Sabtu, 26 Oktober 2019

Pendidikan sebgai ilmu dan seni


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses perkembangan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kesadaran spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, serta negara. Sehingga pelaksanaan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasan.
Ilmu memiliki pengertian yang sedikit berbeda dalam konteks pendidikan. Menurut Carter (1985, hlm. 36) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah “suatu bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek kuantitatif dan obyektif dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis untuk diisi berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk eksperimen”. Sedangkan menurut Driyarkara (1980, hlm. 66-67) ilmu pendidikan adalah “pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode, dan tersusun secara sistematis tentang pendidikan”. Selanjutnya, Barnadib (1987, hlm. 7) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan merupakan “ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak”.
Dari beberapa pendapat tersebut, ditarik garis besar bahwa ilmu pengetahuan membahas tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu, teori, dan praktis. Dengan kata lain, ilmu pendidikan merupakan sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.
Pendidikan sebagai ilmu diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan. Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat atau bangsa. Nilai merupakan ukuran yang bersifat normatif. Untuk itu, pendidikan sebagai ilmu juga bersifat normatif.
Pendidikan sebagai ilmu tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang obyek pendidikan, tetapi juga ingin mengungkap bagaimana sebaiknya untuk memperoleh manfaat terhadap obyek didiknya. Obyek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Sedangkan obyek formal ilmu pendidikan adalah penelaahan fenomena (gejala) pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Fenomena ini bukan hanya yang melekat pada manusia, namun berupa upaya mendidik manusia agar menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktifitas pendidikan, yakni mendidik dan dididik.
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktik pendidikan. Dengan dasar ilmu pendidikan, para pendidik dapat menyusun desain pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar, dan evaluasi. Implikasinya bahwa untuk menjadi seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.
Pendidikan bukan hanya sebagai ilmu, namun juga sebagai seni. Seni berasal dari kata sansekerta sani yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Seni pada dasarnya memiliki tujuan sebagai penyampaian komunikasi baik berupa gambar kegiatan yang dilakukan manusia yang menggambarkan kehidupan manusia, maupun yang lainnya. Untuk itu, seni dapat menjadi salah satu media komunikasi antar satu dengan lainnya. Dengan kata lain, seni dapat digunakan dalam pendidikan atau malah pendidikan dapat dikatakan sebagai seni.
Untuk memperjelas kedudukan pendidikan sebagai ilmu dan seni, tabel berikut menyajikan perbedaan ilmu dengan seni:
Aspek yang Dibandingkan
Ilmu
Seni
Bentuk karya kreasi
Sistem pengetahuan
Sistem pengungkapan cita rasa
Sifat kreasi
Pengetahuan yang deskriptif dan obyektif
Pengungkapan yang individualistik, subyektif, dan unik
Cakupan isi kreasi
Pengetahuan spesifik, informatif, dan prediktif
Pengungkapan khusus, interpretatif estetis, dan inspiratif.
Cara penyusunan kreasi
Pengetahuan hasil penyelidikan (purposif, selektif, dan verifikatif)
Karya seni hasil penghayatan estetis yang diungkapkan dalam bentuk tertentu
Penyajian hasil kreasi
Disajikan secara rinci, sistematis dalam bentuk konsep, hipotesa, dalil, teori, atau hukum
Diungkapkan secara konkrit dalam bentuk sastra, lukisan, bangunan, musik, dan lain-lain
Dalam konteks pendidikan, bahwa pendidikan sebagai ilmu sekaligus sebagai seni. Pendidikan sebagai ilmu terbukti karena fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah. Hasil studi ini berupa ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan dapat dijadikan dasar dan petunjuk bagi pelaksanaan praktik pendidikan. Hal ini ditunjukkan pada: (1) cara membuat desain pembelajaran, (2) penggunaan metode mengajar, (3) merancang media pembelajaran, (4) mengelola kelas, (5) menyajikan materi pembelajaran, (6) menggunakan media pembelajaran, (7) menyusun alat evaluasi, dan (8) mengajukan pertanyaan. Implikasinya bahwa untuk menjadi guru yang profesional, seseorang dapat mempelajari ilmu pendidikan, meliputi: (1) pedagogik, (2) psikologi pendidikan, (3) didaktik, (4) metodik, dan (5) evaluasi pembelajaran.
Pendidikan sebagai seni terbukti karena pendidian merupakan suatu kegiatan yang melibatkan aspek kreativitas, improvisasi, spontanitas, dan inspirasi. Mengajar adalah seni, seperti halnya melukis, mengajar melibatkan emosi, penghayatan, inspirasi, improvisasi, dan hati sanubari. Mengajar tidak dapat seluruhnya melibatkan formula atau rumus-rumus tertentu.
Pendidikan sebagai ilmu dan seni dapat mempengaruhi perkembangan tumbuh kembang anak, karena pada dasarnya anak yang dalam masa  pertumbuhan pola berpikirnya sedang terekplor suka dengan hal-hal yang baru, dan rasa ingin tahunya tinggi, termasuk dalam bidang seni dan keilmuan. Untuk itu saya mencoba menjelaskan konsep pedidikan sebagai ilmu dan seni dalam makalah ini.
Mendidik adalah tentang bagaimana cara kita dapat hidup dengan anak-anak dan dapat mengerti anak-anak sehingga seolah-olah kita menjadi seperti anak-anak. Mendidik tidak cukup dengan memiliki pengalaman, menguasai ilmu pengetahuan, dan menerapkan teknologi, namun juga perlu melibatkan aspek seni. Sebaliknya mengajar tidak cukup melibatkan emosi, inspirasi, penghayatan, dan improvisasi, namun memerlukan penguasaan materi, metode, media, dan teknik mengevaluasi. Dengan demikian, pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan praktik pendidikan serta harus kreatif, menghayati, dan improvisasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan konsep pendidikan sebagai ilmu
2.      Menjelaskan konsep pendidikan sebagai seni
3.      Menjelaskan konsep pendidikan sebagai ilmu dan seni.
4.      Menjelaskan pendidikan sebagai panduan ilmu dan seni

BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Ilmu.
1.      Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari Bahasa Arab “ Alama-ya’lamu-ilman” , yang artinya mengetahui atau memahami. Dan ilmu menurut istilah adalah pegetahuan sistematis dan ilmiah, atau uraian yang lengkap dan tersusun oleh suatu objek. Secara umum pengertian ilmu merupakan kumpulan suatu proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur, dan metode ilmiah lainnya untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis. Ilmu atau ilmu penegetahuan diartikan seluruh usaha manusia untuk menemukan, menyelidiki, meningkatkan pemahaman dari kenyataan yang ada dalam alam manusia.
Istilah ilmu berasal dari kata alima (Bahasa Arab) yang berarti pengetahuan. Di dalam bahasa Latin dikenal pula kata scire yang juga berarti pengetahuan. Ada berbagai jenis pengetahuan, jenis pengetahuan dikelompokan menjadi : revealed knowledge, intuitif knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan  authoritative knowledge, dipihak lain ada juga yang mengelompokan jenis pengetahun menjadi :commonsense knowledge, dan religious knowledge. Secara etimologi ilmu adalah pengetahuan, karena itu semua pengetahuan tersebut diatas adalah ilmu.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ilmu merupakan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis untuk dapat menerangkan bidang tertentu dalam bidang pengetahuan.
Menurut  Jhon G. Kemey ilmu merupakan suatu pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode ilmiah. Maka ilmu dapat dikatakan suatu produk atau hasil dari sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai caranya atau prosesnya.
Ilmu pengetahuan memiliki objek material dan objek formal, objek material dari ilmu pengetahuan adalah manusia atau anak yang diberikan pendidikan. Objek material boleh sama antara satu ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan yang lainnya, sedangkan jika objek formal dari ilmu pengetahuan itu haruslah berbeda karena yang menjadi objek formal adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia menjadi beradab, ilmu pengetahuan memberikan dasar-dasar sabagai landasan terhadap usaha tersebut, dan juga memberikan pedoman bagimana usaha tersebur dilaksanakan, objek formal akan menjadi lebih jelas jika kita telah mengetahi apa yang menjadi objek pembicaraan dari pendidikan tersebut.
Secara substansial dan operasional ilmu menunjukan kepada tiga hal, yakni : bodiesof knowledge, a body of systematic knowledge, dan scientific method. Ilmu mengandung arti secara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah.
Ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang terdapat dialami manusia. Setiap ilmu memilki objek material dan objek formal. Beberapa disiplin ilmu mungkin memilki objek formal yang berbeda. Objek studi setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.
2.      Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang cermat dan terencana. Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dan empiris. Kerangka studinya merupakan proses logico-hypotetico-verifikasi, atau menggunakan kerangka berfikir deduktif-induktif. Namun demikian, metode ilmiah dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.
3.      Isi ilmu dapat berupa konsep, aksioma,postulat, prinsip, hukum teori, dan model. Dalam hal ini isi ilmu bersifat objektif, deskriftif, dan sajikan secara rinci dan sistematis.
4.      Fungsi ilmu adalah menjelaskan, menprediksi, dan mengontrol.
Berbagai jenis ilmu anatara lain diklasifikasikan ke dalam : natural science, dan human science. Klasifikasi lain adalah : natural science, social science, behavioral science, dan formal science. Ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi  ilmu murni dan ilmu terapan.
2.      Karakteristik Ilmu
Berdasarkan kehidupan manusia, kita dapat merasakan berbagai kemajuan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu. Contoh: Anda masih ingat orang bisa mendarat ke bulan, sebelumnya hal tersebut dianggap mustahil, tetapi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata orang sampai juga ke bulan. Demikian juga contoh lain yaitu  orang mempunyai anak hasil bayi tabung. Secara umum karakteristik ilmu adalah :
a.       Bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
Contoh:
Penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya ceramah, tetapi ada metode lain misalnya diskusi yang bisa digunakan di kelas dalam rangka mengaktifkan siswa.
Media pembelajaran tidak selamnya harus elektronik, tetapi manual juga bisa digunakan selama tepat dalam penggunaannya.
b.      Kebenarannya tidak mutlak
Kebenaran suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena yang menyelidiki/ menemukannya adalah manusia. Kekeliruan/ kesalahan yang mungkin terjadi bukan karena metode, melainkan terletak pada manusia yang kurang tepat dalam penggunaan metode tersebut.
Contoh:
Pendekatan dalam pembelajaran muncul berbagai nama, misalnya pembelajaran partisipatif, kontekstual learning, kooperatif learning
c.       Bersifat Objektif 
Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/ meneliti sesuatu harus didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Contoh:
Berbagai model pembelajaran muncul dengan diawali penggunaannya dalam pembelajaran, kemudian diteliti efektivitas dari masing-masing model tersebut, kemudian disosialisasikan.
Harsoyo (1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu itu ada empat, yaitu :
a.       Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio) yang bersifat objektif.
Contoh :
Penggunaan pembelajaran partisipatif dapat menumbuhkan kreativitas pada siswa, karena pada pelaksanaannya setiap siswa diberi kesem-patan untuk mengungkapkan pendapat/ gagasan, atau dalam mengambil keputusan. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kerjasama diantara peserta belajar, karena dalam pelaksanaannya peserta belajar dibagi dalam kelompok kecil untuk memecahkan suatu permasalahan.
d.      Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu sifatnya tidak abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian dapat menghasilkan ilmu.
Contoh:
Penggunaan pembelajaran partisipatif didasarkan pada pengamatan bahwa keaktifan dan kreatvitas peserta didik sangat memuaskan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek .
Penggunaan pembelajaran kooperatif dianggap efektif dalam menciptakan peserta didik untuk belajar bekerja sama ketika harus memecahkan suatu masalah, sehingga pada diri anak tumbuh rasa kebersamaan.
e.       Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu tidak hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat dimanfaatkansecara makro tanpa dibatasi oleh ruang.
Contoh :
Penggunaan model pembelajaran partisipatif ataupun pembelajaran kooperatiftidak hanya digunakan oleh seorang guru dalam mata pelajaran tertentu, tetapidapat juga digunakan oleh guru lainnya dalam mata pelajaran yang berbeda .
Penggunaan media dengan memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan potensi lokal yangdimilikinya.
f.       Bersifat Akumulatif
Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya. Ilmu sifatnya tidak statis, setelah diperoleh ilmu tentang sesuatu, maka akan muncul ilmu-ilmu baru lainnya.
Contoh:
Setelah muncul model pembelajaran partisipatif dan model pembelajarankooperatif, muncul lagi model pembelajaran lainnya, misalnya model kontekstual learning
Ilmu pendidikan adalah system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.
  1. Klasifikasi Ilmu
Ilmu dapat digolongkan menjadi :
a.       Ilmu Alam
Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumus-kan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Cabang-cabang utama dari ilmu alam adalah:
-          Astronomi
-          Biologi
-          Ekologi
-          Fisika
-          Geologi
-          Geografi fisik berbasis ilmu
-          Ilmu bumi
-          Kimia
b.      Ilmu Sosial
Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah :
-          Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
-          Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
-          Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
-          Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
-          Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
-          Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
-          Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
-          Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
-          Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
-          Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
c.             Humanities (Ilmu Humaniora)
Ilmu Humaniora adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau diperhatikan manusia (dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan alam) (KBBI,1999).
Ilmu humaniora bertujuan memunculkan sosok yang humanis yakni orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Secara lebih khusus, Prof. Dr. IGAK Wardani (2007) menjelaskan bahwa tujuan ilmu humaniora adalah :
-          Membebaskan pikiran untuk mandiri dalam menemukan, memilih, dan memanfaatkan informasi
-          Membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti lebih berbudaya.
Cabang-cabang Ilmu Humaniora :
-          Bahasa
-          Sastra
-          Teologi
-          Filsafat
-          Ilmu Sejarah
-          Kesenian
Dari sumber pengetahuan dan alat pengetahuannya, pengetahuan dapat di bagi menjadi 4 yaitu :
1)      Pengetahuan Sainstifik (pengetahuan ilmiah)
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat ilmiah adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus runtut).
2)      Pengetahuan Intutif Dan Perasaan
Pengetahuan Intuitif adalah suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan dari dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam berbagai variannya selalu melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan.
3)      Pengetahuan Ilham Dan Kasyaf
Ilmu kasyaf adalah suatu ilmu mistik dimana penganutnya bisa mengetahui suatu kejadian dibalik hijab (pembatas) atas segala keterbatasan yang dimiliki manusia. Pemilik kasyaf bisa menerima berita-berita yang ghaib perkara mengenai akhidah agama. Yang dimaksud hijab disini atau pembatas adalah segala yang membatasi kemampuan manusia berkenaan dengan kodrat penciptaanya. Mengenai naluri-naluri makhluk hidup yang mampu menemukan semisal benda-benda materi atau tempat tertutup pada jarak yang jauh, ia menfsirkannya dengan inderanya yang mampu menerima getaran-getaran dan mengikutinya sampai kesumber-nya.
4)      Ilmu pengetahuan yang diwahyukan
Pengetahuan yang diwahyukan dapat digambarkan sebagai suatu bentuk pengetahuan atas kalam kalam yang di firman kan tuhan, sang penguasa alam, kepada manusia dalam kemahakuasaannya melalui perantara para rosulnya.
Ada berbagai jenis pengetahuan yang bersumber dari buku prof. Dr. Muhmidayeli M.Ag, jenis pengetahuan dikelompokan orang menjadi :
1)        Intuitif knowledge (Pengetahuan Intuitif)
Pengetahuan Intuitif adalah suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan dari dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam berbagai variannya selalu melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan.
2)      Rational  knowledge (pengetahuan rasional)
3)      Empirical  knowledge (pengetahuan empiris)
Pengetahuan Rasional adalah pengetahuan yang di peroleh melalui latihan akal budi dalam mencerna ragam realitas yang ada dan hal hal yang mungkin ada, baik melalui dan atau tanpa observasi dari keadaan-keadaan aktual.
Sampai saat ini, pengetahuan empiris atau pengetahuan yang dikonfirmasi melalui bukti-bukti indrawi merupakan sesuatu yang amat penting. Dengan daya melihat, mendengar, senyum, merasakan, dan mencicipi, kita dapat membangun ataupun membentuk konsepsi kita tentang dunia sekitar kita. Dengan demikian pengetahuan dalam konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi fakta. Jika kaum rasionalis mengatakan kepada kita bahwa things through, maka kaum empiris mengajak kita untuk look and see.
4)      Authoritative knowledge (Pengetahuan Otoritatif)
Pengetahuan otoritatif ini adalah suatu pengetahuan dianggapbaik dan benar bukanlah karena kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih dikarenakan oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para akhli dalam bidangnya.
5)      Pengetahuan agama
Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan dan lewat utusannya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
4.      Pendidikan sebagai Ilmu
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa, dimana ada kehidupan manusia, disitu ada pendidikan (Driyarkara, 1980:32). Pendidikan sebagai gejala yang universal adalah suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala universal sekaligus menjadi upaya untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan adanya pendidikan yang terselenggara lebih lebih baik, teratur dan atas didasarkan atas pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih bertanggung jawab pada cara ia mendidik generasi penerus agar lebih berhasil dalam menjalani hidupnya dalam pergaulan dengan sesame dan hubunganya dengan Tuhan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia (Soedomo 1990:30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain kalangan pendidikan mencermati pendidikan, disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya. Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan sebagi gejala sekaligus upaya ini melahirkan teori-teori pendidikan (theories of education).
Adapun pengertian pendidikan sebagai ilmu menurut para pakar adalah sebagai berikut :
a.       S. Brojonegoro, ilmu pendidikan yaitu teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
b.      Carter V. Good, suatu bangunan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif, objektif dan proses belajar, menggunakan instrument secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman seringkali dalam eksperimental.
c.       Imam Barnadib, ilmu yang membicarkan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak. Ilmu pendidikan bercorak teoritis dan bersifat praktis.
d.      Driyarkara, pemikiran ilmiah yang bersifat kritis, metodis, dan sistematis tentang realitas yang disebut pendidikan.
e.       George F. Kneller (1971:231), member arti tentang teori pendidikan. Kata teori menurutnya mempunyai 2 makna sentral:
1)   Menunjuk suatu hipotesis / serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi / eksperimen.
2)   Pemikiran sistematik / serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren, teori dalam artian ini, pendidikan telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Ernest E. Bayles, mengatakan teori pendidikan adalah berkenaan tidak hanya dengan apa yang ada, bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan secara sadar dalam kaitannya dengan pendidikan, maka teori pendidikan mempnuyai keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan teori penjelas yang seolah memadang teori pendidikan sebagi gejala/fenomena/fakta. Teori pendidikan dikategorikan sebagai teori praktis (practical theory) karena berkaitan antara kegiatan teori dan kegiatan pendidikan. P. H. Hirst tetap berpendapat bahwa fungsi utama dari teori pendidikan adalah untuk membimbing praktek pendidikan. (More, 1974: 5-8). Teori pendidikan memiliki aspek prespektif (normatif). Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsure-unsur bangunan pengetahuan (a body of knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 1990: 31 – 33).
5.      Persyaratan Pendidikan sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi dapat tampil sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat-syarat :
a.       Memiliki objek studi (formal dan material)
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.
b.      Memiliki sistematika
Sistematika ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu;
1)      Pendidikan sebagai gejala manusiawi.
Dapat dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan. Komponen pendidikan itu adalah : (a)   tujuan pendidikan, (b)   peserta didik, (c)   pendidik, (d)   isi pendidikan, (e)   metode pendidikan, (f)   alat pendidikan, (g)   lingkungan pendidikan.
2)      Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Menurut Noeng Muhadjir sistematika ini bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu : (a) menumbuhkan kreatifitas peserta didik, (b) menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi, (c) menyiapkan tenaga produktif.
3)      Pendidikan sebagai gejala manusiawi.
Menurut Mochtar Buchori ilmu pendidikan mempunyai 3 dimensi : (1) dimensi lingkungan pendidikan, (2) dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan, (3) dimensi waktu dan ruang.
c.       Memiliki metode
Memliki metode-metode dalam ilmu pendidikan :
1)     Metode normative, berkenaan dengan konsep manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.
2)     Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3)     Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
4)     Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.
5)     Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan kegiatan pendidikan.
6)     Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.
Struktur ilmu pendidikan yang masih dalam keadaan berkembang, dalam menghadapi tantangan zaman tidak perlu menjadikan kita ragu akan eksistensinya sebagai ilmu. Seberapa jauh ilmu pendidikan telah memadai ditinjau dari ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu yang utuh? Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan sistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan prinsip-prinsip yang dipelajari. Suatu kawasan studi dapat menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu, bila memenuhi setidaknya 3 syarat :
a.       Memiliki objek studi(material dan formal)
b.      Memiliki sitematika
c.       Memiliki metode
Yang menjadi objek material pendidikan adalah perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dilihat dari segi pendidikan dan segi-segi yang lain seperti segi psikologis, sosiologis dan antropologis. Seperti yang diketahui, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kelompok. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagai makhluk biososial, yaitu makhluk yang berbudaya. Dari segi lain dan peilaku manusia yaitu sebagai insan politik, insan ekonomi, insan hokum/ insane sejarah. Jadi yang membedakan ilmu dan ilmu lain adalah objeknya.
Objek formal pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam prespektif yang luas dan integratif. Semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia, melainkan juga upaya memanusiakan manusia agar menjadi benar-benar manusia (insan). Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
Syarat kedua bagi disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika. Secara teoritik sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 segi tinjauan, yaitu :
a.       Melihat pendidikan sebagi gejala mausiawi
b.      Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar
c.       Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sebagai upaya sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan.
Sistematika yang pertama, pendidikan sebagai gejala, dapat dianalisis dari proses atau situasi pendidikan, yaitu adanya komponen-komponen pendidikan yang secara saling berinteraksi dalam suatu rangkaian kesuluruhan kebulatan kesatuan dalam mencapai tujuan. Komponen-komponen pendidikan yaitu:
a.       Tujuan pendidikan
b.      Peserta didik
c.       Pendidik
d.      Isi pendidikan
e.       Metode pendidikan
f.       Alat pendidikan
g.      Lingkungan pendidikan
Sistematika yang kedua, pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia (peserta didik). Sistematika yang kedua ini menurut Noeng Muhadjir (1987: 19-37) bertolak dan fungsi pendidikan, yaitu :
a.       Menumbuhkan kreativitas peserta didik (pendidikan kreativitas);
b.      Menjaga lestarinya nilai-nilai insan
c.       Menyiapkan tenaga kerja produktif
Sistematika ketiga melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi sekaligus sebagai upaya sadar mengantisipasi konteks perkembangan sosio-budaya di masa depan. Mochtar Buchori (1994: 81 – 86) ilmu pendidikan memiliki 3 dimensi: dimensi lingkungan pendidikan, dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan, dimensi waktu dan ruang.
Syarat ketiga bagi disiplin ilmu, yaitu memiliki metode. Dalam arti kata, metode (Yunani:methodos) adalah cara/ jalan. Sehubungan upaya ilmiah, maka dapat memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan.
B.     Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.
1.      Definisi Ilmu Pendidikan
Pakar pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian ilmu pendidikan. Perbedaan pendapat itu disebabkan karena sudut pandang yang berbeda.
a.    Carter (1985 : 36) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek kuantitatif dan objektif dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis untuk diisi berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk eksperimen.
b.    Driyarkara (1980 : 66 : 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode dan tersusun secara sistematis tentang pendidikan.
c.    Bernadib (1987 : 7) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak.
d.   Langeveld, paedagogi atau ilmu pendidikan adalah suatu ilmu yang bukan hanya menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses situasi pendidikan.
e.    Brodjonegoro menjelaskan bahwa ilmu pendidikan adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu pendidikan membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori, ataupun yang bersifat praktis.Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.
Sebagai ilmu yang berdiri sendiri, ilmu pendidikan termasuk ilmu yang beru berkembang. Padahal secara praktis, pendidikan sudah dimulai sejak manusia ada. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ilmu pendidikan dapat dikelompokan dan diberi atribut sebagai berikut:
a.       Ilmu Pendidikan sebagai ilmu normatif
Ilmu pendidikan selalu berhubungan dengan soal, siapakah “manusia” itu? Pembahasan tentang siapakah manusia itu biasanya termasuk ranah filsafat, yaitu bersifat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik pendidikan, karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu lembaga atau bangsa yang melaksanakan pendidikan. Nilai-nilai ini menentukan ciri ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek pendidikan. Nilai luhur itu biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikan nilai-nilai itu secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup juga dari keyakinan keagamaan yang dianut seseorang.
Dengan demikian, ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan. Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, atau bangsa. Selanjutnya, nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, sehingga dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang normatif.
b.      Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoritis dan praktis
Ilmu pendidikan tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang objek pendidikan, tetapi juga ingin mengetahui bagaimana sebaiknya untuk memperoleh manfaat terhadap objek didiknya. Jika dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu pendidikan dapat disebut “ilmu yang praktis” sebab ditujukan kepada praktik dan perbuatannya yang mempengaruhi anak didik. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan kepada praktik pendidikan, namun untuk mendalami kajian bagaimana praktik pendidikan itu dilaksanakan dilakukan teori (ilmu teori) agar dapat dijadikan landasan dalam mencari kebenaran melalui praktek (ilmu praktis). Hasil yang didapat merupakan kajian sistematis yang terarah, dan empirik. Ilmu pendidikan lahir dan berkembang setelah praktik pendidikan berlangsung lama sehingga tampilan ilmu pendidikan sebagai ilmu masih belum final. Itu berarti, ilmu pendidikan masih dalam proses pembentukan jati diri.
c.       Memiliki objek material dan objek formal
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Perlu diingatkan bahwa perilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan tetapi juga oleh ilmu-ilmu sosiologi, psikologi, antropologi dan lain lainapabila objek material suatu ilmu mempunyai kesamaan dengan objek materiel ilmu lain, untuk membedakannya diperlukan objek formal dari ilmu tersebut yang menjadi kekhususan atau ciri khas untuk menentukan macam suatu ilmu.
Objek formal ilmu pendidikan merupakan penelaahan, fenomena(gejala) pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Fenomena ini bukan hanya segala yang melekat pada manusia tetapi juga berupa upaya memanu-siakan manusia agar menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan mencakup keseluruh aktifitas pendidikan, yaitu mendidik dan didik, termasuk pemikiran sistematis tentang pendidikan.
d.      Memiliki Sistematika
Pendidikan sebagai fenomena manusiawi dapat dianalisis berdasarkan proses atau situasi pendidikannya, yaitu ketika terjadi interaksi antar komponen (tujuan, peserta didik, pendidik, alat dan lingkungan).
e.       Pendidikan Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktek pendidikan. Dengan dasar Ilmu Pendidikan para pendidik dapat menyusun desain pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar serta evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek pendidikan merupakan aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk menjadi seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.
Sebagai ilmu, ilmu pendidikan juga memiliki metode. Menurut Soedomo (1990 : 46 : 37) metode dalam ilmu pendidikan meliputi :
-          Metode normatif , yaitu metode penentuan konsep manusia yang diidealkan oleh pendikan menyangkut nilai baik dan buruk.
-          Metode eksplanatori,  yaitu metode mengetahui kondisi dan kekuatan yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
-          Metode teknologis, yaitu metode yang berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil mencapai tujuan dengan mudah.
-          Metode deskriptif fenomenologis,Yaitu metode untuk mempengaruhi dan mengklarifikasi kenyataan ditemukan hakikatnya.
-          Metode hermeneutis, Yaitu metode untuk memahami kenyataan pendidikan secara kongkrit dan historis agar makna dan struktur pendidikan menjadikan jelas.
-          Metode analis kritis, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis secara kritis istilah-istilah, pernyataan, konsep dan teori pendidikan.
  1. Karakteristik Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.         Objek Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah manusia  (manusia sebagai makhluk Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan hewan); sedangkan objek formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang berhubungan dengan kegiatan mendidik.
b.        Metode: Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif. Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya. 
c.         Isi Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam hal ini  ilmu pendidikan bersifat objektif, deskriptif, preskriptif (normatif), yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan juga preskriptif/normatif.
d.        Fungsi ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.
e.         Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu.Sekalipun demikian, menurut M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat otonom ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan “tamu”nya.
  1. Klasifikasi Ilmu Pendidikan
M.J. Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas :
a.       Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi :
1)      Ilmu Mendidik Sistematis.
2)      Sejarah Pendidikan.
3)      Ilmu Perbandingan Pendidikan.
b.      Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:
1)      Didaktik/Metodik.    
2)      Pendidikan dalam Keluarga.
3)      Pendidikan Gereja (Lembaga Keagamaan).
Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut :
a.       Ilmu Pendidikan Makro:
1)      Ilmu Pendidikan administratif.
2)      Ilmu Pendidikan Komparatif.
3)      Ilmu Pendidikan Historis.
4)      Ilmu Pendidikan Kependudukan.
5)      Ilmu Pendidikan Mikro:
b.      Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:
1)      Pedagogik Teoritis.
2)      Ilmu Pendidikan Psikologis.
3)      Ilmu Pendidikan Sosiologis.
4)      Ilmu Pendidikan Antropologis.
5)      Ilmu Pendidikan Ekonomik.
c.       Ilmu Mendidik Khusus:
1)      Ilmu Persekolahan.
2)      Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
3)      Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.
C.    Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Seni
1.      Pengertian Seni
Seni berasal dari bahasa sansekerta yang artinya pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Menurut Padma Puspita, seni berasal dari bahasa Belanda  “genie” dalam bahasa latin disebut “genius” yaitu kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir
Ki Hajar Dewantara mengatakan, seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidupnya serta perasaannya  yang bersifat indah sehingga dapat mengantarkan jiwa perasaan manusia.
Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa sehingga menghasilkan sesuatu yang elok dan indah. Seni merupakan suatu ekspresi manusia yang berunsurkan keindahan dan diungkapkan melalui media nyata yang dapat dinikmati oleh panca indra manusia.
Seni pada dasarnya memiliki tujuan sebagai penyampaian komunikasi baik berupa gambar kegiatan yang dilakukan manusia yang menggambarkan kehidupan manusia, maupun yang lainnya. Dahulu seni juga digunkan sebagai pemujaan sehingga seni dikaitkan dengan hal-hal yang magis, namun berbeda dengan zaman sekarang seni sudah berkembang dan nilai fungsinya juga semkain beragam. Seni juga dapat menjadi salah satu media komunikasi antar satu dengan lainya, dahulu seni dituangkan dalam media kanvas, tetapi sekarang media yang digunakan dalam seni sudah semakin maju misalnya media elektronik maupun digital yang lebih banyak menciptakan karya baru. Seni dapat digunakan dalam media pembelajaran atau pendidikan Karena seni memiliki keberagagaman jenisnya maka seni sangat fleksibel mampu digunakan dalam segala aspek termasuk dalam dunia pendidikan.
2.      Pendidikan (Mendidik) Sebagai Seni
Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasannya bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaaan dan nilai yang sebenarnya diluar daerah Impilan jeniulmu (ilmu yang berparadigma posotivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Galagher (1970) seni mendidik itu merrupakan: (1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki oleh beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana cara mereka mempraktekan keterampilan itu.
Praktek keterampilan diakui sebagai seni, implikasinya fungsi mendidik yang utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan berpura-pura. atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.
Gilbert Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa buku ini “ Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah seni bukan ilmu. Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan metode ilmu untuk urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik sering digunakan untuk menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang besar dan suatu diagnosa ilmiah tentang struktur fisik manusia selalu sangat bermanfaat. Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasanya bahwa praktek pendidikan  melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya di luar daerah ilmu (ilmu yang berparadigma positivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu  merupakan :
1.    Keterampilan jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan
2.    Mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan itu.
Mengajar tidaklah seperti menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih mirip dengan melukis sebuah gambar atau menggelar sebuah musik dengan arti bahwa di dalam mengajar itu seseorang harus melibatkan diri didalamnya dan menyadari bahwa mengajar tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-formula atau anda akan merusak sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda sendiri (Redja M, 2011).
Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.
Dalam pembelajaran dikelas dengan istilah Teaching of Science and Teaching of Art mengajar sebagai ilmu artinya bahwa pendidik diharapkan menguasai isi materi pembelajaran secara memadai, dan Mengajar Sebagai Seni artinya behwa pendidik piawai dalam cara penyampaian isi materi pembelajaran agar para terdidik dengan cepat dan tepat menguasai materi pembelajaran.
D.    Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni
Menurut A.S Neil “ mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu tetapi adalah seni “. Diartikan sebagai seni adalah bagaimana kita hidup dan mengerti anak-anak seolah-olah kita menjadi seperti anak. Menurut aliran konstruksivisme mengakui hal yang sama. Implikasi bahwa “ tugas guru adalah membantu agar siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkrit maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Mengajar adalah merupakan seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi “.
Menurut aliran konstruksivisme. Implikasinya bahwa “ tugas guru adalah membantu agar siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkrit maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Mengajar adalah merupakan seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi “.
Pandangan bahwa mengajar (mendidik) tidaklah seni semata, tetapi juga ilmu dikemukakan pula oleh Charles Silberman. Silberman mengatakan : “yakin mengajar seperti praktek kedokteran banyak berupa seni, yang memerlukan latihan bakat dan kreativitas. Tetapi  kedokteran, adalah menjadi sebuah ilmu, karena berkenaan dengan suatu perbendaharaan teknik-teknik, prosedur-prosedur, dan kecakapan-kecakapan yang dapat dipelajari dan diterangkan secara sistematis, dan oleh karena itu ditransmisikan dan dikembangkan” (Redja Musyahardjo).
Pandangan pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan pendidikan sebagai ilmu. Pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, scenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi mengajar agar peserta didik mampu memahami dengan mudah materi yang akan desampaikan salah satunya dengan kreativitas yang menuntut adaya seni didalamnya.
Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperolehmanfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.
Dengan demikian pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan. Namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi dengan harus memperhatikan karakteristik anak didik. Esensinya bahwa praktek pendidikan hendaknya merupakan perpasuan antara ilmu dan seni.
E.     Praktek Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni
1.      Pendidikan Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktek pendidikan. Dengan dasar Ilmu Pendidikan para pendidik dapat menyusun desain pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar serta evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek pendidikan merupakan aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk menjadi seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.
F.      Pendidikan Sebagai Seni
Gilbert Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa buku ini “ Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah seni bukan ilmu. Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan metode ilmu untuk urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik sering digunakan untuk menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang besar dan suatu diagnosa ilmiah tentang struktur fisik manusia selalu sangat bermanfaat. Mengajar tidaklah seperti menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih mirip dengan melukis sebuah gambar atau menggelar sebuah musik dengan arti bahwa di dalam mengajar itu seseorang harus melibatkan diri didalamnya dan menyadari bahwa mengajar tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-formula atau anda akan merusak sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda sendiri (Redja M, 2011). Dengan demikian pendapat ini sangat bertentangan dengan pendapat sebelumnya tentang pendidikan sebagai ilmu.

BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Ilmu merupakan usaha untuk memahami meyakini ataupun menyelidiki sesuatu yang terdapat dalam kehidupan manusia, ilmu dijadikan pedoman atau dasar pendidikan yang harus dimiki untuk membentuk kepribadian, pemikiran, pengetahuan pada diri seseorang, dalam prakteknya bisa dilakukan dengan berbagai cara agar peserta didik dapat memahami materi yang diberikan dengan mudah, salah satunya dengan seni, seni dalam pendidikan sanga-lah diperlukan apalagi dizaman modern, zaman perkembangan teknologi, anak lebih senang dengan metode pembelajaran yang menyenangkan tidak membosankan. Maka dalam pemberian materi pendidik dituntut agar kreativ, kreativitas datat didapat dengan seni. Jadikanlah pengajaran sebagai seni, tentu seni yang memberikan ilmu pengetahuan.
Istilah ilmu berasal dari kata alima (bahasa arab) yang berarti pengetahuan. Ilmu memiliki karakteristik, yaitu : objek studi, metode ilmiah, isi ilmu, fungsi ilmu. Klasifikasi jenis ilmu antara lain diklasifikasikan ke dalam : Natural science dan human science, atau ada juga yang mengklasifikasikan kedalam natural science, social science, behavioral science, dan formal science. Bahkan ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi  ilmu murni dan ilmu terapan.
Ilmu pendidikan adalah system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.Ilmu pendidikan memilki karakteristik yaitu : objek studi, metode kualitatif dan atau kuantitatif, Isi ilmu pendidikan, dan Fungsi ilmu pendidikan. Ada 2 teori tentang mengklasifikasi ilmu pendidikan, yaitu : 1.Ilmu Mendidik Teoritas dan Praktis, dan 2. Ilmu Pendidikan Makro dan Mikro.
Pendidikan sebagai seni data dipahami bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya diluar daerah ilmu, yang mengibaratkan praktek pendidikan sebagimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat.
Ilmu pendidikan merupanakan landasan dan petunjuk tentang cara melaksanakan pendidika, sedangkan Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seserang dalam rangka memahami pendidikan atau menghasilkan sisten konsep pendidikan .Praktek Pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni dapat diartikan sebagai :  Pendidikan sebagai ilmu, Pendidikan sebagai Seni, dan Pendidikan sebagai Paduan Ilmu dan Seni.
B.     Saran
1.      Dengan penulisan makalah ini penulis berharap lembaga pendidikan dalam hal ini para pendidik mampu melaksanakan proses pembelajaran guna mempersiapkan segaa sesuatunya ulai dari objek, metode, isi,bahkan fungsinya supaya tujuan pendidikan itu bisa dicapai dengan baik dan bukan hanya sebagai ilmu melainkan sebagai sebi sehingga pendidik dapat berkreasi di dalam mengajarnya. Sehingga anak didik tersebut dapat merasakan kenyamanan di dalam kegiatan belajar mengajar dan menghilangkan rasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran
2.      Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran seorang pendidik hendaknya harus mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari objek, metode, isi bahakan fungsinya supaya tujuan pendidikan itu bisa tercapai dengan baik dan juga dalam pendidikan itu harus dijadikan bukan hanya sebagai ilmu namun harus dijadikan sebagai seni sehingga pendidik dapat berkreasi di dalam mengajarnya, sehingga anak didik tersebut dapat merasakan kenyamanan di dalam kegiatan belajar mengajarnya dan mengindahkan rasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, I. 1987. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Carter, G. V. 1985. Dictionary of Education. New York: Mac Graw-Hill Book Company.
Driyarkara. 1980. Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Kasinius.
Langgulung, Hasan. 2000. Manusia da Pendidikan, Jakarta : PT. Al-Husna Zikra.
Kartadinata, Sunaryo, dkk. 1997. Landasan-landasan Pendidikan, Jakarta: Ditjen Dikti-Depdikbud.
Mudyahardjo,  Redja. 2011. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ruswandi, Uus, dkk. 2011. Landasan Pendidikan,Bandung: CV. Insan Mandiri
Sadulloh, Uyoh. 2007. Pilsafat Pendidikan. Bandung : Cipta Utama.
Syarifudin, Tatang. 2007. Landasan Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu.
Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan, Bandung: UPI Press.
Tafsir, Ahmad . 2006. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung : Rosdakarya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...