BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses perkembangan agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kesadaran spiritual, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, serta negara. Sehingga pelaksanaan pendidikan
harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasan.
Ilmu memiliki pengertian yang sedikit berbeda dalam konteks pendidikan.
Menurut Carter (1985, hlm. 36) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah “suatu
bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek kuantitatif dan obyektif
dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen secara seksama dalam
mengajukan hipotesis-hipotesis untuk diisi berdasarkan pengalaman yang sering
kali dalam bentuk eksperimen”. Sedangkan menurut Driyarkara (1980, hlm. 66-67)
ilmu pendidikan adalah “pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode, dan
tersusun secara sistematis tentang pendidikan”. Selanjutnya, Barnadib (1987,
hlm. 7) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan merupakan “ilmu yang membicarakan
masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak”.
Dari beberapa pendapat tersebut, ditarik garis besar bahwa ilmu pengetahuan
membahas tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan
sebagai ilmu membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu, teori, dan
praktis. Dengan kata lain, ilmu pendidikan merupakan sistem pengetahuan tentang
fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode
ilmiah.
Pendidikan sebagai ilmu diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan.
Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat atau bangsa. Nilai merupakan ukuran yang bersifat normatif. Untuk
itu, pendidikan sebagai ilmu juga bersifat normatif.
Pendidikan sebagai ilmu tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang
obyek pendidikan, tetapi juga ingin mengungkap bagaimana sebaiknya untuk
memperoleh manfaat terhadap obyek didiknya. Obyek material ilmu pendidikan
adalah perilaku manusia. Sedangkan obyek formal ilmu pendidikan adalah
penelaahan fenomena (gejala) pendidikan dalam perspektif yang luas dan
integratif. Fenomena ini bukan hanya yang melekat pada manusia, namun berupa
upaya mendidik manusia agar menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan
mencakup keseluruhan aktifitas pendidikan, yakni mendidik dan dididik.
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang
menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktik
pendidikan. Dengan dasar ilmu pendidikan, para pendidik dapat menyusun desain
pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar, dan evaluasi.
Implikasinya bahwa untuk menjadi seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun
melalui ilmu pendidikan tersebut.
Pendidikan bukan hanya sebagai ilmu, namun juga sebagai seni. Seni berasal
dari kata sansekerta sani yang
berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat
dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Seni pada dasarnya memiliki
tujuan sebagai penyampaian komunikasi baik berupa gambar kegiatan yang
dilakukan manusia yang menggambarkan kehidupan manusia, maupun yang lainnya.
Untuk itu, seni dapat menjadi salah satu media komunikasi antar satu dengan
lainnya. Dengan kata lain, seni dapat digunakan dalam pendidikan atau malah
pendidikan dapat dikatakan sebagai seni.
Untuk memperjelas kedudukan pendidikan sebagai ilmu dan seni, tabel berikut
menyajikan perbedaan ilmu dengan seni:
Aspek yang
Dibandingkan
|
Ilmu
|
Seni
|
Bentuk karya kreasi
|
Sistem pengetahuan
|
Sistem pengungkapan cita rasa
|
Sifat kreasi
|
Pengetahuan yang deskriptif dan obyektif
|
Pengungkapan yang individualistik, subyektif, dan
unik
|
Cakupan isi kreasi
|
Pengetahuan spesifik, informatif, dan prediktif
|
Pengungkapan khusus, interpretatif estetis, dan
inspiratif.
|
Cara penyusunan kreasi
|
Pengetahuan hasil penyelidikan (purposif, selektif,
dan verifikatif)
|
Karya seni hasil penghayatan estetis yang
diungkapkan dalam bentuk tertentu
|
Penyajian hasil kreasi
|
Disajikan secara rinci, sistematis dalam bentuk
konsep, hipotesa, dalil, teori, atau hukum
|
Diungkapkan secara konkrit dalam bentuk sastra,
lukisan, bangunan, musik, dan lain-lain
|
Dalam konteks pendidikan, bahwa pendidikan sebagai ilmu sekaligus sebagai
seni. Pendidikan sebagai ilmu terbukti karena fenomena pendidikan dapat
dipelajari melalui metode ilmiah. Hasil studi ini berupa ilmu pendidikan. Ilmu
pendidikan dapat dijadikan dasar dan petunjuk bagi pelaksanaan praktik
pendidikan. Hal ini ditunjukkan pada: (1) cara membuat desain pembelajaran, (2)
penggunaan metode mengajar, (3) merancang media pembelajaran, (4) mengelola
kelas, (5) menyajikan materi pembelajaran, (6) menggunakan media pembelajaran,
(7) menyusun alat evaluasi, dan (8) mengajukan pertanyaan. Implikasinya bahwa
untuk menjadi guru yang profesional, seseorang dapat mempelajari ilmu
pendidikan, meliputi: (1) pedagogik, (2) psikologi pendidikan, (3) didaktik,
(4) metodik, dan (5) evaluasi pembelajaran.
Pendidikan sebagai seni terbukti karena pendidian merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan aspek kreativitas, improvisasi, spontanitas, dan inspirasi.
Mengajar adalah seni, seperti halnya melukis, mengajar melibatkan emosi,
penghayatan, inspirasi, improvisasi, dan hati sanubari. Mengajar tidak dapat
seluruhnya melibatkan formula atau rumus-rumus tertentu.
Pendidikan sebagai ilmu dan seni dapat mempengaruhi perkembangan tumbuh
kembang anak, karena pada dasarnya anak yang dalam masa pertumbuhan pola berpikirnya sedang terekplor
suka dengan hal-hal yang baru, dan rasa ingin tahunya tinggi, termasuk dalam
bidang seni dan keilmuan. Untuk itu saya mencoba menjelaskan konsep pedidikan
sebagai ilmu dan seni dalam makalah ini.
Mendidik adalah tentang bagaimana cara kita dapat hidup dengan anak-anak
dan dapat mengerti anak-anak sehingga seolah-olah kita menjadi seperti
anak-anak. Mendidik tidak cukup dengan memiliki pengalaman, menguasai ilmu
pengetahuan, dan menerapkan teknologi, namun juga perlu melibatkan aspek seni.
Sebaliknya mengajar tidak cukup melibatkan emosi, inspirasi, penghayatan, dan
improvisasi, namun memerlukan penguasaan materi, metode, media, dan teknik
mengevaluasi. Dengan demikian, pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka
memahami dan mempersiapkan praktik pendidikan serta harus kreatif, menghayati,
dan improvisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan
konsep pendidikan sebagai ilmu
2. Menjelaskan
konsep pendidikan sebagai seni
3. Menjelaskan
konsep pendidikan sebagai ilmu dan seni.
4. Menjelaskan
pendidikan sebagai panduan ilmu dan seni
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Definisi,
Karakteristik, dan Klasifikasi Ilmu.
1. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari Bahasa Arab “
Alama-ya’lamu-ilman” , yang artinya mengetahui atau memahami. Dan ilmu menurut
istilah adalah pegetahuan sistematis dan ilmiah, atau uraian yang lengkap dan
tersusun oleh suatu objek. Secara umum pengertian ilmu merupakan kumpulan suatu
proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur,
dan metode ilmiah lainnya untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis.
Ilmu atau ilmu penegetahuan diartikan seluruh usaha manusia untuk menemukan,
menyelidiki, meningkatkan pemahaman dari kenyataan yang ada dalam alam manusia.
Istilah ilmu berasal dari kata alima
(Bahasa Arab) yang berarti pengetahuan. Di dalam bahasa Latin dikenal pula
kata scire yang juga berarti pengetahuan. Ada berbagai jenis
pengetahuan, jenis pengetahuan dikelompokan menjadi : revealed knowledge,
intuitif knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge, dipihak lain ada
juga yang mengelompokan jenis pengetahun menjadi :commonsense knowledge, dan
religious knowledge. Secara etimologi ilmu adalah pengetahuan, karena itu
semua pengetahuan tersebut diatas adalah ilmu.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) ilmu merupakan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara sistematis untuk dapat menerangkan bidang tertentu dalam bidang
pengetahuan.
Menurut Jhon G. Kemey ilmu merupakan suatu
pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode ilmiah. Maka ilmu dapat
dikatakan suatu produk atau hasil dari sebuah proses yang dibuat dengan
menggunakan metode ilmiah sebagai caranya atau prosesnya.
Ilmu pengetahuan memiliki objek
material dan objek formal, objek material dari ilmu pengetahuan adalah manusia
atau anak yang diberikan pendidikan. Objek material boleh sama antara satu ilmu
pengetahuan dengan ilmu pengetahuan yang lainnya, sedangkan jika objek formal
dari ilmu pengetahuan itu haruslah berbeda karena yang menjadi objek formal
adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia menjadi beradab, ilmu
pengetahuan memberikan dasar-dasar sabagai landasan terhadap usaha tersebut,
dan juga memberikan pedoman bagimana usaha tersebur dilaksanakan, objek formal
akan menjadi lebih jelas jika kita telah mengetahi apa yang menjadi objek
pembicaraan dari pendidikan tersebut.
Secara substansial dan operasional ilmu menunjukan kepada tiga hal, yakni :
bodiesof knowledge, a body of systematic knowledge, dan scientific
method. Ilmu mengandung arti secara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah.
Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah.
Ilmu memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1.
Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang
terdapat dialami manusia. Setiap ilmu memilki objek material dan objek formal.
Beberapa disiplin ilmu mungkin memilki objek formal yang berbeda. Objek studi
setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.
2.
Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang
cermat dan terencana. Metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional
dan empiris. Kerangka studinya merupakan proses logico-hypotetico-verifikasi,
atau menggunakan kerangka berfikir deduktif-induktif. Namun demikian, metode
ilmiah dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.
3.
Isi ilmu dapat berupa konsep, aksioma,postulat,
prinsip, hukum teori, dan model. Dalam hal ini isi ilmu bersifat objektif,
deskriftif, dan sajikan secara rinci dan sistematis.
4.
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, menprediksi, dan
mengontrol.
Berbagai jenis ilmu anatara lain diklasifikasikan ke dalam : natural
science, dan human science. Klasifikasi lain adalah : natural
science, social science, behavioral science, dan formal science. Ada
pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi
ilmu murni dan ilmu terapan.
2. Karakteristik Ilmu
Berdasarkan kehidupan manusia, kita
dapat merasakan berbagai kemajuan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu.
Contoh: Anda masih ingat orang bisa mendarat ke bulan, sebelumnya hal tersebut
dianggap mustahil, tetapi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
ternyata orang sampai juga ke bulan. Demikian juga contoh lain yaitu orang mempunyai anak hasil bayi tabung. Secara umum karakteristik ilmu adalah
:
a.
Bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu dapat
dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru, dan tidak menjadi
monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan atau
memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
Contoh:
Penggunaan
metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya ceramah, tetapi ada metode
lain misalnya diskusi yang bisa digunakan di kelas dalam rangka mengaktifkan
siswa.
Media
pembelajaran tidak selamnya harus elektronik, tetapi manual juga bisa digunakan
selama tepat dalam penggunaannya.
b.
Kebenarannya tidak mutlak
Kebenaran
suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena yang menyelidiki/
menemukannya adalah manusia. Kekeliruan/ kesalahan yang mungkin terjadi bukan
karena metode, melainkan terletak pada manusia yang kurang tepat dalam
penggunaan metode tersebut.
Contoh:
Pendekatan
dalam pembelajaran muncul berbagai nama, misalnya pembelajaran partisipatif,
kontekstual learning, kooperatif learning
c.
Bersifat Objektif
Prosedur
kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/ meneliti sesuatu harus
didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman
secara pribadi.
Contoh:
Berbagai
model pembelajaran muncul dengan diawali penggunaannya dalam pembelajaran,
kemudian diteliti efektivitas dari masing-masing model tersebut, kemudian
disosialisasikan.
Harsoyo
(1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu itu ada empat, yaitu :
a.
Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari
penggunaan akal (rasio) yang bersifat objektif.
Contoh :
Penggunaan pembelajaran partisipatif
dapat menumbuhkan kreativitas pada siswa, karena pada pelaksanaannya setiap
siswa diberi kesem-patan untuk mengungkapkan pendapat/ gagasan, atau dalam
mengambil keputusan. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan
kerjasama diantara peserta belajar, karena dalam pelaksanaannya peserta belajar
dibagi dalam kelompok kecil untuk memecahkan suatu permasalahan.
d.
Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar
pengalaman oleh pancaindera, ilmu sifatnya tidak abstrak. Berdasarkan pengalaman
hidup dan penelitian dapat menghasilkan ilmu.
Contoh:
Penggunaan pembelajaran partisipatif
didasarkan pada pengamatan bahwa keaktifan dan kreatvitas peserta didik sangat
memuaskan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
berbagai aspek .
Penggunaan pembelajaran kooperatif
dianggap efektif dalam menciptakan peserta didik untuk belajar bekerja sama
ketika harus memecahkan suatu masalah, sehingga pada diri anak tumbuh rasa
kebersamaan.
e.
Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan
oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu tidak hanya dapat dipergunakan untuk
wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat dimanfaatkansecara makro tanpa dibatasi
oleh ruang.
Contoh :
Penggunaan model pembelajaran
partisipatif ataupun pembelajaran kooperatiftidak hanya digunakan oleh seorang
guru dalam mata pelajaran tertentu, tetapidapat juga digunakan oleh guru
lainnya dalam mata pelajaran yang berbeda .
Penggunaan media dengan memanfaatkan
potensi lokal dalam pembelajaran dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu
sesuai dengan potensi lokal yangdimilikinya.
f.
Bersifat Akumulatif
Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk
dijadikan objek penelitian berikutnya. Ilmu sifatnya tidak statis, setelah
diperoleh ilmu tentang sesuatu, maka akan muncul ilmu-ilmu baru lainnya.
Contoh:
Setelah muncul model pembelajaran
partisipatif dan model pembelajarankooperatif, muncul lagi model pembelajaran
lainnya, misalnya model kontekstual learning
Ilmu pendidikan adalah system
pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan
menggunakan metode ilmiah.
- Klasifikasi Ilmu
Ilmu dapat digolongkan menjadi :
a.
Ilmu Alam
Ilmu alam (bahasa
Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam) adalah
istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya
adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun
dimana pun.
Sains (science) diambil dari kata
latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan
Trowbribge merumus-kan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan
produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product
and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan
langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam
rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa
karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam
dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek
fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan
bagi ilmu terapan,
yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora,
teologi,
dan seni.
Cabang-cabang utama dari ilmu alam
adalah:
-
Biologi
-
Ekologi
-
Fisika
-
Geologi
-
Geografi fisik berbasis ilmu
-
Kimia
b.
Ilmu Sosial
Ilmu sosial (bahasa
Inggris: social science)
atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok
disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia
dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora
karena menekankan penggunaan metode ilmiah
dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah
ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam
berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan
masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada
satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap
masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari
ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula,
pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap
perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah
membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi
ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah :
-
Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya,
dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan
masyarakat
-
Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan
dalam masyarakat
-
Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas
fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
-
Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
-
Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari
bahasa
-
Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan
belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
-
Politik, yang mempelajari pemerintahan
sekelompok manusia (termasuk negara)
-
Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
-
Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan
umat manusia
c.
Humanities (Ilmu Humaniora)
Ilmu Humaniora adalah salah
satu ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau diperhatikan
manusia (dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan alam) (KBBI,1999).
Ilmu humaniora bertujuan
memunculkan sosok yang humanis yakni orang yang mendambakan dan memperjuangkan
terwujudnya pergaulan yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan,
pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Secara lebih khusus, Prof. Dr. IGAK Wardani (2007) menjelaskan
bahwa tujuan ilmu humaniora adalah :
-
Membebaskan
pikiran untuk mandiri dalam menemukan, memilih, dan memanfaatkan informasi
-
Membuat
manusia lebih manusiawi, dalam arti lebih berbudaya.
Cabang-cabang Ilmu Humaniora :
-
Bahasa
-
Sastra
-
Teologi
-
Filsafat
-
Ilmu Sejarah
-
Kesenian
Dari sumber
pengetahuan dan alat pengetahuannya, pengetahuan dapat di bagi menjadi 4 yaitu
:
1)
Pengetahuan
Sainstifik (pengetahuan ilmiah)
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat ilmiah
adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: harus
memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus
runtut).
2)
Pengetahuan
Intutif Dan Perasaan
Pengetahuan
Intuitif adalah suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan
dari dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam berbagai variannya selalu
melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak
terpisahkan.
3)
Pengetahuan
Ilham Dan Kasyaf
Ilmu kasyaf adalah suatu ilmu mistik dimana penganutnya bisa mengetahui
suatu kejadian dibalik hijab (pembatas) atas segala keterbatasan yang dimiliki
manusia. Pemilik kasyaf bisa menerima berita-berita yang ghaib perkara mengenai
akhidah agama. Yang dimaksud hijab disini atau pembatas adalah segala yang
membatasi kemampuan manusia berkenaan dengan kodrat penciptaanya. Mengenai
naluri-naluri makhluk hidup yang mampu menemukan semisal benda-benda materi
atau tempat tertutup pada jarak yang jauh, ia menfsirkannya dengan inderanya
yang mampu menerima getaran-getaran dan mengikutinya sampai kesumber-nya.
4)
Ilmu
pengetahuan yang diwahyukan
Pengetahuan
yang diwahyukan dapat digambarkan sebagai suatu bentuk pengetahuan atas kalam
kalam yang di firman kan tuhan, sang penguasa alam, kepada manusia dalam
kemahakuasaannya melalui perantara para rosulnya.
Ada berbagai jenis pengetahuan yang
bersumber dari buku prof. Dr. Muhmidayeli M.Ag, jenis pengetahuan dikelompokan
orang menjadi :
1)
Intuitif
knowledge (Pengetahuan Intuitif)
Pengetahuan
Intuitif adalah suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan
dari dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam berbagai variannya selalu
melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak
terpisahkan.
2)
Rational knowledge (pengetahuan rasional)
3)
Empirical knowledge (pengetahuan empiris)
Pengetahuan
Rasional adalah pengetahuan yang di peroleh melalui latihan akal budi dalam
mencerna ragam realitas yang ada dan hal hal yang mungkin ada, baik melalui dan
atau tanpa observasi dari keadaan-keadaan aktual.
Sampai saat ini, pengetahuan empiris
atau pengetahuan yang dikonfirmasi melalui bukti-bukti indrawi merupakan
sesuatu yang amat penting. Dengan daya melihat, mendengar, senyum, merasakan,
dan mencicipi, kita dapat membangun ataupun membentuk konsepsi kita tentang
dunia sekitar kita. Dengan demikian pengetahuan dalam konteks ini terdiri dari
ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi fakta. Jika kaum rasionalis
mengatakan kepada kita bahwa things through, maka kaum empiris mengajak kita
untuk look and see.
4)
Authoritative
knowledge (Pengetahuan Otoritatif)
Pengetahuan otoritatif ini adalah
suatu pengetahuan dianggapbaik dan benar bukanlah karena kita telah
membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih dikarenakan oleh
bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para akhli dalam bidangnya.
5)
Pengetahuan
agama
Pengetahuan agama, yakni pengetahuan
yang hanya diperoleh dari tuhan dan lewat utusannya. Pengetahuan agama bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
4.
Pendidikan
sebagai Ilmu
Pendidikan
adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Dapat
dikatakan bahwa, dimana ada kehidupan manusia, disitu ada pendidikan
(Driyarkara, 1980:32). Pendidikan sebagai gejala yang universal adalah suatu
keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala universal
sekaligus menjadi upaya untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan
perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan adanya pendidikan yang
terselenggara lebih lebih baik, teratur dan atas didasarkan atas pemikiran yang
matang. Manusia ingin lebih bertanggung jawab pada cara ia mendidik generasi
penerus agar lebih berhasil dalam menjalani hidupnya dalam pergaulan dengan
sesame dan hubunganya dengan Tuhan.
Satu hal
yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia (Soedomo 1990:30), selalu dipegang
oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain kalangan pendidikan mencermati
pendidikan, disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya. Pada gilirannya,
pandangan bahwa pendidikan sebagi gejala sekaligus upaya ini melahirkan
teori-teori pendidikan (theories of
education).
Adapun
pengertian pendidikan sebagai ilmu menurut para pakar adalah sebagai berikut :
a.
S. Brojonegoro, ilmu pendidikan yaitu teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan
yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek
pendidikan.
b.
Carter V. Good, suatu bangunan yang sistematis
mengenai aspek – aspek kuantitatif, objektif dan proses belajar, menggunakan
instrument secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk
diuji dan pengalaman seringkali dalam eksperimental.
c.
Imam Barnadib, ilmu yang membicarkan masalah-masalah
umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak. Ilmu pendidikan bercorak
teoritis dan bersifat praktis.
d.
Driyarkara, pemikiran ilmiah yang bersifat kritis,
metodis, dan sistematis tentang realitas yang disebut pendidikan.
e.
George F. Kneller (1971:231), member arti tentang
teori pendidikan. Kata teori menurutnya mempunyai 2 makna sentral:
1)
Menunjuk suatu hipotesis / serangkaian hipotesis yang
telah diverifikasi dengan observasi / eksperimen.
2)
Pemikiran sistematik / serangkaian pemikiran-pemikiran
yang koheren, teori dalam artian ini, pendidikan telah menghasilkan teori yang
banyak sekali.
Ernest E.
Bayles, mengatakan teori pendidikan adalah berkenaan tidak hanya dengan apa
yang ada, bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang
dikembangkan secara sadar dalam kaitannya dengan pendidikan, maka teori
pendidikan mempnuyai keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan teori
penjelas yang seolah memadang teori pendidikan sebagi gejala/fenomena/fakta.
Teori pendidikan dikategorikan sebagai teori praktis (practical theory) karena
berkaitan antara kegiatan teori dan kegiatan pendidikan. P. H. Hirst tetap
berpendapat bahwa fungsi utama dari teori pendidikan adalah untuk membimbing
praktek pendidikan. (More, 1974: 5-8). Teori pendidikan memiliki aspek
prespektif (normatif). Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsure-unsur
bangunan pengetahuan (a body of knowledge)
ilmu pendidikan (Soedomo, 1990: 31 – 33).
5.
Persyaratan
Pendidikan sebagai Ilmu
Suatu
kawasan studi dapat tampil sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat-syarat :
a.
Memiliki objek studi (formal dan material)
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku
manusia. Objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif
yang luas dan integrative.
b.
Memiliki sistematika
Sistematika
ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu;
1)
Pendidikan sebagai gejala manusiawi.
Dapat dianalisis yaitu adanya
komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan
untuk mencapai tujuan. Komponen pendidikan itu adalah : (a) tujuan pendidikan, (b) peserta didik, (c) pendidik, (d) isi pendidikan, (e) metode pendidikan, (f) alat pendidikan, (g) lingkungan pendidikan.
2)
Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan manusia. Menurut Noeng Muhadjir sistematika ini
bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu : (a) menumbuhkan kreatifitas peserta
didik, (b) menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi, (c) menyiapkan
tenaga produktif.
3)
Pendidikan sebagai gejala manusiawi.
Menurut Mochtar Buchori ilmu
pendidikan mempunyai 3 dimensi : (1) dimensi lingkungan pendidikan, (2) dimensi
jenis-jenis persoalan pendidikan, (3) dimensi waktu dan ruang.
c.
Memiliki metode
Memliki
metode-metode dalam ilmu pendidikan :
1)
Metode normative, berkenaan dengan konsep manusiawi
yang diidealkan yang ingin dicapai.
2)
Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan
kondisi, dan kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3)
Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana
melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
4)
Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan
kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.
5)
Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan
pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan
kegiatan pendidikan.
6)
Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis
tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.
Struktur
ilmu pendidikan yang masih dalam keadaan berkembang, dalam menghadapi tantangan
zaman tidak perlu menjadikan kita ragu akan eksistensinya sebagai ilmu.
Seberapa jauh ilmu pendidikan telah memadai ditinjau dari ciri-ciri yang harus
dipenuhi oleh suatu ilmu yang utuh? Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun
secara kritis, metodis dan sistematis yang berasal dari observasi, studi dan
eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan prinsip-prinsip yang dipelajari.
Suatu kawasan studi dapat menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu, bila
memenuhi setidaknya 3 syarat :
a.
Memiliki objek studi(material dan formal)
b.
Memiliki sitematika
c.
Memiliki metode
Yang menjadi
objek material pendidikan adalah perilaku manusia. Perilaku manusia dapat
dilihat dari segi pendidikan dan segi-segi yang lain seperti segi psikologis,
sosiologis dan antropologis. Seperti yang diketahui, psikologi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kelompok. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia sebagai makhluk biososial, yaitu makhluk yang berbudaya. Dari segi lain
dan peilaku manusia yaitu sebagai insan politik, insan ekonomi, insan hokum/
insane sejarah. Jadi yang membedakan ilmu dan ilmu lain adalah objeknya.
Objek formal
pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada
hubungannya dengan pendidikan dalam prespektif yang luas dan integratif. Semua
fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan
gejala yang melekat pada manusia, melainkan juga upaya memanusiakan manusia
agar menjadi benar-benar manusia (insan). Upaya pendidikan mencakup keseluruhan
aktivitas pendidikan dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
Syarat kedua
bagi disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika. Secara teoritik sistematika
ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 segi tinjauan, yaitu :
a.
Melihat pendidikan sebagi gejala mausiawi
b.
Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar
c.
Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi,
sebagai upaya sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa
depan.
Sistematika
yang pertama, pendidikan sebagai gejala, dapat dianalisis dari proses atau
situasi pendidikan, yaitu adanya komponen-komponen pendidikan yang secara
saling berinteraksi dalam suatu rangkaian kesuluruhan kebulatan kesatuan dalam
mencapai tujuan. Komponen-komponen pendidikan yaitu:
a.
Tujuan pendidikan
b.
Peserta didik
c.
Pendidik
d.
Isi pendidikan
e.
Metode pendidikan
f.
Alat pendidikan
g.
Lingkungan pendidikan
Sistematika
yang kedua, pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia (peserta didik). Sistematika yang kedua ini menurut Noeng
Muhadjir (1987: 19-37) bertolak dan fungsi pendidikan, yaitu :
a.
Menumbuhkan kreativitas peserta didik (pendidikan
kreativitas);
b.
Menjaga lestarinya nilai-nilai insan
c.
Menyiapkan tenaga kerja produktif
Sistematika
ketiga melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi sekaligus sebagai upaya
sadar mengantisipasi konteks perkembangan sosio-budaya di masa depan. Mochtar
Buchori (1994: 81 – 86) ilmu pendidikan memiliki 3 dimensi: dimensi lingkungan
pendidikan, dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan, dimensi waktu dan ruang.
Syarat
ketiga bagi disiplin ilmu, yaitu memiliki metode. Dalam arti kata, metode
(Yunani:methodos) adalah cara/ jalan. Sehubungan upaya ilmiah, maka dapat
memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan.
B. Definisi,
Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.
1. Definisi
Ilmu Pendidikan
Pakar pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian ilmu
pendidikan. Perbedaan pendapat itu disebabkan karena sudut pandang yang
berbeda.
a.
Carter (1985 : 36) berpendapat bahwa ilmu pendidikan
adalah suatu bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek kuantitatif
dan objektif dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen secara seksama
dalam mengajukan hipotesis-hipotesis untuk diisi berdasarkan pengalaman yang
sering kali dalam bentuk eksperimen.
b.
Driyarkara (1980 : 66 : 67), ilmu pendidikan adalah
pemikiran ilmiah, yakni pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode dan
tersusun secara sistematis tentang pendidikan.
c.
Bernadib (1987 : 7) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan
adalah ilmu yang membicarakan masalah masalah umum pendidikan secara menyeluruh
dan abstrak.
d.
Langeveld, paedagogi atau ilmu pendidikan adalah suatu
ilmu yang bukan hanya menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau
hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula hendaknya bertindak. Objek ilmu
pendidikan ialah proses-proses situasi pendidikan.
e.
Brodjonegoro menjelaskan bahwa ilmu pendidikan adalah
teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik
pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
membicarakan masalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu
pendidikan membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori,
ataupun yang bersifat praktis.Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang
fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode
ilmiah.
Sebagai ilmu yang berdiri sendiri, ilmu pendidikan termasuk ilmu yang beru berkembang.
Padahal secara praktis, pendidikan sudah dimulai sejak manusia ada. Dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa ilmu pendidikan dapat dikelompokan dan diberi
atribut sebagai berikut:
a.
Ilmu Pendidikan sebagai ilmu normatif
Ilmu pendidikan selalu berhubungan dengan soal, siapakah “manusia” itu?
Pembahasan tentang siapakah manusia itu biasanya termasuk ranah filsafat, yaitu
bersifat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar
pengaruhnya terhadap konsep serta praktik pendidikan, karena pandangan filsafat
itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik
atau suatu lembaga atau bangsa yang melaksanakan pendidikan. Nilai-nilai ini
menentukan ciri ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek pendidikan.
Nilai luhur itu biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikan nilai-nilai
itu secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan
pandangan hidup juga dari keyakinan keagamaan yang dianut seseorang.
Dengan demikian, ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang
bertujuan. Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat, atau bangsa. Selanjutnya, nilai itu sendiri merupakan ukuran
yang bersifat normatif, sehingga dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan
adalah ilmu yang normatif.
b.
Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoritis
dan praktis
Ilmu pendidikan tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang objek
pendidikan, tetapi juga ingin mengetahui bagaimana sebaiknya untuk memperoleh
manfaat terhadap objek didiknya. Jika dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu
pendidikan dapat disebut “ilmu yang praktis” sebab ditujukan kepada praktik dan
perbuatannya yang mempengaruhi anak didik. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan
kepada praktik pendidikan, namun untuk mendalami kajian bagaimana praktik
pendidikan itu dilaksanakan dilakukan teori (ilmu teori) agar dapat dijadikan
landasan dalam mencari kebenaran melalui praktek (ilmu praktis). Hasil yang
didapat merupakan kajian sistematis yang terarah, dan empirik. Ilmu pendidikan
lahir dan berkembang setelah praktik pendidikan berlangsung lama sehingga
tampilan ilmu pendidikan sebagai ilmu masih belum final. Itu berarti, ilmu
pendidikan masih dalam proses pembentukan jati diri.
c.
Memiliki objek material dan objek formal
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Perlu diingatkan
bahwa perilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan tetapi juga
oleh ilmu-ilmu sosiologi, psikologi, antropologi dan lain lainapabila objek
material suatu ilmu mempunyai kesamaan dengan objek materiel ilmu lain, untuk
membedakannya diperlukan objek formal dari ilmu tersebut yang menjadi
kekhususan atau ciri khas untuk menentukan macam suatu ilmu.
Objek formal ilmu pendidikan merupakan penelaahan, fenomena(gejala)
pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Fenomena ini bukan hanya
segala yang melekat pada manusia tetapi juga berupa upaya memanu-siakan manusia
agar menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan mencakup keseluruh
aktifitas pendidikan, yaitu mendidik dan didik, termasuk pemikiran sistematis
tentang pendidikan.
d.
Memiliki Sistematika
Pendidikan sebagai fenomena manusiawi dapat dianalisis berdasarkan proses
atau situasi pendidikannya, yaitu ketika terjadi interaksi antar komponen (tujuan,
peserta didik, pendidik, alat dan lingkungan).
e.
Pendidikan Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang
menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktek
pendidikan. Dengan dasar Ilmu Pendidikan para pendidik dapat menyusun desain
pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar serta
evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek pendidikan merupakan
aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk menjadi seorang guru dapat
dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.
Sebagai ilmu, ilmu pendidikan juga memiliki metode. Menurut Soedomo (1990 :
46 : 37) metode dalam ilmu pendidikan meliputi :
-
Metode normatif , yaitu metode penentuan konsep manusia yang diidealkan oleh pendikan
menyangkut nilai baik dan buruk.
-
Metode eksplanatori, yaitu metode mengetahui
kondisi dan kekuatan yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
-
Metode teknologis, yaitu metode yang berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil mencapai
tujuan dengan mudah.
-
Metode deskriptif fenomenologis,Yaitu metode untuk mempengaruhi dan mengklarifikasi kenyataan ditemukan
hakikatnya.
-
Metode hermeneutis, Yaitu metode untuk memahami kenyataan pendidikan secara kongkrit dan
historis agar makna dan struktur pendidikan menjadikan jelas.
-
Metode analis kritis, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis secara kritis
istilah-istilah, pernyataan, konsep dan teori pendidikan.
- Karakteristik Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a.
Objek Studi: Objek
material ilmu pendidikan adalah manusia
(manusia sebagai makhluk Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda,
tumbuhan dan hewan); sedangkan objek formalnya adalah fenomena pendidikan,
yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang berhubungan dengan kegiatan
mendidik.
b.
Metode: Ilmu
pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif.
Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek
penelitiannya.
c.
Isi Ilmu Pendidikan:
Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma,
postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam hal ini ilmu pendidikan bersifat objektif,
deskriptif, preskriptif (normatif), yang disajikan secara rinci dan
sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak
hanya bersifat deskriptif, melainkan juga preskriptif/normatif.
d.
Fungsi ilmu pendidikan:
menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.
e.
Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai
ilmu bantu.Sekalipun demikian, menurut M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang
bersifat otonom ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan
ilmu-ilmu lain merupakan “tamu”nya.
- Klasifikasi Ilmu Pendidikan
M.J.
Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas :
a.
Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi :
1)
Ilmu Mendidik Sistematis.
2)
Sejarah Pendidikan.
3)
Ilmu Perbandingan Pendidikan.
b.
Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:
1)
Didaktik/Metodik.
2)
Pendidikan dalam Keluarga.
3)
Pendidikan Gereja (Lembaga Keagamaan).
Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai
berikut :
a.
Ilmu Pendidikan Makro:
1)
Ilmu Pendidikan administratif.
2)
Ilmu Pendidikan Komparatif.
3)
Ilmu Pendidikan Historis.
4)
Ilmu Pendidikan Kependudukan.
5)
Ilmu Pendidikan Mikro:
b.
Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:
1)
Pedagogik Teoritis.
2)
Ilmu Pendidikan Psikologis.
3)
Ilmu Pendidikan Sosiologis.
4)
Ilmu Pendidikan Antropologis.
5)
Ilmu Pendidikan Ekonomik.
c.
Ilmu Mendidik Khusus:
1)
Ilmu Persekolahan.
2)
Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
3)
Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.
C.
Definisi,
Karakteristik, dan Klasifikasi Seni
1. Pengertian Seni
Seni berasal dari bahasa sansekerta yang artinya pemujaan, persembahan, dan
pelayanan. Menurut Padma Puspita, seni berasal dari bahasa Belanda “genie” dalam bahasa latin disebut “genius”
yaitu kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir
Ki Hajar Dewantara mengatakan, seni merupakan perbuatan manusia yang timbul
dari hidupnya serta perasaannya yang
bersifat indah sehingga dapat mengantarkan jiwa perasaan manusia.
Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan
yang luar biasa sehingga menghasilkan sesuatu yang elok dan indah. Seni
merupakan suatu ekspresi manusia yang berunsurkan keindahan dan diungkapkan
melalui media nyata yang dapat dinikmati oleh panca indra manusia.
Seni pada dasarnya memiliki tujuan sebagai penyampaian komunikasi baik
berupa gambar kegiatan yang dilakukan manusia yang menggambarkan kehidupan
manusia, maupun yang lainnya. Dahulu seni juga digunkan sebagai pemujaan
sehingga seni dikaitkan dengan hal-hal yang magis, namun berbeda dengan zaman
sekarang seni sudah berkembang dan nilai fungsinya juga semkain beragam. Seni
juga dapat menjadi salah satu media komunikasi antar satu dengan lainya, dahulu
seni dituangkan dalam media kanvas, tetapi sekarang media yang digunakan dalam
seni sudah semakin maju misalnya media elektronik maupun digital yang lebih
banyak menciptakan karya baru. Seni dapat digunakan dalam media pembelajaran
atau pendidikan Karena seni memiliki keberagagaman jenisnya maka seni sangat
fleksibel mampu digunakan dalam segala aspek termasuk dalam dunia pendidikan.
2. Pendidikan (Mendidik) Sebagai Seni
Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun
demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasannya
bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaaan dan nilai yang sebenarnya diluar
daerah Impilan jeniulmu (ilmu yang berparadigma posotivisme). Sehubungan dengan
itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang
melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat
untuk sahabat. Sedangkan menurut Galagher (1970) seni mendidik itu merrupakan:
(1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki oleh beberapa orang; dan (2) mereka
tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana cara mereka mempraktekan
keterampilan itu.
Praktek keterampilan diakui sebagai seni, implikasinya fungsi mendidik yang
utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan
berpura-pura. atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci
percobaan), dan tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus
kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja,
yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian,
dan hasrat anak didik.
Gilbert Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa
buku ini “ Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah
seni bukan ilmu. Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan
metode ilmu untuk urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik
sering digunakan untuk menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang
besar dan suatu diagnosa ilmiah tentang struktur fisik manusia selalu sangat
bermanfaat. Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan,
namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni.
Alasanya bahwa praktek pendidikan
melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya di luar daerah ilmu (ilmu
yang berparadigma positivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954)
mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang
lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan
menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu
merupakan :
1.
Keterampilan jenius yang hanya dimiliki beberapa
orang; dan
2.
Mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis
bagaimana mereka mempraktekan keterampilan itu.
Mengajar tidaklah seperti menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih mirip
dengan melukis sebuah gambar atau menggelar sebuah musik dengan arti bahwa di
dalam mengajar itu seseorang harus melibatkan diri didalamnya dan menyadari
bahwa mengajar tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-formula atau anda
akan merusak sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda sendiri
(Redja M, 2011).
Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa
pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi
ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.
Dalam pembelajaran dikelas dengan istilah Teaching of Science and Teaching
of Art mengajar sebagai ilmu artinya bahwa pendidik diharapkan menguasai isi
materi pembelajaran secara memadai, dan Mengajar Sebagai Seni artinya behwa
pendidik piawai dalam cara penyampaian isi materi pembelajaran agar para
terdidik dengan cepat dan tepat menguasai materi pembelajaran.
D. Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni
Menurut A.S Neil “ mendidik dan mengajar bukanlah
suatu ilmu tetapi adalah seni “. Diartikan sebagai seni adalah bagaimana kita
hidup dan mengerti anak-anak seolah-olah kita menjadi seperti anak. Menurut
aliran konstruksivisme mengakui hal yang sama. Implikasi bahwa “ tugas guru
adalah membantu agar siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya sesuai dengan
situasinya yang konkrit maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan
kebutuhan dan situasi murid. Mengajar adalah merupakan seni yang menuntut bukan
hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi “.
Menurut aliran konstruksivisme. Implikasinya bahwa “
tugas guru adalah membantu agar siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya
sesuai dengan situasinya yang konkrit maka strategi mengajar perlu juga
disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Mengajar adalah merupakan seni
yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi “.
Pandangan bahwa mengajar (mendidik) tidaklah seni
semata, tetapi juga ilmu dikemukakan pula oleh Charles Silberman. Silberman
mengatakan : “yakin mengajar seperti praktek kedokteran banyak berupa seni,
yang memerlukan latihan bakat dan kreativitas. Tetapi kedokteran, adalah menjadi sebuah ilmu,
karena berkenaan dengan suatu perbendaharaan teknik-teknik, prosedur-prosedur,
dan kecakapan-kecakapan yang dapat dipelajari dan diterangkan secara sistematis,
dan oleh karena itu ditransmisikan dan dikembangkan” (Redja Musyahardjo).
Pandangan
pendidikan sebagai seni tidak perlu dipertentangkan dengan pandangan pendidikan
sebagai ilmu. Pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan
mempersiapkan suatu praktek pendidikan, namun dalam prakteknya pendidik harus
kreatif, scenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja,
pendidik perlu melakukan improvisasi mengajar agar peserta didik mampu memahami
dengan mudah materi yang akan desampaikan salah satunya dengan kreativitas yang
menuntut adaya seni didalamnya.
Praktek
pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang utama adalah
menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau
dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap
pihak memperolehmanfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau
persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah
improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak
didik.
Dengan demikian pendidik memerlukan ilmu pendidikan
dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan. Namun dalam
prakteknya pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya
dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi dengan harus
memperhatikan karakteristik anak didik. Esensinya bahwa praktek pendidikan
hendaknya merupakan perpasuan antara ilmu dan seni.
E.
Praktek
Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni
1.
Pendidikan
Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang
menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktek
pendidikan. Dengan dasar Ilmu Pendidikan para pendidik dapat menyusun desain
pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar serta
evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek pendidikan merupakan
aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk menjadi seorang guru
dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.
F.
Pendidikan Sebagai Seni
Gilbert Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa
buku ini “ Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah
seni bukan ilmu. Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan
metode ilmu untuk urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik
sering digunakan untuk menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang
besar dan suatu diagnosa ilmiah tentang struktur fisik manusia selalu sangat
bermanfaat. Mengajar tidaklah seperti menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih
mirip dengan melukis sebuah gambar atau menggelar sebuah musik dengan arti
bahwa di dalam mengajar itu seseorang harus melibatkan diri didalamnya dan
menyadari bahwa mengajar tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-formula
atau anda akan merusak sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda
sendiri (Redja M, 2011). Dengan demikian pendapat ini sangat bertentangan
dengan pendapat sebelumnya tentang pendidikan sebagai ilmu.
BAB
3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ilmu merupakan
usaha untuk memahami meyakini ataupun menyelidiki sesuatu yang terdapat dalam
kehidupan manusia, ilmu dijadikan pedoman atau dasar pendidikan yang harus
dimiki untuk membentuk kepribadian, pemikiran, pengetahuan pada diri seseorang,
dalam prakteknya bisa dilakukan dengan berbagai cara agar peserta didik dapat
memahami materi yang diberikan dengan mudah, salah satunya dengan seni, seni
dalam pendidikan sanga-lah diperlukan apalagi dizaman modern, zaman perkembangan
teknologi, anak lebih senang dengan metode pembelajaran yang menyenangkan tidak
membosankan. Maka dalam pemberian materi pendidik dituntut agar kreativ,
kreativitas datat didapat dengan seni. Jadikanlah pengajaran sebagai seni,
tentu seni yang memberikan ilmu pengetahuan.
Istilah ilmu
berasal dari kata alima (bahasa arab) yang berarti pengetahuan.
Ilmu memiliki karakteristik, yaitu : objek studi, metode ilmiah, isi ilmu,
fungsi ilmu. Klasifikasi jenis ilmu antara lain diklasifikasikan ke dalam : Natural
science dan human science, atau ada juga yang mengklasifikasikan
kedalam natural science, social science, behavioral science, dan formal science.
Bahkan ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi ilmu murni dan ilmu terapan.
Ilmu pendidikan adalah system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang
dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.Ilmu pendidikan
memilki karakteristik yaitu : objek studi, metode kualitatif dan atau
kuantitatif, Isi ilmu pendidikan, dan Fungsi ilmu pendidikan. Ada 2 teori
tentang mengklasifikasi ilmu pendidikan, yaitu : 1.Ilmu Mendidik Teoritas dan
Praktis, dan 2. Ilmu Pendidikan Makro dan Mikro.
Pendidikan sebagai seni data dipahami bahwa praktek pendidikan melibatkan
perasaan dan nilai yang sebenarnya diluar daerah ilmu, yang mengibaratkan
praktek pendidikan sebagimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata
sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat.
Ilmu pendidikan merupanakan landasan dan petunjuk tentang cara melaksanakan
pendidika, sedangkan Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seserang
dalam rangka memahami pendidikan atau menghasilkan sisten konsep pendidikan
.Praktek Pendidikan sebagai paduan ilmu dan seni dapat diartikan sebagai : Pendidikan sebagai ilmu, Pendidikan sebagai
Seni, dan Pendidikan sebagai Paduan Ilmu dan Seni.
B. Saran
1. Dengan
penulisan makalah ini penulis berharap lembaga pendidikan dalam hal ini para
pendidik mampu melaksanakan proses pembelajaran guna mempersiapkan segaa
sesuatunya ulai dari objek, metode, isi,bahkan fungsinya supaya tujuan
pendidikan itu bisa dicapai dengan baik dan bukan hanya sebagai ilmu melainkan
sebagai sebi sehingga pendidik dapat berkreasi di dalam mengajarnya. Sehingga
anak didik tersebut dapat merasakan kenyamanan di dalam kegiatan belajar
mengajar dan menghilangkan rasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran
2. Di
dalam pelaksanaan proses pembelajaran seorang pendidik hendaknya harus
mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari objek, metode, isi bahakan fungsinya
supaya tujuan pendidikan itu bisa tercapai dengan baik dan juga dalam
pendidikan itu harus dijadikan bukan hanya sebagai ilmu namun harus dijadikan
sebagai seni sehingga pendidik dapat berkreasi di dalam mengajarnya, sehingga
anak didik tersebut dapat merasakan kenyamanan di dalam kegiatan belajar
mengajarnya dan mengindahkan rasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnadib,
I. 1987. Pengantar Ilmu Pendidikan
Sistematis. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Carter,
G. V. 1985. Dictionary of Education.
New York: Mac Graw-Hill Book Company.
Driyarkara.
1980. Driyarkara Tentang Pendidikan.
Yogyakarta: Yayasan Kasinius.
Langgulung, Hasan. 2000. Manusia da Pendidikan,
Jakarta : PT. Al-Husna Zikra.
Kartadinata, Sunaryo, dkk. 1997. Landasan-landasan
Pendidikan, Jakarta: Ditjen Dikti-Depdikbud.
Mudyahardjo,
Redja. 2011. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Ruswandi, Uus, dkk. 2011. Landasan Pendidikan,Bandung:
CV. Insan Mandiri
Sadulloh,
Uyoh. 2007. Pilsafat Pendidikan. Bandung : Cipta Utama.
Syarifudin,
Tatang. 2007. Landasan Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu.
Syarifudin, Tatang dan
Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan, Bandung: UPI Press.
Tafsir, Ahmad . 2006. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung
: Rosdakarya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://ariefandriyanto21.blogspot.com/2014/12/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni.html
diakses 19 September 2019
http://arinafikri.blogspot.com/2015/05/konsep-pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni.html
diakses diakses 17 September
2019
https://budihendrawan.wordpress.com/2009/11/30/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni/
diakses 17 September 2019
http://claudinaprameswari.blogs.uny.ac.id/2015/10/26/pendidikan-sebagai-ilmu/
diakses 19 September 2019
https://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni/
diakses 17 September 2019
http://windahidayatulh2393.blogspot.com/2013/04/makalah-landasan-pendidikan-pendidikan.html diakses 17 September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar