran agar dapat menangkap dan menginterpretasi berita atau pesan yang dikirim komunikan. Proses mendengarkan secara aktif dan efektif tidak hanya menggunakan indera pendengaran, tetapi perpaduan antara indera pendengaran dengan pikiran.A. Mendengarkan secara evaluatifKetika mendengarkan pembicaraan, pendengar berupaya mendengarkan sambil mengadakan evaluasi terhadap kata-kata yang diucapkan pembicara. Hasil penilaian ini disampaikan kembali kepada pembicara dalam berbagai macam bentuk, antara lain berupa: menolak, menyetujui (menyanggah atau mandukung isi pembicaraan).B. Mendengarkan secara proyektifPendengar berusaha memproyeksikan dirinya ke alam pikiran pembicara. Pendengar berusaha memahami pandangan dari pembicara sampai pembicaraan selesai dan pendengar memahami setiap arti kata dari pembicara. Cara mendengarkan yang aktif dan efektif, yaitu sebagai berikut :1. Dengarkan dengan penuh konsentrasi apa yang sedang dibicarakan2. Tangkap pesan-pesan penting atau inti pembicaraan3. Sebaiknya terlebih dahulu persiapkan alat tulis menulis untuk mencatat inti pembicaraan4. Bila pembicaraan terjadi secara langsung tanpa menggunakan media komunikasi, pendengar dapat langsung bertanya kepada pembicara perihal isi pembicaraan yang tidak dipahami (bila pembicaraan terjadi ketika rapat, tunggu sampai pada acara tanya, jawab).C. Pengertian, Tujuan Dan Macam Teknik Dasar Komunikasi KonselingSecara sederhana, keterampilan konselor untuk melakukan komunikasi dengan konseli saat proses konseling, bisa digambarkan dengan pemberian respon-respon fasilitatif yang bisa membantu tercapainya tujuan konseling. Respon-respon fasilitatif inilah yang biasa dikenal dengan sebutan Teknik Dasar Komunikasi dalam Konseling.Menurut Andriani (2009:4), teknik dasar komunikasi adalah teknik dasar yang dapat digunakan untuk membantu konselor dalam menggali perasaan-perasaan konseli baik dari tingkah laku verbal maupun non verbal sebagai usaha untuk memahami dirinya sendiri dan memahami perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya.Dari pengertian tersebut terkandung maksud bahwa teknik dasar komunikasi dalam konseling tidak hanya bersifat respon dan pengamatan verbal, namun juga bersifat non verbal. Teknik dasar komunikasi dalam konseling digunakan untuk membantu konseli, dengan melakukan pengamatan terhadap tingkah laku verbal maupun non verbalnya.Teknik dasar komunikasi dalam konseling itu sendiri merupakan sejumlah teknik yang perlu digunakan konselor dalam keseluruhan proses konseling. Teknik-teknik ini dimaksudkan untuk menuntun konselor supaya bisa melaksanakan konseling sesuai dengan landasan teori yang ada, mencegah konselor untuk melakukan kesalahan-kesalahan dalam konseling, mencegah konseli menyalahartikan proses konseling, dan tujuan akhirnya adalah mencapai tujuan konseling itu sendiri. Pada akhirnya, keseluruhan dari proses konseling diharapkan bisa membantu konseli untuk bisa tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri dalam kehidupannya.Secara lebih rinci, tujuan dari penggunaan teknik dasar komunikasi dalam konseling menurut Andriani (2009) adalah sebagai berikut.- Menunjukkan kemampuan konselor dalam memberikan tanggapan secara efektif, mengikuti atau menyesuaikan dengan apa yang disampaikan oleh konseli.
- Membantu konselor mengeksplorasi, menjelaskan, merumuskan masalah yang dihadapi konseli secara tepat dan efektif.
- Membantu konselor mengarahkan jalannya konseling.
- Membantu konselor untuk mengerti perasaan konseli dan dapat menunjukkan perasaan tersebut dengan kata-kata atau tindakan yang tepat.
- Membantu konseli untuk bisa lebih leluasa dalam mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dia keluarkan dalam konseling.
Dengan tujuan – tujuan seperti tersebut di atas, tujuan akhir dari penggunaan teknik dasar komunikasi dalam konseling adalah membantu konselor untuk bisa melakukan konseling secara profesional. Dengan menjalankan konseling secara profesional, maka tujuan konseling yang ditetapkan bersama konseli pun akan lebih mudah untuk dicapai. Teknik dasar komunikasi dalam konseling yang diterapkan dengan benar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dilakukan oleh konselor selama proses konseling.Fauzan, dkk., (2008) menjelaskan bahwa Teknik Dasar Komunikasi dalam konseling itu terbagi ke dalam beberapa 16 kategori, yaitu prakonseling, opening, acceptance, restatement, reflection of feeling, clarification, structuring, sharing of experience, lead, reassurance, silent, rejection, advice, confrontation, summarization, dan termination.- Prakonseling
Prakonseling adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan konseling, sebelum kegiatan konseling itu sendiri dilaksanakan.- Opening
Opening adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang dipergunakan oleh konselor untuk mengawali hubungan atau melakukan wawancara konseling yang sesungguhnya (Fauzan, 2008:26).- Acceptance
Acceptance adalah sebuah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang menunjukkan penerimaan konselor terhadap konseli. Berangkat dari sifat dasar konselor yang ditanamkan dari awal hubungan konseling, acceptance merupakan pola respon atau teknik yang digunakan untuk menanggapi apa yang diungkapkan oleh konseli. Pola respon menggunakan teknik acceptance mengisyaratkan bahwa konselor memperhatikan konseli dan memahami betul apa yang diungkapkannya (Fauzan, 2008:29).- Restatement
Restatement adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti pengulangan pernyataan konseli. Restatement berbentuk pola respons untuk menanggapi pembicaraan dengan cara mengulang atau menyatakan kembali sebagian kata-kata yang dianggap penting, yang telah diucapkan oleh konseli (Fauzan, 2008:30).- Reflecion of Feeling
Reflection of Feeling adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti pemantulan perasaan. Sesuai dengan artinya, maka teknik ini digunakan oleh konselor untuk menanggapi pembicaraan konseli dengan memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dalam pernyataan konseli (Fauzan, 2008:32).- Clarification
Clarification merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti penegasan pernyataan. Clarification dilakukan oleh konselor untuk menanggapi pembicaraan konseli dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan oleh konseli melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting (Fauzan, 2008:34).- Structuring
Structuring adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang dapat diartikan sebagai penataan atau pembatasan. Structuring merupakan teknik penginformasian atau penyepakatan akan perlunya diberikan batasan-batasan tertentu dalam proses konseling (Fauzan, 2008:35).- Sharing of Experience
Sharing of experience adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang menyatakan pemahaman dan penghayatan konselor terhadap kondisi konseli (Fauzan, 2008:37).- Lead
Lead secara luas adalah ungkapan verbal konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan pembicaraan konseli pada satu alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi bahasan konseling (Fauzan, 2008:40).- Reassurance
Reassurance adalah suatu teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti pemberian kata jaminan atau dukungan dari konselor kepada konseli. Pemberian kata jaminan atau ganjaran kepada konseli ini wajib dilakukan oleh konselor kepada konseli, kapanpun konseli menunjukkan kemajuan yang berarti baik sekedar perencanaan kognitif maupun kemajuan nyata dalam perubahan perilaku (Fauzan, 2008:43).- Silent
Silent adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang diciptakan oleh konselor dalam bentuk diam. Diam atau membiarkan keheningan berlangsung beberapa saat, diciptakan oleh konselor secara sengaja dengan beberapa tujuan tertentu (Fauzan, 2008:47).- Rejection
Rejection adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang bisa diartikan sebagai larangan. Secara lebih luas, larangan yang dimaksudkan adalah ungkapan konselor baik secara langung ataupun tersamar untuk melarang konseli melakukan suatu hal yang dianggap bisa merugikan diri konseli sendiri maupun pihak yang lainnya (Fauzan, 2008:51).- Advice
Advice adalah respons verbal konselor yang menunjukkan atau mengisyaratkan adanya pilihan, rencana, atau perbuatan yang memiliki peluang berhasil paling besar bagi konseli, dan paling efektif untuk dilakukan sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh konseli (Fauzan, 2008:53).- Confrontation
Confrontation adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang digunakan konselor untuk mendeskripsikan kesenjangan-kesenjangan, konflik-konflik, dan pesan-pesan bersilangan atau rancu dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku konseli (Fauzan, 2008:56).- Summarization
Summarization adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang digunakan konselor untuk memadukan uraian pernyataan konseli menjadi satu kesatuan atau keutuhan tema dari setiap sesi konseling (Fauzan, 2008:58).- Termination
Termination merupakan teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berfungsi untuk mengakhiri kegiatan konseling pada umumnya (Fauzan, 2008:60)IV. PENYAMPAIAN PESANDalam setiap komunikasi diharapkan seorang komunikan dapat menagkap pesan yang disampaikan komunikator dengan baik. Supaya tidak terjadi ke salah pahaman nantinya, juga dalam penyampaian pesan seorang komunikator harus seefektif mungkin dalam menyampaikan informasinya. Adapun ketentuan agar penyampaian pesan bisa efektif yaitu strategi pesan ,pelaksanaan pesan, tone dan format pesan.A. Strategi Pesan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :- Memutuskan pesan umum apa yang akan dikomunikasikan.
- Mengidentifikasi manfat-manfaat bagi pelanggan yang dapat digunakan sebagai tarik pemasangan iklan.
- Menciptakan konsep kreatif yang kuat. Ini mencakup tampilan iklan.
- Menciptakan daya tarik khusus yang akan digunakan dalam kampanye pemasangan iklan. Daya tarik iklan harus memiliki tiga sifat yakni meaningful (berarti), believable (dapat dipercaya) dan distinctive (khas).
B. Pelaksanaan Pesan, bisa dalam berbagai gaya di antaranya :1. Potongan kehidupan ( slice of life ). Gaya ini menunjukkan satu atau lebih orang khas yang menggunakan produk dalam situasi normal.2. Gaya hidup ( life style ). Gaya ini menunjukkan kecocokan sebuah produk dengan gaya hidup tertentu.3. Fantasi. Gaya ini menciptakan fantasi di sekitar produk atau kegunaannya.4. Suasana hati atau citra ( mood or image ). Gaya ini emnciptakan suasana hati atau citra di sekitar produk.5. Musikal ( musical ). Gaya ini menunjukkan satu lebih orang atau tokoh orang atau kartun yang menyanyikan lagu tentang produk tersebut.6. Simbol kepribadian (personality symbol). Gaya ini menciptakan tokoh yang mewakili produk.7. Keahlian tehnis ( technical espertise). Gaya ini menunjukkan keahlian perusahaan dalam menghasilkan produk.8. Bukti ilmiah ( scientific evidence ). Gaya ini menampilkan hasil survei atau buku ilmiah tentang keunggulan produk.9. Bukti atau dukungan testimonial. Gaya ini menampilkan sumber yang sangat dapat dipercaya dan disukai yang mendukung produk tersebut.10. Tone dalam iklan jelas diperlukan. Iklan yang dibuat harus menggunakan kata-kata yang mudah dan terutama menarik perhatian. Riset menunjukkan, konsumen cenderung mudah mengingat sebuah produk hanya karena tone iklannya yang menarik.11. Format, unsur yang juga berdampak besar pada kualitas penayangan iklan. Perubahan kecil pada format design iklan misalnya, bisa melahirkan dampak sangat besar. Beberapa hal yang harus dilihat alam penentuan format iklan adalah,12. Ilustrasi (illustration), harus cukup kuat agar bisa menarik perhatian audience.13. Judul (headline) harus secara eefektif menarik orang yang tepat bersedia membaca teksnya.TOKSIKOLOGI
- Bahan Toksik Dan Infeksius
Bahan Kimia Beracun Atau Toksik
Toxic
materials dapat berasal dari logam berat, pestisida sampai dengan flame
retardants, dan senyawa-senyawa kimia berbahaya yang tak terpisahkan dalam
kehidupan, bagian dari aktivitas, dipergunakan atau dikonsumsi oleh kita.
Sifat, jumlah, dan kuantitas bahan kimia yang digunakan sangat bervariasi di
berbagai negara. Indonesia sendiri menjadi dumping ground limbah beracun untuk
negara-negara maju dalam bentuk fertilizer/pupuk, lumpur, atau limbah untuk
didaur ulang kembali. Bahan berbahaya beracun (B3) ada dalam bentuk sebagai
bahan baku dalam proses produksi dalam industri, pertambangan atau manufaktur.
Lalu sebagai bagian dari produk dan sebagai limbah (padat, gas, dan cair). Secara
umum sifat dari B3 adalah mudah meledak (explosive), mudah terbakar
(flammable), reaktif (reactive), beracun (poisonous), infeksius (infectious),
dan korosif (corrosive).
POPs
(persistent organic pollutants) menyebar melalui sumber-sumber vital kehidupan,
seperti udara dan air, proses bioakumulasi dalam rantai makanan. Keseluruhannya
berdampak kepada manusia dan ekosistem. Karakteristik khusus dari POPs adalah
persisten, semi volatil (menguap) dengan periode yang cukup lama berada di
lingkungan, serta penyebarannya mencapai jarak jauh (transboundary/regional/global)
juga dapat melalui migrasi spesies/organisme seperti ikan dan burung. Selain
itu merupakan disrupter endokrin/hormon (terutama estrogen), sebagian besar
karsinogenik/penyebab kanker. Pestisida merupakan kategori POPs yang paling
populer dengan kandungan senyawa berbahayanya, selain terdapat POPs yang dibuat
atau terjadi tidak sengaja dan masih dipakai. Istilah Dirty Dozen kemudian
dikenal untuk menyebutkan daftar dua belas senyawa paling berbahaya, yaitu
aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex dan toxaphene
(delapan organo-chlorine dalam pestisida); senyawa kimia industri: HCB
(hexachlorobenzene) dan PCB (poly chlorinated biphenyl; serta dioxin dan furans
(group industrial by-products).
Jika
kita sehari – hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu
bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya
pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam
tubuh. Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari
kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita
terlalu banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian
juga obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu,
jangan terlalu banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.
Dalam dunia laboratorium,
bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran, yakni :
a.
Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau
ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia
langsung menggunakan mulut atau makan dan minum di laboratorium.
b.
Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap
kulit ialah aniline, nitrobenzene, dan asam sianida.
c.
Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah
terserap lewat pernapasan dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus
keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek
setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan
segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
Gangguan
toksik (keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL4
dan benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat
menyebabkan kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan kelainan
genetic atau keturunan ; dan banyak senyawa organic yang mengandung cincin
benzene, senyawa nikel dan krom dapat bersifat karsinogenik atau penyebab
kanker.
Gangguan
– gangguan tersebut diatas sangat tergantung pada kondisi kesehatan orang yang
terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang bergizi akan mudah
mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya kondisi badan yang kurang
gizi akan sangat rawan terhadap keracunan.
Efek Akut dan Kronis
Efek keracunan pada tubuh manusia dibagi dua yaitu :
a.
Efek akut yaitu pengaruh sejumlah dosis tertentu yang
akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek. Contoh, keracunan
fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau
kematian dalam waktu singkat.
b.
Efek kronis yaitu suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia
dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam
jangka panjang (minggu, bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan
senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt. Kloroform, karbon tetraklorida) dalam
kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever)
setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.
Usaha Menghindari Keracunan
a.
Penggunaan pelarut atau reagen-reagen yang toksik di
usahakan diganti
b.
Perlakuan khusus pada beberapa zat kimia seperti senyawa
yang dengan gugus amino, nitro dan gugus halogen reaktif perlu dicurigai akan
kemungkinan bahayanya
c.
Gunakan lemari asam untuk bahan – bahan yang sekiranya
menimbulkan pencemaran udara kerja
d.
Ventilasi udara, supaya ruangan tidak lembab dan tercemar
oleh gas-gas berbahaya
e.
Makan dan minum di laboratorium sebisa mungkin dihindari
untuk mencegah terjadinya kontaminasi
f.
Alat pelindung seperti masker (pelindung pernapasan), gloves
(sarung tangan), dan kacamata pelindung harus di gunakan meskupun kurang enak
di pakai? He he he he (itung-itung mejeng!!!)
Bahan
infeksius adalah bahan yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium. Limbah ini dapat
menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer
khusus dalam pengolahannya.
Limbah
bahan berbahaya dan beracun memiliki beragam definisi di setiap negara.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkugan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Peraturan
Pemerintah No. 74 tahun 2001 menjelaskan secara singkat klasifikasi B3 sebagai
berikut:
a.
Explosive (mudah meledak) adalah bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (25°C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b.
Toxic (beracun) akan menyebabkan kematian atau sakit yang
serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
c.
Corrosive (korosif) mempunyai sifat sebagai berikut:
1)
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
2)
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
3) Mempunyai pH 2 untuk B3 bersifat
asam dan atau pH 12,5 untuk B3 bersifat basa.
d.
Irritant (bersifat iritasi) merupakan padatan maupun cairan
yang bila terjadi kontak secara langsung dan apabila terus menerus kontak
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan
e.
Chronic toxic (toksik kronis):
f.
Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker
g.
Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio
h.
Mutagenic yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan
kromosom yang dapat merubah genetika.
- Definisi Toksikologi dan Racun
Toksikologi
adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat dan cara kerja
racun.. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk memahaminya. Cabang cabang
ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu
ilmu yang sangat menunjang dalam mempelajari atau mendalami toksikologi. Para
ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu
tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful action)
bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.
Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu :
a.
Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam
jumlah tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang
menyebabkan penyakit dan kematian.
b.
Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu
zat yang bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik
selalu menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan kematian.
- Cara Masuknya Racun Ke Dalam Tubuh
Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara,
yaitu melalui :
a.
Mulut (Peroral, ingesti)
b.
Saluran pernapasan (Inhalasi)
c.
Suntikan (Parenteral, injeksi)
d.
Kulit yang sehat/sakit
e.
Dubur/vagina (Perektal/pervaginal)
- Golongan Racun Berdasarkan Tempat Racun Mudah Didapat
a.
Racun di Rumah tangga, seperti :
1)
Insektisida
2)
Racun dalam makanan kaleng
3)
Kosmetika
4)
Desinfektan
5)
Deterjen
b.
Racun yang ada di lapangan pertanian/perkebunan, seperti :
1)
Pestisida
2)
Herbisida
c.
Racun yang digunakan dalam dunia pengobatan , seperti :
1)
Analgetika, obat penenang, antibiotik, antidepresan , dll
d.
Racun yang digunakan dalam bidang industri dan laboratorium,
seperti :
1)
Asam – basa
2)
Logam berat
e.
Racun yang ada di alam bebas, seperti :
1)
Opium, ganja
2)
Racun singkong
3)
Racun jamur
4)
Racun binatang
- Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan
Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya keracunan
pada seseorang;
a.
Jenis Racunnya
b.
Dosis Racun
c.
Cara masuk kedalam tubuh
d.
Stabilitas racun dalam tubuh
e.
Resapan racun dalam tubuh
f.
Kondisi tubuh
- Pembangian Ilmu Toksikologi
Pembagian ilmu toksikologi ada 10, yaitu :
a.
Toksikologi obat ; yaitu meneliti tentang efek obat, dosis
obat dan pengujian toksisitas obat dalam tubuh.
b.
Toksikologi yang menimbulkan ketergantungan ; mencari
hubungan perokok dengan gangguan paru paru dan mencari hubungan teknologi
dengan penggunaan obat.
c.
Toksikologi bahan makanan ; Memeriksa bahan bahan baku yang
digunakan.
d.
Toksikologi pestisida ; mengupayakan pestisida yang
digunakan bermanfaat pada manusia dan tidak merugikan manusia.
e.
Toksikologi pekerjaan ; Mempelajari segala jenis keracunan
dalam pekerjaan dan mencari mencari cara pencegahan racun tersebut.
f.
Toksikologi lingkungan ; menyelamatkan lingkungan dari
pencemaran bahan berbahaya.
g.
Toksikologi asidental; menagaani kecelakaan yang terjadi
karena zat beracun baik cara kriminal maupun kecelakaan.
h.
Toksikologi kedokteran forensic ; identifikasi perdagangan
obat terlarang, identifikasi racun dari bedah mayat.
i.
Toksikologi perang ; identifikasi penggunaan senjata nuklir,
gas air mata.
j.
Toksikologi nuklir/ sinar ; menangani senjata senjata yang
mempunyai reactor nuklir, radio aktif.
Dalam perkembangan lebih lanjut, toksikologi dibagi menjadi
5 cabang yaitu :
a.
Toksikologi Forensik; mempelajari masalah medico-legal dari
kasus kasus keracunan.
b.
Toksikologi Analitik; Mengenali bahan racun melalui analisis
cairan tubuh, isi lambung, tempat makanan yang dicurigai, dll.
c.
Toksikologi Klinik; Untuk mengatasi toksisitas khusus,
mengupayakan tindakan untuk menghilangkan gejala dan mengeluarkan racun
secepatnya dari tubuh dan memberikan antidotum jika ada.
d.
Toksikologi lingkungan ; mempelajari kebahayaan bahan bahan
kimia dimana manusia terpajan tanpa sengaja baik di lingkungan, makanan atau
lingkungan kerja.
e.
Toksikologi hukum : Melindungi masyarakat dengan membuat
undang2, peraturan, dan standar yang membatasi atau melarang penggunaan zat
kimia yang sangat beracun.
- Cara Kerja Racun
a.
Racun bekerja setempat (Lokal) ; menimbulkan rasa nyeri yang
hebat dan disertai peradangan, kematian dan shock.
Contoh :
1)
Racun bersifat korosif ; lisol , asam kuat , basa kuat.
2)
Racun bersifat iritan; arsen, sublimat
3)
Racun bersifat anestetik; kokain, fenol
b.
Racun bekerja sistemik (keseluruh tubuh melalui aliran
darah)
Contoh
:
1)
Narkotika, barbiturat, alcohol Jantung
2)
Insektisida golongan hidrokarbon yang mengandung klor dan
fosfor yang berpengaruh pada hati.
c.
Racun bekerja setempat dan sistemik
Contoh
:
1)
Fenol, arsen, Pb
2)
Fenol selain menimbulkan rasa nyeri (Lokal) juga menyebabkan
depresi pada susunan syaraf pusat.
- PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
- Pada korban yang masih hidup : 5 ml + serbuk Na. Fenorida 1%
a.
Darah 10 ml 5 ml tanpa pengawet
b.
Urine
c.
Bilasan isi lambung
- Pada Mayat :
a.
Lambung dengan isinya : Lambung diikat pada 2 tempat, yaitu
berbatasan dengan kerongkongan dan berbatasan dengan usus 12 jari; hal ini
bertujuan : untuk menghindari hancurnya pil pil atau tablet yang tertelan.
b.
Usus dan isinya : sangat berguna terutama jika kematian
korban terjadi setelah beberapa jam kemasukan racun.
c.
Darah : diambil 50 ml ; bagi 2 diberi pengawet dan tidak
diberi pengawet.
d.
Hati : Tempat metabolisme racun yang terpenting.
e.
Ginjal : untuk identifikasi keracunan logam.
f.
Otak
g.
Urine : untuk tes pendahuluan dan juga tes narkoba.
- Bahan Pengawet
Guna pengawet pada sampel
pemeriksaan toksikologi untuk mempertahankan kondisi sampel agar tidak
mengalami perubahan. Jenis pengawet yang sering digunakan :
a.
Alkohol absolut
b.
Larutan garam jenuh
c.
NaF + Na.Sitrat (2 gr NaF + 50 mg Na sitrat untuk tiap 10
sampel)
d.
Na Benzoat
e.
FMA (Fenil Merkuri Asetat).
- Pengiriman sampel ke Laboratorium
Enam hal yang harus diperhatikan :
a.
Tempat sampel (botol) sebelum dipakai dicuci dengan kromat
yang hangat kemudian dibilas dengan aquadest lalu keringkan.
b.
Tiap wadah diisi satu jenis sampel
c.
Tulis bahan pengawet yang dipakai
d.
Wadah berisi sampel harus disegel dan diberi etiket (Nama
korban, sex, usia, tgl pengambilan, isi botol)
e.
Lampirkan surat permintaan pemeriksaan dari pihak penggugat.
f.
Sampel pada mayat harus diambil sebelum diawetkan.
No.
|
Nama Bahan
|
Banyaknya Yang Diambil
|
1.
|
Otak
|
500
gr/seluruhnya
|
2.
|
Hati
|
500
gr/seluruhnya
|
3.
|
Paru
paru
|
1
bagian/seluruhnya
|
4.
|
Ginjal
|
Kedua
ginjal
|
5.
|
Lambung
|
Seluruh
lambung dan isinya
|
6.
|
Usus
|
Seluruh
usus
|
7.
|
Cairan
Otak
|
Sebanyak
mungkin
|
8.
|
Darah
Jantung
|
50
-100 ml
|
9.
|
Darah
tepi
|
50
-100 ml
|
10
|
Empedu
|
Seluruhnya
|
11
|
Lemak
(dinding Perut)
|
200
gr
|
12
|
Rambut
|
10
gr
|
13
|
Kuku
|
10
gr
|
- KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :
1.
Keracunan makanan karena Bakteri
penghasil toksin
2.
Keracunan makanan karena Bakteri
bersifat infeksius
3.
Keracunan makanan karena zat
kimia
4.
Singkong, jengkol, tempe bongkrek
dan oncom
5.
Keracunan disebabkan oleh toksin
yang dihasilkan dalam makanan
bakteri penghasil toksin, antara
lain : B. cereus, C.botulinum, E.coli dan S.Aureus.
Toksin :
a.
Racun yang ditemukan di sejumlah hewan dan tumbuhan dan
mikroorganisme.
b.
Toksin Botulinum dibentuk saat C.Botulinum tumbuh –
toksinnya merupakan Protein
c.
Kurang lebih 500 gram toksin cukup untuk membunuh manusia !
1.
Clostridium botulinum
Racun
Botulisme adalah protein yang tidak tahan panas, serta dapat dihancurkan dengan
pendidihan ± 15 menit. Botulisme disebabkan oleh eksotoksin yang terbentuk pada
pertumbuhan clostridium botulinum, pada saat pengolahan, makanan awetan tanpa
asam. Makanan yang sering tercemar : Daging, ikan, sayuran, buah zaitun.
Dosis
Fatal dari toksin ini adalah makanan yang terkontaminasi < 5 ml (1sendok
teh), dosis toksik untuk botulinum tipe proteolitik 0.005- 0.1 mcg, sedangkan
dosis toksik untuk botulinum tipe non proteolitik 0.1-0.5 mcg. Toksin ini
menyebabkan kelumpuhan otot dengan memblokir syaraf penggerak sel sel lain.
Gejala
klinis yang timbul akibat keracunan toksin ini adalah : Mual, muntah, gangguan
penglihatan dan vertigo. Sementara gejala patologisnya adalah penyumbatan dan
pendarahan pada semua organ, khususnya susunan syaraf pusat. Pada hati dan
ginjal terjadi perubahan degeneratif.
Tindakan pencegahan terjadinya keracunan ini adalah :
a.
Perbaikan pada proses pengawetan makanan.
b.
Makanan yang diawetkan (makanan kaleng) dipanaskan ± 15
menit sampai suhu > 80 oC baru dihidangkan
c.
Perhatikan label, segel, bentuk kemasan(Kaleng cembung) pada
saat pembelian makanan
Perawatan pada pasien yang keracunan toksin botulinum adalah
:
a.
Penderita harus dirawat jangan menunggu sampai timbul gejala
b.
Tindakan darurat : Pencucian lambung dengan cara dibuat
muntah lalu lanjutkan dengan pencucian perut, kecuali pasien diare.
c.
Penawar : diberikan antitoksin botulisme sampai 50 ml,
sebelumnya lakukan tes sensitifitas terhadap serum dengan menyuntukkan
antitoksin yang diencerkan dalam saline 1 : 10 sebanyak 0,1 ml intradermal,
tunggu 1 jam baru diberikan dosis sebenarnya.
d.
Kejadian biasa : Gangguan pernapasan dibuat dengan
pernapasan buatan; pada kelumpuhan pernapasan, pernapasan dipertahankan dengan
pertolongan mekanis; pada beberapa pasien dianjurkan diberi Guanidin Hcl 15-40
mg/kg/hr peroral untuk mengembalikan neuromuscular block. Prognosis :
50% pasien keracunan berat meninggal. Sedangkan yang dapat bertahan hidup,
kesembuhannya sama sekali masih berbekas sampai lebih dari 1 tahun.
2.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri Infeksius
Bakteri
infeksius yang ditularkan melalui makanan, masuk dan berkembang biak di dalam
tubuh :
- Salmonella
- Campylobacter
- E.coli (jenis tertentu)
- V.Parahaemolityticus
- V.Cholerae, dll
- Salmonellosis
Terdapat 2200 serotip : 200 serotip merupakan penyebab
penyakit yang ditularkan makanan di eropa setiap tahun, 70 % kasus disebabkan
oleh S.enteritidis dan S.Typhymurium. Bahan makanan mentah yang
cenderung terkontaminasi Salmonella : unggas, daging, telur, Buah
buahan, kerang, rempah rempah dan jamu, air yang tidak diolah. Gejala klinis
utama Diare, demam, keram perut, muntah muntah. Tingkat kefatalan < 1%. Masa
inkubasi biasanya 12 – 36 jam. Orang yang berisiko tinggi terhadap kuman ini
adalah : Usia muda, usia tua, wanita hamil, kekebalan yang lemah dan
berpenyakit tertentu. Pada identifikasi di laboratorium terjadi haemoconsentration,
biakan feses di temukan salmonella dan organisme lain.
Pencegahan
terjadinya keracunan ini adalah :
a.
Salmonella rentan terhadap panas, sehingga masak terlebih dahulu
makanan yang akan dihidangkan (± 15 menit)
b.
Pasteurisasi cukup untuk membunuh salmonella pada
makanan dengan kelembaban tinggi.
c.
Pemanasan pada 70 oC selama 2 menit biasanya
cukup untuk membunuh 10 6 salmonella.
Perawatan
:
a.
Tindakan darurat : berikan Chlor promazine 25 – 100 mg
melalui rectal, jika perlu diulang setiap 4 jam untuk penderita muntah muntah
berat.
b.
Tindakan biasa : Istirahat ditempat tidur,dan tidak diberi
apa apa melalui mulut sampai muntah munta sesudah 4 jam, beri minum. Jika
muntah dan diare berat, jaga keseimbangan cairan tubuh dengan memberikan
larutan dextrose 5 % dalam saline.
3.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bahan kimia
Bahaya
bahan kimia dalam bahan Pangan :
a.
Cemaran Industri dan lingkungan
Bahan
Kimia
|
Sumber
|
Bahan
Pangan
|
Timbal
Kadmium
Dioksin
Merkuri
|
Emisi
kendaraan, peleburan, cat, pelapis kaca
Pengolahan
limbah selokan, peleburan
Senyawa
tidak murni, pembakaran
Klor
- alkalis
|
Sayur
sayuran, makanan kaleng, makanan bersifat asam.
Biji
bijian, sayuran, daging, kerang.
Ikan,
susu, lemak hewan
Ikan
|
b.
Cemaran yang berasal dari bahan kimia turunan biologis
c.
Cemaran yang dihasilkan selama pengolahan
1)
Hidrokarbon aromatik berinti banyak
2)
Amina heterosiklik, nitropirene
3)
Nitrosamin
4)
Etil karbamat (Uretan).
d.
Bahan kimia pertanian yang digunakan secara tidak tepat
1)
Pestisida dan obat hewan : Anti mikroba, obat cacing,
terapi.
2)
Pupuk, Racun tikus dll.
e.
Bahan tambahan kimia yang digunakan secara tidak tepat
1)
Langsung : anti oksidan, pewarna, bahan pengawet, pemanis
dll
2)
Tidak langsung : deterjen, peralatan masak dll
3)
Bahan tambahan terlarang : Boraks, asam borat, formaldehida
dan
4)
Pewarna yang tidak aman : Rhodamine B
f.
Bahaya fisik
1)
Bahaya bahan kimia di Rumah :
a)
Makanan dan air yang tercemar
b)
Peralatan masak yang tercemar logam berat
c)
Piring keramik yang disepuh dengan bahan beracun
d)
Kristal bertimah yang dipakai untuk makanan asam
e)
Bahan kimia lain yang dipakai di rumah.
2)
Bahaya bahan kimia dalam makanan :
a)
Keracunan
Gejala :
mual, muntah dan diare, dan penyakit ini biasanya bertahan 24 – 48 jam
Perawatan
: Jika gejala terus berlangsung dan menunjukkan keracunan logam maka perlu
dilakukan perawatan khusus.
b)
Jengkol (Phetecolobium labatum)
termasuk Pete
Penyebab
Keracunan (asam amino yang mengandung belerang)
Asam
jengkolat : zat ini sukar larut dalam air
Urine
yang dianalisa di laboratorium :
Hablur
hablur Jengkol yang berbentuk ceper(Roset)
Gejala
gejala kejengkolan :
1)
Rasa nyeri didaerah pinggang
kadang kadang disertai kejang
2)
Kencing sedikit sedikit,
adakalanya berwarna merah dan putih
3)
Perut kembung dan tdk bisa BAB
4)
Urine berbau jengkol
Gejala keracunan jengkol berat :
1)
Rasa nyeri disekitar ginjal
2)
Rasa sakit waktu buang urine
3)
Perut kembung, mual, muntah
4)
Sukar BAB dan Flatus
5)
Tidak dapat buang urine sama
sekali karena pembuluh urine penuh dengan roset.
P3K :
1)
Berikan tepung bubuk norit
sebanyak 1 sendok setip 1 jam
2)
Berikan susu campur telur
3)
Berikan 4 butir bikarbonat
natriccus supaya urine menjadi basa
4)
Beri minum sebanyak mungkin
5)
Dibawa ke RS
Pencegahan :
1)
Jengkol rendam dahulu dengan air
panas selama semalam dan air rendaman sering diganti sebelum dimakan.
2)
Untuk menghilangkan asam
jengkolatnya, jengkol ditanam dahulu selama 2 – 3 hari.
- PENGERTIAN LIMBAH LABORATORIUM
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal
sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Menurut Recycling
and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak
yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara
yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi
lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan
laboratorium.
Sumber
limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :
1.
Bahan baku yang telah kadaluarsa
2.
Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang
tidak terpakai)
3.
Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
4.
Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali
pakai)
1. Macam – Macam Limbah Laboratorium
Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah
laboratorium adalah:
Kelas
|
Jenis
|
A
|
Pelarut
organik bebas halogen dan senyawa organik dalam
larutan
|
B
|
Pelarut
organik mengandung halogen dan senyawa organik
dalam
larutan
|
C
|
Residu
padatan bahan kimia laboratorium organik
|
D
|
Garam
dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan
kemasan
pada pH 6 -8
|
E
|
Residu
bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan larutannya
|
F
|
Senyawa
beracun mudah terbakar
|
G
|
Residu
air raksa dan garam anorganik raksa
|
H
|
Residu
garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah
|
I
|
Padatan
anorganik
|
J
|
Kumpulan
terpisah limbah kaca, logam dan plastik
|
Berdasarkan
sifatnya, limbah dibedakan menjadi:
1.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu
limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia. Limbah beracun dibagi menjadi:
- Limbah mudah meledak
- Limbah mudah terbakar.
- Limbah reaktif
- Limbah beracun
- Limbah yang menyebabkan infeksi
- Limbah yang bersifat korosif
2.
Limbah infeksius
Limbah
infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit
menular.
3.
Limbah radioaktif
Limbah
radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radionucleida.
4.
Limbah umum
Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan
menjadi:
a.
Limbah padat
Limbah padat di laboratorium relatif
kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih
dapat diatasi.
Limbah padat dibedakan menjadi:
1)
Limbah padat infeksius
2)
Limbah padat non infeksius
b.
Limbah gas
Limbah yang berupa gas umumnya dalam
jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang langsung di udara,
contohnya limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan
etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).
c.
Limbah cair
Limbah
cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP
No.82 Thn 2001). Umumnya laboratorium berlokasi di sekitar kawasan hunian,
sehingga akumulasi limbah cair yang meresap ke dalam air tanah dapat
membahayakan lingkungan sekitar. Limbah cair terbagi atas:
1)
Limbah cair infeksius
2)
Limbah cair domestic
3)
Limbah cair kimia
Berdasarkan atas dasar asalnya,
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1)
Limbah organik
Limbah
ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah
tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui
proses yang alami.
2)
Limbah anorganik
Limbah
anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak
dapat diperbaharui.
2. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium
Tujuan
penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap
kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah
tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :
- Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :
- Netralisasi
Limbah
yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4
atau HCI.
a.
Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran
diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat
mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
b.
Reduksi-Oksidasi
Terhadap
zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
c.
Penukaran ion
Ion
logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat
diserap oleh resin anion.
d.
Limbah infeksius
Ada beberapa metode penanganan
limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu
1)
Metode Desinfeksi
Adalah
penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.
2)
Metode Pengenceran (Dilution)
dengan
cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi
terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan
sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
3)
Metode Proses Biologis
dengan
menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan menimbulkan
dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.
4)
Metode Ditanam (Landfill)
Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya
dalam tanah.
5)
Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah
limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa
kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.
Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit,
jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar
tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung
dari jenis limbah).
6)
Limbah radioaktif
Masalah
penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
a)
Bentuk : cair, padat dan gas,
b)
Tinggi – rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
c)
Tinggi – rendahnya aktifitas
d)
Panjang – pendeknya waktu paruh,
e)
Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada
2 sistem penanganan limbah radioaktif :
a)
Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai
proses peluruhan, peguburan dan pembuangan.
b)
Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah
radioaktif, seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).
7)
Limbah umum
Limbah
umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat
dan dibakar di insinerator
3. Langkah Nyata Yang Dapat Dilakukan
Untuk Mengurangi Limbah Di Laboratorium
Penggunaan
kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah
melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai
untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton,
kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah
dan dilakukan destilasi, sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan
mol reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan
residu berupa sisia bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga
akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
Pembuangan
langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan
untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang
dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah
laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus
dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa
yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan
sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya
dinetralkan dan dibuang.
Dengan
pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan
organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Pembakaran
dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk
bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
Dikubur
didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun
- LIMBAH RUMAH SAKIT
1. Pengertian
Limbah
(menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses
produksi. Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah
rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair
rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur
dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain – lain. Sementara limbah padat rumah
sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau
bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat
tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan
kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan – bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi
yang masih buruk.
Limbah
benda tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai
/ merobek permukaan tubuh. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas
yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator,
dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah
sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
2. Karakteristik Limbah Rumah Sakit
Sampah
dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan
kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah
rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah medis dan non medis
baik padat maupun cair.
Limbah
medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari,
farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah medis bermacam-macam
dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a.
Limbah benda tajam
Limbah
benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
b. Limbah infeksius
Limbah
infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
1)
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
2)
Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh
Limbah
jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya
dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
d. Limbah sitotoksik
Limbah
sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan
obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000oc
e. Limbah farmasi
Limbah
farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang
karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan
dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
f.
Limbah kimia
Limbah
kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
g. Limbah radioaktif
Limbah
radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan
biologi.
h. Limbah Plastik
Limbah
plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari
plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis. Selain sampah
klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non medis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal
dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol),
sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus,
sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan
rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan
jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis
mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti
halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti
BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat
karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut
diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan
berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen
Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional
Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di
bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di
dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.
3. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap
Lingkungan dan Kesehatan
Pengaruh
limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti:
a.
Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
b.
Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam
yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
c.
Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
d.
Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg,
Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
e.
Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun
mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi
manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
4. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
a. Limbah padat
Untuk
memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan
penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis
dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
Golongan
A :
1)
Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi
dari kamar bedah.
2)
Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
3)
Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.
Golongan
B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan
gelas dan benda-benda tajam lainnya.
Golongan
C :
Limbah
dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.
Golongan
D :
Limbah
bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan
E :
Pelapis
Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
Dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan penampungan,
pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
1. Pemisahan
Golongan
A
Dressing bedah yang kotor, swab dan
limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam
bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi
dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya
diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat
penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak
sampah klinis. Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila
mencapai tiga perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah
tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut :
a) Sampah dari haemodialisis
Sampah
hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga
digunakan autoclaving,tetapi kantung harus dibuka dan dibuat
sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara efektif. (Catatan: Autoclaving adalah
pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi terutama untuk
limbah infeksius).
b) Limbah dari unit lain :
Limbah
hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak
mungkin bisa menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang
aman. Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak
limbah medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator.
Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi
atau bagian laboratorium.
Golongan
B
Syringe, jarum dan cartridges hendaknya
dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan
benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari
satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum
diangkut dan dimasukkan denganincinerator.
2. Penampungan
Sampah
klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara
menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau
pengangkutan oleh dinas kebersihan (atau ketentuan yang ditunjuk), sampah
tersebut hendaknya :
a)
Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
b)
Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang
telah ditentukan secara terpisah.
c)
Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang
tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.
d)
Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari
binatang, dan bebas dari infestasi serangga dan tikus
e)
Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
f)
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan
(jadi bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah
lain sambil menunggu pengangkutan.
3. Pengangkutan
Pengangkutan
dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan
internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal
biasanya digunakan kereta dorong. Kereta atau troli yang digunakan untuk
pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian rupa sehingga :
a)
Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus
b)
Tidak akan menjadi sarang serangga
c)
Mudah dibersihkan dan dikeringkan
d)
Sampan tidak menempel pada alat angkut
e)
Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali
Bila
tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain
:
a)
Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat
truk pengangkut.
b)
Dan harus dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah
lain yang dibawa.
c)
Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan
tidak terjadi kebocoran atau tumpah.
b. Limbah Cair
Limbah
rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan organik dan
an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di
rumah sakit antara lain sebagai berikut:
1)
Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization
Pond System)
Sistem
pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam
stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk
rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang
cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
a)
Pump Swap (pompa air kotor).
b)
Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
c)
Bak Klorinasi
d)
Control room (ruang control
e)
Inlet
f)
Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
g)
Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
2)
Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch
Treatment System)
Sistem
ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak
memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air
limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak
dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak
sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang
sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau
sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge
drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini
terdiri dari :
a)
Pump Swap (pompa air kotor)
b)
Oxidation Ditch (pompa air kotor)
c)
Sedimentation Tank (bak pengendapan)
d)
Chlorination Tank (bak klorinasi)
e)
Sludge Drying Bed (tempat pengeringan lumpur,
biasanya 1 – 2 petak).
f)
Control Room (ruang kontrol)
3)
Anaerobic Filter Treatment System
Sistem
pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air
limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic
tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya
akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam
organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak
klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic
Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain sebagai berikut :
a)
Pump Swap (pompa air kotor)
b)
Septic Tank (inhaff tank)
c)
Anaerobic filter.
d)
Stabilization tank (bak stabilisasi)
e)
Chlorination tank (bak klorinasi)
f)
Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
g)
Control room (ruang kontrol)
Sesuai
dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar
kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic
Filter Treatment Systemdapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut,
misalnya :
a)
Volume septic tank
b)
Jumlah anaerobic filter
c)
Volume stabilization tank
d)
Jumlah chlorination tank
e)
Jumlah sludge drying bed
f)
Perkiraan luas lahan yang diperlukan
Secara
singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai
berikut :
1.
Pengumpulan (Pemisahan Dan
Pengurangan)
Proses
pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan
sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3
serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label
yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan
pembuangan.
2.
Penampungan
Penampungan
sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut,
terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna
seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana
kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius,
kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong
berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong
berwarna hitam dengan tulisan “domestik”
3.
Pengangkutan
Pengangkutan
dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan
internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara
berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian
kerja khusus.
Pengangkutan
eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site).
Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan
tidak bocor.
4. Pengolahan
dan Pembuangan
Metoda
yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada
faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan
peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin
diterapkan adalah :
a.
Incinerasi
b.
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap
jenuh bersuhu 121 C)°
c.
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene
oxide atau formaldehyde)
d.
Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan
cairan kimia sebagai desinfektan)
e.
Inaktivasi suhu tinggi
f.
Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60
g.
Microwave treatment
h.
Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau
ukuran sampah)
i.
Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume
yang terbentuk.
5.
Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator
adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah
termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non
infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak
tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang
rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan
terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara
bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar)
atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu
dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan
gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah
pencemar udara yang sesuai.
5. Penanganan dan Metode Pengolahan
Limbah Rumah Sakit pada Farmasi yang Paling Efektif dan Aman
Dalam
pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis, rumah sakit diwajibkan
melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda
beda berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam
plastik berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna
kuning, limbah sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam
kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio aktif kedalam kantong warna
merah.
Disamping
itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya
sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995. Dalam hal ini
banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih
dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah
selain itu dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan
berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif
lebih singkat daripada pengolahan secara biologi maupun sistem landfill dan
area yang dibutuhkan relatif lebih kecil.
Pengelolaan
limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa
persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995.
Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai
penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi
penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang
tinggi.
Gambar alat insenerator
|
|
- Prinsip Kerja Incenerator
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
a.
Tahapan pertama adalah limbah atau sampah dalam sampah
menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
b.
Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak
sempurna, dimana temperature belum terlalu tinggi.
c.
Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar
pertama digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600
C. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara
antara 600 C ~ 1200 C.
Suplay
oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga
materi-materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan
terjadi proses pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi
transparan.
Proses Insinerator :
Insinerator
dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relative singkat
mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran
sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double chamber),
sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan
menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak
memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Keseluruhan
kinerja incinerator yang saat ini diterapkan di beberapa negara maju dapat
dibagi pada beberapa tahapan proses yaitu :
1.
Proses penyimpanan sampah dan pengumpanan sampah
2.
Proses pembakaran;
3.
Proses penanganan sisa pembakaran;
4.
Proses pembersihan asap
Skema Pengolahan Limbah Farmasi
Rumah Sakit Dengan Insenerasi
Dalam
ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “
dimana udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar
untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluar dari
sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian
membentuk gas-gas karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian
besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran normal dalam waktu
pembakaran. Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 800 – 1.0000C
dengan sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara
terdiri dari sebuah blower radial digerakan langsung dengan impeller,
dengan casing almunium dan motor listrik, lubang masuk udara dari
pipa udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama
dan terdiri dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas
karbonisasi yang dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang
mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua,
kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar
habis. Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner, yaitu
mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam
temperatur lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai
1.100 0C dengan sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan
sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara manual atau menggunakan lift
conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya
untuk setting suhu minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat
dikontrol secara “ automatic “ dengan sistem close loop. Pada
panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai
kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan “blower” dengan
terdapatnya lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang
bagian dalamnya dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus
yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang
Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran
siklon di dalam cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan
menghasilkan gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat
dari gas buang akan terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara
menyemburkan butiran air yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus
tersebut akan turun kebawah bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam
bak penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat
pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan
disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk
dipompakan ke cerobong siklon kembali. Dengan
pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi relatif lebih
tinggi, relatif lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, dan asap
berwana bening, sehingga emisi dari gas buang tersebut ramah terhadap
lingkungan.
A.
Pengertian
Komunikasi Efektif
Efektif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti
“ada efeknya” (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau “dapat membawa hasil;
berhasil guna”. Kata efektif juga sering diartikan sebagai “mencapai sasaran
yang diinginkan”.
Dengan demikian, komunikasi efektif (effective
communication) dapat diartikan sebagai “komunikasi yang berhasil mencapai
tujuan, seperti diterima, dipahami, mengubah persepsi, dan mengubah perilaku
atau melakukan aksi”.Komunikasi efektif (effective communications)
adalah komunikasi yang tepat sasaran, berhasil guna, atau mencapai tujuan menyampaikan
informasi (to inform), mengibur (to entertain), atau membujuk (to
persuade).
Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi,
pemikiran, dan perasaan antara orang-orang melalui pembicaraan (speaking),
tulisan (writing), atau bahasa tubuh (body languange).
Komunikasi dikatakan efektif jika informasi, pemikiran, atau
pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik sehingga
menciptakan kesamaan persepsi, mengubah perilaku, atau mendapatkan informasi
(menjadi tahu/paham).
B. Komponen Komunikasi Efektif
1.
Encoding
Komunikasi efektif diawali dengan encoding atau penetapan kode atau simbol yang memungkinkan pesan tersampaikan secara jelas dan dapat diterima serta dipahami dengan baik oleh komunikan (penerima pesan).
Komunikasi efektif diawali dengan encoding atau penetapan kode atau simbol yang memungkinkan pesan tersampaikan secara jelas dan dapat diterima serta dipahami dengan baik oleh komunikan (penerima pesan).
2.
Decoding
Decoding, komponen penting lainnya dalam komunikasi efektif, yaitu kemampuan penerima memahami pesan yang diterimanya. Karenanya, dalam komunikasi efektif, pemahaman tentang audiens sangat penting guna menentukan metode penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka.
Decoding, komponen penting lainnya dalam komunikasi efektif, yaitu kemampuan penerima memahami pesan yang diterimanya. Karenanya, dalam komunikasi efektif, pemahaman tentang audiens sangat penting guna menentukan metode penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka.
3.
Konteks
(Context)
Konteks komunikasi
yaitu konteks komunikasi yaitu ruang, tempat, dan kepada siapa kita
melakukan komunikasi. Konteks komunikasi juga mengacu kepada level komunikasi
–komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (grup), komunikasi organisasi,
komunikasi massa.
Konteks
komunikasi mempertimbangkan usia, wilayah, jenis kelamin, dan kemampuan
intelektual penerima pesan. Berkomunikasi dengan anak kecil tentu akan berbeda
cara dan gaya bahasanya dengan berkomunikasi dengan orang dewasa.
4.
Bahasa
Tubuh (Body Language)
Bahasa
tubuh –dikenal juga sebagai komunikasi nonverbal (nonverbal communication)–
meliputi postur, posisi tangan dan lengan, kontak mata, dan ekspresi wajah.
Bahasa tubuh yang konsisten dan sesuai dapat meningkatkan pengertian. Gerakan
anggota badan harus sesuai dengan yang diucapkan. Bahasa tubuh terpenting
adalah senyum dan kontak mata.
5.
Gangguan/Hambatan
(Interference)
Emosi
bisa mengganggu terjadinya komunikasi efektif. Jika komunikator marah,
kemampuannya mengirimkan pesan efektif mungkin berpengaruh negatif. Begitu juga
jika komunikan dalam keadaan kecewa atau tidak setuju dengan komunikator,
mungkin dia mendengar sesuatu yang berbeda.
6.
Pikiran
Terbuka (Be Open – minded)
Pikiran
tebuka meurpakan komponen penting lain dalam komunikasi efektif. Jangan terburu
menilai atau mengkritisi ucapan orang lain. Kita harus mengedepankan respek,
menghargai pendapat atau pandangan orang lain, juga menujukkan empati dengan
berusaha memahami situsai atau masalah dari perspektif orang lain.
7.
Mendengar
Aktif (Active Listening)
Menjadi
pendengar yang baik dan aktif akan meningkatkan pemahaman atas pemikiran dan
perasaan orang lain. Tunjukkan bahwa kita fokus mendengarkan ucapan orang lain,
misalnya dengan menganggukkan kepala dan membuat “indikasi verbal” bahwa kita
setuju dengan mengatakan misalnya : “oh…”. Jangan menginterupsi pembicaraan
orang lain. Ini akan mengganggu kelancaran obrolan.
8.
Refleksi
(Reflection)
Pastikan
bahwa kita mengerti ucapan orang lain dengan “konfirmasi”, yaitu meringkas
pesan utama yang disampaikan orang lain. Kita bisa mengulang yang diucapkan
orang lain, sekaligus “klarifikasi” bahwa maksud perkatannya “begini” dan
“begitu”.
C. Lima Kunci Komunikasi Efektif
1. Smile! Tersenyum
Salah
satu cara untuk membangun kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain
adalah dengan menjalin hubungan baik secepat mungkin dengan mereka. Tersenyumlah
dan gunakan kontak mata sebagai sinyal positif yang dapat Anda kirimkan ketika
Anda memulai percakapan. Pastikan bahwa orang lain merasa bahwa Anda sangat
senang bisa berbicara dengannya.
Sangat
penting untuk tahu topik terhangat yang bisa Anda diskusikan dengan orang
tersebut. Untuk itu, selalu perbarui informasi Anda. Jika Anda memiliki banyak
topik yang Anda dapat bicarakan, komunikasi akan berjalan dengan lebih mudah.
2.
Be
Clear! Berbicara dengan jelas
Bicaralah
dengan jelas ketika Anda berkomunikasi dengan orang lain. Cobalah untuk
menghindari kebiasaan berbicara dengan suara terlalu kecil atau parau sehingga
orang lain sulit menangkap maksud Anda. Cara terbaik untuk melatihnya adalah
dengan merekam suara Anda saat berbicara. Lalu dengarkan kembali hasil rekaman
itu dan putuskan apa yang seharusnya Anda ubah dari cara Anda bicara.
3.
Relax.
Santai!
Anda
dapat menjadi komunikator yang baik jika Anda dapat berbicara dengan santai
(rileks). Jika Anda gugup, Anda akan berbicara cepat sehingga sulit dipahami.
Anda juga dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman karena kegugupan Anda.
Hindari
membungkukkan bahu, menampilkan wajah gelisah, atau menggerakkan anggota tubuh
Anda yang lain saat berbicara. Orang yang Anda ajak bicara akan tahu bahwa Anda
sedang gugup.
4. Variatif. Jangan Monoton
Anda
tentu tidak ingin orang lain menjadi bosan saat berbicara dengan Anda. Anda
dapat membuat mereka tertarik dengan menghindari berbicara dengan suara
monoton. Anda dapat melakukan sedikit variasi dan mengubah volume saat Anda
berkomunikasi.
5. Dengar dan Pahami
Ingatlah,
komunikasi adalah proses dua arah. Anda perlu mendengar dan memahami apa yang
dikatakan orang lain jika Anda ingin berkomunikasi secara efektif dengan
mereka. Orang lain juga akan kehilangan minat berbicara dengan Anda, jika Anda
terus-menerus bicara dan tidak pernah mendengarkan mereka.*
Komunikasi
efektif terdiri dari dua istilah: komunikasi dan efektif. Komunikasi adalah
proses menyampaikan atau berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui
lisan, tulisan, atau bahasa tubuh.
D. Komunikasi Efektif Formula 7C
1. Completeness, Lengkap! Komunikasi harus lengkap.
Menyampaikan semua fakta yang diperlukan oleh penerima. Dalam dunia jurnalistik,
kelengkapan informasi dirumuskan dalam 5W+1H (What, Who, When, Where, Why,
How).
2. Conciseness, Ringkas! Menggunakan sesedikit mungkin
kata-kata. Menghindari menggunakan kata-kata yang berlebihan dan tidak
perlu. Pesan singkat lebih menarik dan mudah dipahami. Gunakan kalimat
seefektif mungkin.
3. Consideration, Penuh
Pertimbangan! Memperhatikan
sudut pandang orang lain, pola pikir, tingkat pendidikan, minat, kebutuha,
kepentingan, dan emosinya.
4. Clarity, Jelas! Menggunakan kata-kata yang tepat,
bermakna tunggal, dan membingungkan atau menimbulkan persepsi lain.
5. Concreteness, Nyata! Konkret memperkuat kepercayaan.
Pesan konkret didukung fakta-fakta spesifik dan angka. Pesan konkret tidak
disalahtafsirkan.
6. Courtesy, Tata Krama! Ini soal cara penyampaian. Pesan
disampaikan dengan tulus, sopan, bijak, reflektif, dan antusias, serta
mempertimbangkan sudut pandang dan perasaan penerima pesan, termasuk menjaga
perasaan dan respek terhadap penerima pesan.
7. Correctness, Benar! Pesan yang disampaikan harus benar
dari segi substansi dan tata bahasa, juga tepat dari sisi waktu dan sasaran.
(Seven C’s of Effective Communication, managementstudyguide.com).
E. Lima Hukum Komunikasi Efektif:
REACH
Rumus lain yang ditawarkan para ahli
adalah konsep REACH yang disebut “The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication”, yakni Respect, Empathy, Audible, Clear, dan Humble.
1. Respect. Menghargai komunikan atau menjaga
harga diri orang lain.
2. Empathy. Kemampuan menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Ini diawali dengan kemampuan
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti
oleh orang lain. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan siap
menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.
3. Audible. Dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik.
4. Clarity . Pesan yang disampaikan jelas, tidak
menimbulkan multiinterpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity
dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.
5. Humble. Rendah hati, tidak angkuh atau
arogan, tidak merasa “lebih” dari orang lain, termasuk di dalamnya tidak
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, dan
lemah-lembut.
F. Hambatan Komunikasi Efektif
1. Pesan tidak jelas dan menimbulkan
tafsiran/persepsi lain.
2. Cara penyampaian tidak tepat atau
tidak disukasi komunikan.
3. Komunikator dan komunikan tidak siap
melakukan komunikasi.
4. Hubungan antara komunikator dengan
komunikan tidak baik.
5. Berbicara terlalu lambat dan terlalu
cepat (lisan) atau kalimat terlalu kompleks dan naskahnya panjang (tertulis).
6. Terlalu sering muncul
“gumaman” (intruding sound) dalam berbicara, seperti emmm,
eeee, oooo, dsb. Gumaman akan menimbulkan persepsi, pembicara tidak
menguasai materi pembicaraan. Wasalam. (www.komunikasipraktis.com).*
G. Teknik
Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif terdiri dari dua
istilah: komunikasi dan efektif. Komunikasi adalah proses menyampaikan atau
berbagi informasi, pikiran, dan perasaan melalui lisan, tulisan, atau bahasa tubuh. Banyak
tips diberikan para ahli komunikasi untuk melakukan komunikasi efektif,
misalnya gunakan bahasa yang mudah dimengerti, bahasa tubuh
yang sesuai, intonasi yang tepat, kontak mata, dan ekspresi wajah yang pas,
termasuk menjadi pendengar yang aktif (active listening).
1. Beberappa
teknik dalam komunikasi :
a. Ucapan
yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh.
b. Berbicara
dengan tegas, tidak berbelit-belit
c. Memahami
betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran lawan bicara.
d. Menyampaikan
tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka.
e. Sampaikan
informasi dengan bahasa penerima informasi.
f. Menyampaikan
dengan kemampuan dan kadar akal penerima informasi
g. Sampaikan
informasi dengan global dan tujuannya baru detailnya.
h. Berikan
contoh nyata, lebih baik jadikan anda sebagai model langsung.
i. Sampaikan
informasi dengah lembut, agar berkesan, membuat sadar dan menimbulkan kecemasan
yang mencerahkan.
j. Kendalikan
noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi anda diterima. Contoh
dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya.
Secara sederhana, teknik berbicara
di dalam komunikasi secara aktif dan efektif adalah sebagai berikut :
- Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan
- Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik
- Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik
- Menghargai dan menghormati lawan bicara dengan baik
- Menganggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara
2. Teknik
– Teknik Komunikasi Dalam Situasi Semi Formal – Formal
a. Informative
Communication (Komunikasi Informatif)
Informative communication adalah suatu pesan
yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang
diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui
saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun
elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah,
komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan
keserempakan, serta komunikannya heterogen.
Biasanya teknik informatif yang digunakan
oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan
pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.
Informative communication adalah suatu pesan
yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang
diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui
saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun
elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah,
komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan
keserempakan, serta komunikannya heterogen.
Biasanya teknik informative yang digunakan
oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan
pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Kendatipun
demikian teknik informatif ini dapat pula berlaku pada seseorang, seperti
halnya kajian ilmu yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa, namun bersifat
relatif, pasalnya pada kajian ilmu tertentu, sedikit banyak telah diketahui
oleh mahasiswanya.
Komunikasi informatif adalah jenis komunikasi
yang bertujuan memberikan informasi atau penjelasan. Isi informasi itu sendiri bisa bersifat
pemaparan pandangan misalnya penjelasan mengenai pelaksanaan otonomi daerah.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan
agar komunikasi informatif ini
dapat berhasil yaitu:
1) Menarik
perhatian;
2) Mengusahakan
agar komunikan bersedia menerima isi
pesan:
3) Komunikan
bersedia menyimpan isi pesan.
Fungsi informatif:
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di
samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b. Persuasif
Communication (Komunikasi Persuasif)
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis
komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung
sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang
disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan
sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan
komponen – komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan
komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil
penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik ini
afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan
menimbulkan perasaan tertentu.
- Coersive/ Instruktive Communication (Komunikasi Bersifat Perintah)
Komunikasi instruktif atau koersi teknik
komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat
paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya
secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing,
yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak
luput dari sifat red-herring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk
meraih kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi
yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Teknik ini bisa digunakan
oleh atasan terhadap bawahannya yang menuntut adanya kedisiplinan kerja
karyawannya.
- Human Relation (Hubungan Manusia)
Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari
human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar
manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal
berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai nilai
kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Hubungan manusia
pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi,
meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan
hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan
emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur
approach).
1) Pendekatan
emosional
Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan
kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini
berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara
“mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan
harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai
senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini
bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.
2) Pendekatan
sosial budaya
Salah satu tujuan komunikasi adalah
tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan, maka dianjurkan bagi
komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social serta budaya masyarakat
setempat yang akan menjadi komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan, lebih
memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh
komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat
terlepas dari budaya
- Teknik Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis
komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat
manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan
senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu
dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu
komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat
terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara
mantap dan terpadu.biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar
tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.
- Faktor – faktor yang memengaruhi komunikasi persuasif dikatakan berhasil :
a. Sumber
pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi; contohnya seseorang
yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.
b. Pesan
itu sendiri (apakah masuk akal/ tidak)
c. Pengaruh
lingkungan
d. Pengertian
dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut diulang – ulang)
- Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan
dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya
II.
PRINSIP
– PRINSIP BERBICARA
A.
Prinsip
Berbicara Efektif
Berbicara efektif prinsipnya adalah berbahasa seperlunya
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu kita juga
harus memperhatikan tata cara dan adat sopan santun yang berlaku di lingkungan
masyarakat agar pembicaraannya dapat berjalan dan berlangsung dengan lancar.
Agar dapat berbicara dengan efektif, kita perlu mengetahui prinsip-prinsipnya,
diantaranya :
1. Memberi kesempatan berbicara kepada
lawan bicara
2. Menatap bergantian secara sopan
3. Berbicara secara jelas, mengerti dan
jangan berbisik
4. Menghayati pokok-pokok pembicaraan
yang akan disampaikan
Berbicara efektif hendaknya
mengemukakan ide-ide, pandangan-pandangan pemikiran tentang bahan pembicaraan
yang akan dibicarakan dalam bentuk tujuan-tujuan.
1.
Prinsip
Motivasi
Prinsip
motivasi merupakan prinsip memberi dorongan untuk membangkitkan minat bicara
terhadap seseorang, kelompok, dan umum. Sedangkan prinsip motivasi yang efektif
adalah berbicara secara efektif yang dapat membangkitkan minat para pendengar.
Jika para pendengar berminat atau mendengarkan pembicaraan, maka pembicaraan
tersebut akan mendatangkan respon yang baik secara umpan balik (feedback).
Berbicara dengan prinsip motivasi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan dorongan
Bicara
dengan memberikan dorongan yaitu dengan cara mengutarakan pentingnya bahan yang
akan dibicarakan
b. Menokohkan
Menokohkan seseorang atau para
pendengar menimbulkan rasa senang dan membesarkan hatinya.
c. Dorongan ingin mengetahui
Cara ini dipergunakan karena pada
dasarnya setiap manusia itu selalu mempunyai dorongan ingin mengetahui baik
yang menyangkut dirinya, maupun hal-hal lain.
2.
Prinsip
Perhatian
Prinsip
perhatian adalah pemusatan pikiran pada suatu masalah atau objek tertentu. Agar
para pendengar mau memperhatikan dengan baik, maka seorang pembicara harus
mampu menarik perhatian, di antaranya :
1. Hal – hal yang aneh
Jika seorang pembicara dapat
memberikan contoh-contoh yang aneh, amak pendengar akan terpukau perhatiannya
dan timbul rasa ingin mendengarkan apa yang disampaikan pembicara.
2. Hal – hal yang lucu
Hal – hal lucu juga akan menarik
perhatian. Untuk mendapatkan hal-hal yang lucu seseorang harus menuntun
terlebih dahulu jalan pikiran pendengarnya.
3. Hal – hal yang mencolok (dominan)
Cara ini dapat digunakan untuk
menarik perhatian pendengar, pokok pembicaraan yang penting pengucapannya harus
dilambatkan atau dikeraskan.
4. Hal – hal yang sesuai dengan kebutuhan
Pendengar akan tertarik perhatiannya
jika ada pembicaraan yang menyangkut kepentingannya dan kebutuhannya
3.
Prinsip
Keinderaan
Di dalam prinsip ini, berbicara
efektif dapat dicapai jika menggunakan alat peraga yang lengkap. Alat peraga
adalah alat bantu di dalam pelaksanaan bicara dengan prinsip keinderaan. Contoh
alat peraga tersebut antara lain :
- Over Head Projector (OHP)
OHP
adalah proyektor yang dapat memantulkan tulisan atau gambar pada transparansi
ke layar putih.
- Film
Dalam
memberikan ceramah dengan menggunakan film, hal yang penting adalah adanya
diskusi dan mengambil kesimpulannya setelah film itu diputar.
- Tape recorder
Tape
recorder diputar sebagian, didiskusikan dan diambil kesimpulannya.
4.
Prinsip
Pengertian
Prinsip
pengertian mengatakan bahwa ada hal-hal yang mudah dipahami, mudah dihafalkan,
atau mudah tertanam dalam pikiran seseorang. Dalam prinsip pengertian,
pembicara harus memperhatikan hal – hal berikut ini:
a. Uraian dari keseluruhan menuju
bagian-bagian, kembali keseluruhan
Penerapannya dalam praktek adalah
mengutarakan pokok bahasan secara sistematis, setelah dijelaskan satu persatu
pokok bahasannya. Setelah selesai menjelaskan pokok – pokok bahasannya baru
dibuat ringkasan dan kemudian disimpulkan secara singkat.
b. Uraian pembicaraan sistematis dan
logis
Sistematis artinya uraian
pembicaraan tidak menyimpang dari pokok bahasan dan urutannya harus logis.
Maksudnya logis adalah uraian pokok bahasannya umum menuju yang khusus atau
dari yang khusus menuju bahasan yang umum.
c. Membuat ungkapan – ungkapan yang
konkret
Ungkapan
yang konkret tersebut antara lain dengan memberikan memo teknik (cara untuk
menghapal), memberikan contohnya, memberikan ilustrasim memberikan suatu
perbandingan, memberikan hal-hal yang berlawanan.
5.
Prinsip
Ulangan
Prinsip ulangan menghendaki hal-hal
yang perlu diulang, agar permasalahan lebih meresap ke dalam hati pendengar,
sehingga permasalahan tersebut mudah diingat. Oleh karena itu, persiapan di
dalam komunikasi lisan, sebagai berikut :
a.
Persiapan
penyajian dan penutup pembicaraan
Persiapan
Persiapan
dalam berbicara pada umumnya mencangkup masalah pengetahuan, sistematikanya
(urutannya), tujuannya, tempat dan waktu.
b.
Penyajian
materi
Dalam
penyajian materi, hendaknya memuat tentang :
1) Pendahuluan
a) Motivasi yang menarik perhatian
b) Tujuannya
c) Ruang lingkupnya
2) Isi pembicaraan
Isi pembicaraan merupakan bagian
mengenai pembahasan masing – masing acara yang telah disebutkan di dalam ruang
lingkup penyajian. Pembahasan yang disampaikan pembicara hendaknya jelas,
menarik, lancar, tertuju dan mudah dipahami.
3) Penutup pembicaraan
Di dalam penutup hendaknya berisi
atau memuat tentang ringkasan materi yang dibahas, memberikan motivasi kembali
kepada para pendengar, memberikan harapan, saran-saran, ajakan, dsb.
c.
Sistematika
penyajian dan penutup pembicaraan
Pendahuluan pembicaraan
1) Motivasi yang menarik
Usaha
untuk menarik minat para pendengar adalah dengan cara mengemukakan pentingnya
isi ceramah atau kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari atau untuk masa depan
pendengar.
2) Mengutarakan topik secara umum
Topik
yang dibicarakan harus dapat memberikan gambaran umum yang kemudian
membicarakan permasalahan secara khusus.
3) Tujuan
Selain
berisi motivasi, isi pendahuluan hendaknya mengemukakan tentang maksud dan
tujuan pembicaraannya.
4) Ruang lingkup
Isi
pendahuluan harus mengemukakan ruang lingkup pembicaraannya yaitu batas-batas
pembahasan yang akan dibicarakan.
Isi Pembicaraan
Seorang
komunikator dalam menguraikan isi dari suatu pembicaraan hendaknya :
a) Lancar atau tidak ada gangguan
b) Harus menarik perhatian pendengar
c) Uraiannya harus jelas, mudah
ditangkap, dimengerti dan dihayati
d) Uraiannya darus mengesankan dan
menggunakan alat peraga
e) Pembahasannya harus tertuju atau
terarah kepada tujuan
Penutup pembicaraan
Di
dalam penutup pembicaraan perlu dikemukakan hal-hal yang penting, yaitu ada
ringkasan, motivasi, saran pembicara kepada pendengar, ucapan terima kasih dan
minta maaf kepada para pendengar.
d.
Alat
bantu dalam penyajian pembicaraan
Pembicaraan
yang hanya disampaikan dengan kata-kata tanpa alat bantu peraga hasilnya
diresapi pendengar sebesar ± 15%. Di dalam mempergunakan alat bantu seperti
alat peraga, seorang pembicara harus menyiapkan hal-hal berikut :
1) Gambar-gambar atau bagan-bagan yang
ditulis pada karton manila
2) Alat-alat peraga yang nyata atau
alat peraga yang sebenarnya
3) Alat peraga tiruan atau palsu
4) Slide proyektor, film projektor,
OHP, LCD, dsb
e.
Gaya
bahasa penyajian dalam berbicara
Gaya bahasa berbicara itu antara lain adalah sebagai berikut
:
1) Gerak-gerik
Air
muka dan gerakan badan, tangan, kepala, harus disesuaikan dan harus mengikuti
isi pembicaraan. Gerak-gerik ini sebaiknya wajar saja dan jangan dibuat-buat.
2) Pakaian
Pakaian
yang digunakan sebaiknya yang rapi, lengkap dan sopan. Pakaian rapi
artinya mengenakan pakaian terlihat wajar, teratur, dan serasi. Pakaian lengkap
artinya sesuai dengan apa semestinya. Pakaian yang sopan artinya pakaian yang
pantas dipakai menurut etika berpakaian.
3) Sikap jiwa
Sikap
jiwa yang diperlukan seorang komunikator pada waktu berbicara adalah tegas dan
jangan ragu-ragu. Hal ini diperlukan untuk menghilangkan kegugupan saat
berbicara di depan umum.
4) Suara
Suara
dalam berbicara hendaknya jelas dan kata-katanya tepat. Di samping suaranya
harus jelas juga jangan monoton (satu nada). Pada waktu bicara juga diharapkan
suaranya cukup keras, jelas, bersemangat dan berirama.
5) Pandangan jiwa
Pada
waktu berbicara, pandangan mata harus menyeluruh dan cara melihatnya selalu
berpindah-pindah. Pembicara tidak boleh grogi, sehingga pembicaraan dapat
dilakukan dengan lancar.
6) Sikap badan
Sikap
badan pada waktu berbicara hendaknya tegak, tapi tidak kaku dan dapat terlihat
dengan jelas oleh pendengarnya.
III.
TEKNIK
MENDENGARKAN AKTIF
Mendengarkan merupakan suatu kegiatan memperhatikan dengan
sebaik – baiknya dengan menggunakan indera pendengaran, sehinggga memahami
maksud secara tepat dari pihak komunikator. Untuk mendengarkan dengan baik
diperlukan konsentrasi yang tinggi dari pikiran agar dapat menangkap dan
menginterpretasi berita atau pesan yang dikirim komunikan. Proses mendengarkan
secara aktif dan efektif tidak hanya menggunakan indera pendengaran, tetapi
perpaduan antara indera pendengaran dengan pikiran.
A.
Mendengarkan
secara evaluatif
Ketika
mendengarkan pembicaraan, pendengar berupaya mendengarkan sambil mengadakan
evaluasi terhadap kata-kata yang diucapkan pembicara. Hasil penilaian ini
disampaikan kembali kepada pembicara dalam berbagai macam bentuk, antara lain
berupa: menolak, menyetujui (menyanggah atau mandukung isi pembicaraan).
B.
Mendengarkan
secara proyektif
Pendengar
berusaha memproyeksikan dirinya ke alam pikiran pembicara. Pendengar berusaha
memahami pandangan dari pembicara sampai pembicaraan selesai dan pendengar
memahami setiap arti kata dari pembicara. Cara mendengarkan yang aktif dan
efektif, yaitu sebagai berikut :
1. Dengarkan dengan penuh konsentrasi
apa yang sedang dibicarakan
2. Tangkap pesan-pesan penting atau
inti pembicaraan
3. Sebaiknya terlebih dahulu persiapkan
alat tulis menulis untuk mencatat inti pembicaraan
4. Bila pembicaraan terjadi secara
langsung tanpa menggunakan media komunikasi, pendengar dapat langsung bertanya
kepada pembicara perihal isi pembicaraan yang tidak dipahami (bila pembicaraan
terjadi ketika rapat, tunggu sampai pada acara tanya, jawab).
C. Pengertian, Tujuan Dan Macam Teknik
Dasar Komunikasi Konseling
Secara
sederhana, keterampilan konselor untuk melakukan komunikasi dengan konseli saat
proses konseling, bisa digambarkan dengan pemberian respon-respon fasilitatif yang bisa membantu tercapainya
tujuan konseling. Respon-respon fasilitatif inilah yang biasa dikenal dengan
sebutan Teknik Dasar Komunikasi dalam Konseling.
Menurut
Andriani (2009:4), teknik dasar komunikasi adalah teknik dasar yang dapat
digunakan untuk membantu konselor dalam menggali perasaan-perasaan konseli baik
dari tingkah laku verbal maupun non verbal sebagai usaha untuk memahami dirinya
sendiri dan memahami perubahan yang terjadi di dalam kehidupannya.
Dari
pengertian tersebut terkandung maksud bahwa teknik dasar komunikasi dalam
konseling tidak hanya bersifat respon dan pengamatan verbal, namun juga
bersifat non verbal. Teknik dasar komunikasi dalam konseling digunakan untuk
membantu konseli, dengan melakukan pengamatan terhadap tingkah laku verbal
maupun non verbalnya.
Teknik
dasar komunikasi dalam konseling itu sendiri merupakan sejumlah teknik yang
perlu digunakan konselor dalam keseluruhan proses konseling. Teknik-teknik ini
dimaksudkan untuk menuntun konselor supaya bisa melaksanakan konseling sesuai
dengan landasan teori yang ada, mencegah konselor untuk melakukan
kesalahan-kesalahan dalam konseling, mencegah konseli menyalahartikan proses
konseling, dan tujuan akhirnya adalah mencapai tujuan konseling itu sendiri.
Pada akhirnya, keseluruhan dari proses konseling diharapkan bisa membantu
konseli untuk bisa tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri dalam
kehidupannya.
Secara
lebih rinci, tujuan dari penggunaan teknik dasar komunikasi dalam konseling
menurut Andriani (2009) adalah sebagai berikut.
- Menunjukkan kemampuan konselor dalam memberikan tanggapan secara efektif, mengikuti atau menyesuaikan dengan apa yang disampaikan oleh konseli.
- Membantu konselor mengeksplorasi, menjelaskan, merumuskan masalah yang dihadapi konseli secara tepat dan efektif.
- Membantu konselor mengarahkan jalannya konseling.
- Membantu konselor untuk mengerti perasaan konseli dan dapat menunjukkan perasaan tersebut dengan kata-kata atau tindakan yang tepat.
- Membantu konseli untuk bisa lebih leluasa dalam mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dia keluarkan dalam konseling.
Dengan
tujuan – tujuan seperti tersebut di atas, tujuan akhir dari penggunaan teknik
dasar komunikasi dalam konseling adalah membantu konselor untuk bisa melakukan
konseling secara profesional. Dengan menjalankan konseling secara profesional,
maka tujuan konseling yang ditetapkan bersama konseli pun akan lebih mudah
untuk dicapai. Teknik dasar komunikasi dalam konseling yang diterapkan dengan
benar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dilakukan oleh
konselor selama proses konseling.
Fauzan, dkk., (2008) menjelaskan bahwa Teknik Dasar
Komunikasi dalam konseling itu terbagi ke dalam beberapa 16 kategori, yaitu prakonseling, opening, acceptance,
restatement, reflection of feeling, clarification, structuring, sharing of
experience, lead, reassurance, silent, rejection, advice, confrontation,
summarization, dan termination.
- Prakonseling
Prakonseling adalah teknik yang digunakan oleh
konselor untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
konseling, sebelum kegiatan konseling itu sendiri dilaksanakan.
- Opening
Opening adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang dipergunakan oleh konselor untuk mengawali hubungan atau
melakukan wawancara konseling yang sesungguhnya (Fauzan, 2008:26).
- Acceptance
Acceptance adalah sebuah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang menunjukkan penerimaan konselor terhadap konseli.
Berangkat dari sifat dasar konselor yang ditanamkan dari awal hubungan
konseling, acceptance merupakan pola
respon atau teknik yang digunakan untuk menanggapi apa yang diungkapkan oleh
konseli. Pola respon menggunakan teknik acceptance
mengisyaratkan bahwa konselor memperhatikan konseli dan memahami betul apa yang
diungkapkannya (Fauzan, 2008:29).
- Restatement
Restatement adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang berarti pengulangan pernyataan konseli. Restatement berbentuk pola respons untuk
menanggapi pembicaraan dengan cara mengulang atau menyatakan kembali sebagian
kata-kata yang dianggap penting, yang telah diucapkan oleh konseli (Fauzan,
2008:30).
- Reflecion of Feeling
Reflection of
Feeling
adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang berarti pemantulan
perasaan. Sesuai dengan artinya, maka teknik ini digunakan oleh konselor untuk
menanggapi pembicaraan konseli dengan memantulkan perasaan atau sikap yang
terkandung dalam pernyataan konseli (Fauzan, 2008:32).
- Clarification
Clarification merupakan teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang berarti penegasan pernyataan. Clarification dilakukan oleh konselor untuk menanggapi pembicaraan
konseli dengan cara memperjelas kata-kata yang telah diucapkan oleh konseli
melalui pemetikan atau pengambilan inti pembicaraan yang dianggap penting
(Fauzan, 2008:34).
- Structuring
Structuring adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang dapat diartikan sebagai penataan atau pembatasan. Structuring merupakan teknik
penginformasian atau penyepakatan akan perlunya diberikan batasan-batasan
tertentu dalam proses konseling (Fauzan, 2008:35).
- Sharing of Experience
Sharing of
experience
adalah teknik dasar komunikasi dalam konseling yang menyatakan pemahaman dan
penghayatan konselor terhadap kondisi konseli (Fauzan, 2008:37).
- Lead
Lead secara luas adalah ungkapan verbal
konselor yang secara khusus berniat mengarahkan perhatian dan pembicaraan
konseli pada satu alur pembicaraan yang dikehendaki menurut proses dan isi
bahasan konseling (Fauzan, 2008:40).
- Reassurance
Reassurance adalah suatu teknik dasar
komunikasi dalam konseling yang berarti pemberian kata jaminan atau dukungan
dari konselor kepada konseli. Pemberian kata jaminan atau ganjaran kepada
konseli ini wajib dilakukan oleh konselor kepada konseli, kapanpun konseli
menunjukkan kemajuan yang berarti baik sekedar perencanaan kognitif maupun
kemajuan nyata dalam perubahan perilaku (Fauzan, 2008:43).
- Silent
Silent adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang diciptakan oleh konselor dalam bentuk diam. Diam atau
membiarkan keheningan berlangsung beberapa saat, diciptakan oleh konselor
secara sengaja dengan beberapa tujuan tertentu (Fauzan, 2008:47).
- Rejection
Rejection adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang bisa diartikan sebagai larangan. Secara lebih luas,
larangan yang dimaksudkan adalah ungkapan konselor baik secara langung ataupun
tersamar untuk melarang konseli melakukan suatu hal yang dianggap bisa merugikan
diri konseli sendiri maupun pihak yang lainnya (Fauzan, 2008:51).
- Advice
Advice adalah respons verbal konselor yang
menunjukkan atau mengisyaratkan adanya pilihan, rencana, atau perbuatan yang
memiliki peluang berhasil paling besar bagi konseli, dan paling efektif untuk
dilakukan sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh konseli (Fauzan,
2008:53).
- Confrontation
Confrontation adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang digunakan konselor untuk mendeskripsikan
kesenjangan-kesenjangan, konflik-konflik, dan pesan-pesan bersilangan atau
rancu dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku konseli (Fauzan, 2008:56).
- Summarization
Summarization adalah teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang digunakan konselor untuk memadukan uraian pernyataan
konseli menjadi satu kesatuan atau keutuhan tema dari setiap sesi konseling
(Fauzan, 2008:58).
- Termination
Termination merupakan teknik dasar komunikasi
dalam konseling yang berfungsi untuk mengakhiri kegiatan konseling pada umumnya
(Fauzan, 2008:60)
IV.
PENYAMPAIAN PESAN
Dalam setiap komunikasi diharapkan
seorang komunikan dapat menagkap pesan yang disampaikan komunikator dengan
baik. Supaya tidak terjadi ke salah pahaman nantinya, juga dalam penyampaian
pesan seorang komunikator harus seefektif mungkin dalam menyampaikan
informasinya. Adapun ketentuan agar penyampaian pesan bisa efektif yaitu
strategi pesan ,pelaksanaan pesan, tone dan format pesan.
A. Strategi Pesan, meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
- Memutuskan pesan umum apa yang akan dikomunikasikan.
- Mengidentifikasi manfat-manfaat bagi pelanggan yang dapat digunakan sebagai tarik pemasangan iklan.
- Menciptakan konsep kreatif yang kuat. Ini mencakup tampilan iklan.
- Menciptakan daya tarik khusus yang akan digunakan dalam kampanye pemasangan iklan. Daya tarik iklan harus memiliki tiga sifat yakni meaningful (berarti), believable (dapat dipercaya) dan distinctive (khas).
B. Pelaksanaan Pesan, bisa dalam
berbagai gaya di antaranya :
1. Potongan
kehidupan ( slice of life ). Gaya ini menunjukkan satu atau lebih orang khas yang
menggunakan produk dalam situasi normal.
2. Gaya hidup
( life style ).
Gaya ini menunjukkan kecocokan sebuah produk dengan gaya hidup tertentu.
3. Fantasi. Gaya ini menciptakan fantasi di
sekitar produk atau kegunaannya.
4. Suasana
hati atau citra ( mood or image ). Gaya ini emnciptakan suasana hati
atau citra di sekitar produk.
5. Musikal ( musical
).
Gaya ini menunjukkan satu lebih orang atau tokoh orang atau kartun yang
menyanyikan lagu tentang produk tersebut.
6. Simbol
kepribadian (personality symbol). Gaya ini menciptakan tokoh yang
mewakili produk.
7. Keahlian
tehnis ( technical espertise). Gaya ini menunjukkan keahlian perusahaan dalam
menghasilkan produk.
8. Bukti
ilmiah ( scientific evidence ). Gaya ini menampilkan hasil survei atau buku ilmiah tentang
keunggulan produk.
9. Bukti atau
dukungan testimonial.
Gaya ini menampilkan sumber yang sangat dapat dipercaya dan disukai yang
mendukung produk tersebut.
10. Tone dalam iklan jelas diperlukan. Iklan
yang dibuat harus menggunakan kata-kata yang mudah dan terutama menarik perhatian.
Riset menunjukkan, konsumen cenderung mudah mengingat sebuah produk hanya
karena tone iklannya yang menarik.
11. Format, unsur yang juga berdampak besar
pada kualitas penayangan iklan. Perubahan kecil pada format design iklan
misalnya, bisa melahirkan dampak sangat besar. Beberapa hal yang harus dilihat
alam penentuan format iklan adalah,
12. Ilustrasi
(illustration),
harus cukup kuat agar bisa menarik perhatian audience.
13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar