Peradangan adalah reaksi
vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan,zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan adalah gejala
yang menguntungkan untuk
pertahanan tubuh terhadap kolonisasi kuman. Hasil
dari proses pertahanan terhadap kuman ini adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,
penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk
perbaikan dan pemulihan.
Sebab-sebab terjadinya
proses peradangan antara lain; 1) adanya infeksi dari mikroorganisme dalam
jaringan, 2) trauma fisik sehingga menimbulkan adanya luka, 3) cedera kimiawi, radiasi, mekanik atau
termak, serta 4) adanya reaksi imun (reaksi hipersensitivitas dalam
jaringan/reaksi alergi).
Tanda-Tanda Peradangan
Beberapa tanda peradangan antara lain :
a)
Rubor (kemerahan)
Rubor
merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah peradangan. Waktu. reaksi
peradangan mulai timbul maka anteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar,
dengan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh
dengan darah. Keadaan ini dinamakan hyperemia
atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
b)
Kalor (panas)
Pada
daerah peradangan, kulit menjadi lebih panas
dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan kepermukaan daerah yang terkena radang lebih banyak dari pada yang
disalurkan ke daerah normal.
c)
Dolor (rasa sakit)
Perubahan pH lokal atau
konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga neurotransimeter
banyak yang dilepas ke dalam peradaran darah. Selain itu, pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi
dapat menimbulkan rasa sakit.
d) Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan
sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan iterstitial. Campuran dari
cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Pada
keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair,seperti yang
terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan
e)
Functio laesa ( gangguan fungsi)
Akibat
dari proses peradangan, maka daerah lokal radang mengalami gangguan fungsi
seperti, tidak bisa digerakkan, terasa sakit, bila disentuh nyeri.
JENIS-JENIS PERADANGAN
1)
Radang
kataral
Jenis
radang ini sering menyerang membran mukosa, yang dapat mensekresi musin,
seperti mukosa mulut, dan mukosa bronkus.
2)
Radang
Pseudomembran
Radang
ini terbentuk di atas permukaan selaput lendir yang ditandai dengan pembentukan
eksudat/nanah berupa lapisan selaput superficial, mengandung fibrin, sel-sel
nekrotik aktif dan sel darah putih yang membusuk. Lokasi radang ini sering
terdapat pada daerah trakea, bronkus, dan GIT.
3)
Ulkus
Sering
terjadi di permukaan kulit yang timbul luka, karakteristik luka yang memborok
sehingga jaringan bawah kulit membusuk, terkadang mengeluarkan eksudat/nanah.
4)
Abses
Adalah
lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi yang sulit untuk diatasi oleh tubuh
karena kecenderungannya untuk
meluas dengan pencairan, kecenderungan untuk membentuk lubang dan resistensinya
terhadap penyembuhan. Jika terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik
dalam darah sulit masuk ke dalam abses.
5)
Radang
purulen
Sering
terjadi pada infeksi bakteri. Terdapat pada cedera tidak steril/kotor. Lokasi
radang dapat terjadi di hampir semua jaringan tubuh, dimana jairngan telah
mati/nekrotik.
6)
Flegmon
Radang
purulen yang telah meluas secara defuse ke jaringan
7)
Radang
supuratif
Adalah
radang yang sering disebabkan karena kuman gram negatif (Stafilococcus) yang menghasilkan nanah.
HISTOLOGI LEUKOSIT
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti,
disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah
leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3. Bila jumlahnya kurang dari
5000 sel/mm3 dinamakan leucopenia. Bila jumlahnya lebih dari 12.000
sel/mm3 dinamakan leukositosis.
Terdapat dua bentuk leukosit yaitu;
leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula. Bentuk granula dalam keadaan
hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk
inti yang bervariasi. Bentuk agranula, sitoplasmanya homogeny dengan inti
bentuk bulat. Terdapat 3 bentuk leukosit granula yaitu; neutrofil, eosinofil
dan basofil. Sedangkan leukosit agranula ada 2 bentuk yaitu; monosit dan
lymfosit.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan
seluler dan humoral terhadap antigen dan imunogen. Leukosit dapat bergerak
secara amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan
kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan
penyambung.
Jumlah leukosit per mikroliter darah pada
orang dewasa normal 4.000-11.000 sel, pada waktu lahir 15.000-25.000 sel, dan
menjelang hari ke-empat turun sampai 12.000 sel, dan normal pada usia 4 tahun.
ASPEK SELULER
PERADANGAN
Pada awal peradangan akut waktu arteriol
dilatasi, aliran darah ke daerah radang bertambah. Namun sifat aliran darah
berubah, berupa adanya kebocoran karena permiabilitas pembuluh darah meningkat,
sehingga viskositas darah naik. Akibat dari naiknya viskositas darah, maka sel
darah (leukosit) mulai mengalami marginasi,
yaitu gerakan sel darah putih ke bagian arus perifer sepanjang pembuluh
darah. Proses marginasi ini leukosit
menempel pada endotel, maka pembuluh darah seperti jalan berbatu (pavementing). Marginasi dan pavementing
merupakan proses permulaan emigrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan
sekitarnya.
Emigrasi sel leukosit ini ternyata memiliki
tujuan yang dinamakan (kemotaksis).
Leukosit yang melakukan emigrasi dan kemotaksis ini berasal dari sumsum tulang,
dimana tidak hanya leukosit saja sebetulnya juga diikuti oleh sel darah merah
(eritrosit), dan trombosit. Di dalam sumsum tulang diantara ketiga jenis sel
darah itu produksi sel darah putih lebih dominan dan lebih di atur. Bila ada
sinyal radang maka produksi leukosit di sumsum tulang ini ditingkatkan untuk
melawan agent yang menyebabkan radang.
Golongan leukosit ini dibagi menjadi
bergranula dan tidak bergranula. Leuksoit bergranula terdiri dari; neutrofil, eosinofil dan basofil. Ketiga
jenis ini sering disebut sel polimorfonuklear (PMN). Sedangkan monosit dan limfosit merupakan golongan
leukosit tidak bergranula dan sering disebut morfonuklear (MN).
Sel leukosit pertama yang muncul dalam
jumlah banyak di eksudat adalah neutrofil. Sel neutrofil ini dewasa di sumsum
tulang dalam waktu dua minggu. Bila meraka di lepas ke dalam pembuluh darah,
maka setengah umur sirkulasinya kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik terdapat
5.000 neutrofil. Cadangan di sumsum tulang lebih besar 100 kalinya, sehingga
sewaktu ada radang maka cadangan neutrofil ini siap di lepas ke sirkulasi darah
sebagai respon awal. Fungsi neutrofil sebagai fagositosis (pemakan mikroba). Di
dalam neutrofil terdapat enzim lisosom, yang bermanfaat untuk fagositosis.
Proses fagositosis dimulai dari adanya opsonisasi oleh zat kimia tertentu (system komplemen).
Eosinofil adalah jenis granulosit lain yang
dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, tetapi dalam jumlah lebih kecil
disbanding neutrofil. Fungsi khas eosinofil adalah membantu kemotaksis. Dengan
pewarnaan neutrofil berwarna lembayung, sedangkan eosinofil berwarna cerah.
Basofil merupakan jenis leukosit bergranula
yang ketiga. Dengan pewarnaan basofil berwarna biru. Sel ini juga berasal dari
sumsum tulang, basofil sering disebut mast
cell atau basofil jaringan. Granula dari kedua jenis ini banyak mengandung,
histamine, heparin dan berbagai enzim. Basofil berperan dalam kemotaksis dalam
reaksi imunologis. Mast cell hanya berada di dalam jairngan, mast cell inilah
yang banyak mengandung histamine.
Monosit adalah bentuk leukosit agranulosit.
Umur sirkulasi dari monosit 3-4x lebih panjang di banding granulosit. Pada
peradangan akut monosit juga mengalami emigrasi tetapi jumlahnya lebih sedikit
dan jalannya lebih lambat disbanding neutrofil. Pada jam-jam pertama peradangan
jumlah monosit relative lebih sedikit dalam eksudat. Monosit adalah bentuk leukosit agranulosit yang berada di dalam
sirkulasi darah. Bila monosit berada di dalam jaringan dinamakan makrofag. Fungsi dari makrofag sebagai;
antigen precenting cell, kemotaksis, fagositosis aktif dan mencerna berbagai
mikroorganisme. Makrofag di dalam jaringan bisa bertahan sampai berbulan-bulan,
sedangkan neutrofil tidak.
Satu jenis lagi dari leukosit adalah
limfosit. Sel darah putih ini bermanfaat sebagai reaksi imunologis. Rangsangan
pada limfosit-T (celluler) dapat membantu proses peradangan. Rangsangan pada
limfosit-B (humoral) dapat membantu pembentukan immunoglobulin.
Faktor
Yang Mempengaruhi Peradangan Dan Penyembuhan
Beberapa
faktor yang mempengaruhi proses peradangan
adalah :
1) Vaskularisasi, sistem
vaskularisasi yang kurang bagus menyebabkan pengiriman nutrisi dan oksigen ke
tempat jejas/lesi berkurang, sehingga memperlama proses penyembuhan. Kadar gula
darah yang tinggi juga memperlama proses penyembuhan luka. Sehingga orang yang
terkena penyakit diabetes pantangan terkena luka.
2) Keadaan gizi, proses
penyembuhan luka memerlukan kecukupan nutrient dan zat mikro. Gizi buruk
memperlama proses penyembuhan luka dan memperparah peradangan. Gizi
yang jelek akan berpengaruh pada proses perbaikan dan pertumbuhan cell yang
baru. Berat ringannya trauma akan mempengaruhi kerusahan organ tubuh. Proses
mobilisasi yang baik juga akan berpengaruh pada percepatan lama penyembuhan
proses peradangan.
3)
Jenis trauma, kerusakan
jaringan yang parah tentunya memperlama proses penyembuhan luka dan mempercepat
infeksi kuman.
4)
Imobilisasi, kurangnya
gerakkan di daerah luka akan berakibat pada pengiriman oksigen tidak cukup
karena vaskualrisasi ke arah luka jelek. Efek vaskularisasi
sangat tergantung pada kemampuan suplay darah menuju tempat peradangan,
dikatakan vaskularisasi baik bila; tekanan dan volume darah disuplay cukup
oksigen dan nutrient.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar