DOKUMENTASI
PENGELOLAAN LABORATORIUM
Setiap kegiatan laboratorium diperlukan adanya dokumentasi.
Hal ini dilakukan untuk mencatat setiap kejadian dan penemuan yang dilakukan.
Dari situlah diharapkan adanya solusi terhadap permasalahan yang ada. Dengan
kata lain kita harus belajar dari pengalaman yang dalam hal ini kegiatan yang
menyangkut tridharma perguruan tinggi. Setiap laboratorium apapun itu namanya
haruslah memiliki sistem pendokumentasian kegiatan, baik itu yang menyangkut
administrasi, unjuk kerja, apa lagi penelitian.
Dari sinilah kita memulai kerja dengan menerapkan tata
kelola kerja di laboratorium. Alhamdulillah, Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran telah berusaha untuk menerapkan metode ini pada setiap laboratorium
yang ada di lingkungannya. Setiap pihak yang mengelola laboratorium bekerja
keras membuat pengadministrasian dan pendokumentasian setiap kegiatan
laboratorium secara terarah.
A.
Dokumentasi Kegiatan Laboratorium
Metode ini diterapkan dalam rangka mempromosikan dan
mengembangkan uji kualitas data, serta memberikan perangkat manajerial jaminan
pendekatan manajemen yang meliputi keberlangsungan, pelaporan dan pengarsipan
penyelidikan laboraturium. Secara administrasi, peraturan berfungsi untuk
mengatur jalannya laboratorium dengan baik. Dengan demikian pengelola dapat
menyempurnakan kerjanya dengan mengatur prosedur perencanaan, pencatatan,
pelaporan, dan pengarsipan. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir sumber
kesalahan/error dalam melaksanakan pengujian.
Metode ini menekankan pada pentingmya faktor – faktor sebagai berikut :
Metode ini menekankan pada pentingmya faktor – faktor sebagai berikut :
a. Sumber daya: Organisasi, personal,
fasilitas, peralatan.
b. Aturan: Usulan penelitian, Standard
Operating Procedures, Konsep arahan penelitian sebagai poin yang sangat penting
untuk mengontrol penelitian.
c. Dokumentasi : Data mentah, Laporan
Akhir, Arsip.
d. Jaminan Kualitas: Independen
terhadap berlangsungnya pengujian
1.
Sumber Daya
a. Organisasi dan Personal
Tata kelola
kerja di laboratorium memerlukan struktur organisasi dan pertanggungjawaban
yang jelas dari setiap personal peneliti. Hal ini berarti bahwa diagram
organisasi dan job deskripsi harus up-to-date dan mencerminkan kenyataan.
Diagram organisasi dan job deskripsi memberikan suatu pemikiran yang cepat
dalam hal menjalankan fungsi laboratorium yang memiliki keterkaitan antartempat
dan tugas yang berbeda.
b. Fasilitas Dan Peralatan
Fasilitas
harus cukup luas untuk menghindari permasalahan seperti proyek yang terlalu
penuh, kontaminasi silang, kebingungan antara proyek dan kondisi kerja yang
kaku. Penggunaan (air, listrik, dsb.) harus stabil dan cukup. Seluruh peralatan
harus dikerjakan sesuai petunjuk. Suatu program validasi, kalibrasi, dan
perawatan harus dikerjakan dengan teliti. Pencatatan penggunaan dan perawatan
sangat penting dalam mengetahui, setiap poin waktu, keadaan peralatan.
2.
Aturan
a. Pendahuluan
Tahap-tahap prinsip suatu pengujian
harus dijelaskan dalam usulan penelitian. Kemudian disajikan dalam rencana
penelitian untuk mendemonstrasikan penyelengaraan penelitian yang terrencana
secara memadai. Untuk itu usulan harus disetujui oleh koordinator penelitian
pada saat penandatanganan proposal sebelum pengujian dimulai, dan pilihan
rancangan penelitian tidak dapat dibuat kecuali dengan prosedur amandemen yang
formal. Semua ini akan menjamin rekonstruktabilitas penelitian berikutnya.
b. Prosedur Tertulis
Prosedur
tidak akan mungkin dijelaskan, seluruh rincian teknis penelitiannya, pada
pendahuluan. Laboratorium perlu menyetandarkan secara teknis dalam
mem-fasilitasikan perbandingan hasil pengujian. Untuk itu lah kita memerlukan
SOP. Namun prosedur tidak dapat dipergunakan sepanjang waktu; hal ini berakibat
pada penggunaan prosedur dengan metode yang kadaluarsa; Maka kita harus selalu
beradaptasi dengan perkembangan ilmu dan kemajuan teknik pengetahuan. Untuk itu
kita harus meninjaunya secara teratur, kemudian memodifikasinya bila diperlukan,
sehingga dapat mencerminkan bangunan pengetahuan yang sebenarnya.
c. Pengarah Penelitian
Pengarah penelitian adalah seseorang
yang paling bertanggung jawab terhadap terlaksananya tata kelola kerja
laboratorium dalam suatu pengujian; bertanggung jawab terhadap kelengkapan
penelitian pendahuluan, dan keberlangsungan suatu pengujian. Hal itu dilakukan
dalam penandatanganan pernyataan keterlaksanaan.
3.
Dokumentasi
a. Data Mentah
Setiap pengujian menghasilkan data
mentah yang merupakan hasil dari investigasi. Penelitian harus mewakili
kesimpulan dasar, namun pada sisi lain juga merupakan pembuktian prosedur dan
keadaan pada saat dilangsungkannya pengujian. Beberapa hasil pengujian akan
diolah secara statistik, sementara yang lainnya dapat digunakan secara langsung.
Hasil pengujian dan interpretasi, yang diberikan ilmuwan dalam jurnal
penelitian, harus merefleksikan kebenaran dan keakuratan data mentah.
b. Pengarsipan
Karena suatu pengujian harus
direkonstruksikan setelah beberapa tahun, catatan harus disimpan untuk periode
waktu yang lama namun dapat digunakan untuk mencari keterangan yang tepat,
harus ada jaminan keamanan penyimpanan seluruh catatan. Pengarsipan data mentah
dan dokumen penting lainnya harus utuh dan jangan sampai hilang atau juga
digantikan; untuk itu batasi akses orang-orang menuju arsip untuk menjaga
catatan masuk dan keluar.
4.
Jaminan Kualitas
Jaminan
kualitas merupakan jaminan keterlaksanaan aturan dalam suatu fasilitas
pengujian.
B.
Faktor – Faktor Pendukung
1. Peralatan
Adanya
peralatan yang tepat dengan kapasitas yang cukup merupakan prasyarat dalam
menjamin keberlangsungan penelitian dengan tepat. Semua peralatan harus sesuai
dengan kegunaannya, dan harus dikalibrasikan agar pendayagunaannya akurat.
Pencatatan, perbaikan dan perawatan rutin, dan kerja non rutin lainnya, harus
diatur dengan baik. Salah satu tujuan tata kelola kerja laboratorium adalah
untuk memastikan dan menjamin bahwa data yang dihasilkan dapat dipercaya dan
tidak kehilangan data akibat ketidakakuratan, ketidakcukupan atau kesalahan
dari peralatan.
Peralatan yang tepat herus memenuhi kriteria sebagai berikut
:
a. Kesesuaian
Hal
ini dapat dinilai dan dipertimbangkan sesuai dengan kegunaan dari peralatan
yang digunakan. Kapasitas harus pula memenuhi kebutuhan pelaksanaan tugas.
b. Terkalibrasi secara berkala
Peralatan
harus digunakan sesuai dengan secifikasinya apakah untuk menghasilkan data (misal
peralatan analitik atau timbangan) atau untuk mempertahankan kondisi standar (
missal pendingin atau AC). Setiap peralatan harus memiliki semacam bukti
ketercapaian spesifikasi. Hal ini umumnya dapat dilengkapi dengan pengecekan
secara periodic.
Pada
kasus peralatan ukur, hal ini akan melibatkan penggunaan peralatan baku dalam
melakukan penyetandaran. Misalnya, timbangan harus dikalibrasi dengan alat yang
diketahui standar beratnya. Pada kasus peralatan analitik, sampel yang
diketahui konsentrasinya akan digunakan untuk menjamin bahwa peralatan
berfungsi sebagaimana yang diharapkan, memberikan dasar dari mana
mengkalkulasikan hasil akhir. Peralatan lain, seperti AC untuk kandang ternak
atau ruangan penyimpanan dengan temperature konstan, harus di-cek secara
teratur.
c. Keterawatan
Peralatan
harus dirawat agar dapat bekerja secara konstan dan untuk mengurangi kerusakan
yag dapat mengakibatkan kehilangan data. Perawatan dilakukan dengan cara :
1) Terencana.
Hal
ini dilakukan dengan pengecekan secara berkala dalam hal penggunaan yang
berturut-turut dan kalibrasi kinerja alat. Misalnya pengecekan berkala
menganjurkan bahwa mesin tidak berfungsi sesuai dengan spesifikasi. Perawatan
yang terencana merupakan tindakan yang bermanfaat bagi sejumlah besar peralatan
atau barang yang tidak memiliki alternative pilihan yang sesuai. Hal ini dapat
mengurangi resiko kerusakan.
2) Back up Data.
Untuk
peralatan modern yang perawatannya tidak mudah, seperti computer atau timbangan
elektronik yang dioperasikan untuk menganalisa. Dalam hal ini laboraturium
harus memiliki back-up dan akses pada engeneer-nya. Laboraturium harus memiliki
kemampuan untuk melanjutkan perbaikan yang esensial dalam mencegah kehilangan
data pengujian yang tidak dapat diperoleh kembali (irretrievably). Untuk itu
berikan peringatan awal dalam mengoperasikan suatu peralatan. Rencanakan
interval pengecekan untuk, misalnya dengan penggunaan alarm saat terjadi
gangguan fungsi peralatan.
2. Pendokumentasian
Kegiatan
Perencanaan
perawatan rutin, sebagaimana disebutkan di atas, harus didokumnetasikan dalam
rangka menjamin bahwa barang tersebut cukup terawat dan tidak berada di luar
interval perbaikan. Stiker yang ditempelkan ke peralatan, akan sangat membantu
perawatan yang baik
3. Personal
Setiap personal
yang terlibat harus memiliki komitmen dalam menjalankan aturan. Tanpa komitmen
manajemen dan keterlibatan formal seluruh personal, kredibilitas sistem menjadi
berkurang dan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem dan manajemen
organisasi merupakan elemen yang sangat penting.
4. Prosedur
Operasi Standar (SOP)
Tatacara suatu sistem SOP sangat
penting dalam mengatur alokasi waktu dan pelaksanaan tugas kerja. Deming
menyatakan: ‘‘Gunakan standar [misal SOP] sebagai pembebas yang mengatasi
permasalahan rutin, dan biarkan kreatifitas itu bebas dalam mencari jawaban
yang belum terselesaikan’’ (W. Edwards Deming).
Keberhasilan penerapan SOP memerlukan :
a. Keberlanjutan dan antusias dukungan
dari setiap tingkat manajemen dengan komitmen untuk membangun SOP sebagai
elemen yang esensial dalam organisasi dan budaya laboratorium.
b. Pendidikan dan pelatihan personal
harus berdasarkan SOP sehingga prosedur dilakukan dengan cara yang sama bagi
seluruh personal.
c. SOP suatu sistem manajemen befungsi
untuk menjamin bahwa SOP yang sedang berlangsung bermanfaat pada tempat yang
tepat.
C.
Gambaran Umum Sistem yang
Berdasarkan SOP
Sistem
harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Penggabungan seluruh sistem laboraturium
dari dokumentasi induk.
2. Memiliki ulasan yang luas terhadap :
a. Seluruh tahap rancangan penelitian
pokok, manajemen, keberlangsungan dan pelaporan.
b. Memiliki kebijakan dan prosedur
administrative yang ‘Ilmiah’ (missal: format, sistem pengamanan dan kesehatan,
keamanan, personal, dsb).
c. Teknik keilmuan yang baku,
peralatan, dsb.
3. Mudah dipahami.
SOP harus lah
mengikuti susunan baku (standard dan petunjuk yang ada dalam ha ini). Prosedur
harus tertulis dan memperlihatkan suatu perbendaharaan kata yang tepat. Setiap
personal harus mendukung terlaksananya SOP. Ideal nya, setiap orang yang
bekerja harus pula menulis SOP-nya, kemudian mempromosikan rasa
pertanggungjawabannya terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.
4. Dapat digunakan dan dapat dipercaya.
Untuk alasan
kepercayaan dan kemudahan penggunaan, sistem berderet dari SOP seringkali
dipilih sebagai suatu pendekatan. Misalnya tingkat yang satu menggambarkan
kebijakan umum dan prosedur ( penulisan usulan studi, peninjauan, persetujuan, distribusi
dan modifikasi, SOP, peraturan umum bagi penggunaan dan perawatan peralatan,
pengarsipan, dsb.), mewakili metode teknis (misalnya metode pewarnaan jaringan,
metode analisis, prosedur khusus untuk menggunakan dan merawat peralatan).
Sebaiknya SOP
dibuat sebagai pengikat, dengan suatu tabel yang up-to-date, pembagian bab yang
logis, dan pendistribusian yang selektif, untuk menghindari kesalahan dalam
penempatan. Pada beberapa laboraturium, SOP dapat digunakan secara langsung
dalam suatu layar, namun pada kasus ini kita perlu untuk menerapkan aturan
khusus mengenai pencetakan SOP (yang sudah tidak berlaku). Setiap perubahan SOP
harus dibuat melalui revisi secara formal; penulisan dan perubahan dengan tulisan
tangan tidak dapat diterima.
5. Kepahaman.
Staf harus
paham mengenai SOP dan mengikutinya dengan teliti. Apabila terjadi
penyimpangan, komunikasikan dengan direktur penelitian, kemudian pihak
manajemen harus menjamin terlaksananya aturan dalam rangka mempertahankan
kredibilitas suatu sistem.
6. Tanggung Jawab.
Setiap orang
harus bertanggung jawab terhadap setiap SOP yang dikerjakannya. Oleh karena itu
maka buatlah prosedur yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Untuk itu, buat
masing-masing prosedur untuk selalu dapat diperbaharui. Suatu ide yang bagus
yaitu untuk menentukan perlunya peninjauan secara berkala.
7. Kontrol Perubahan.
Suatu sistem
formal harus berada pada tempat yang menjamin rekonstruksi sejarah. Suatu
sistem SOP, apabila bekerja dengan tepat, cenderung untuk selalu berubah karena
penambahan, pengurangan, dan modifikasi yang menggambarkan tingkat normal
kemajuan atau perubahan. Perubahan dan amandemen merupakan bukti yang baik
bahwa laboraturium menggunakan SOP. Oleh karena itu pembaharuan harus mudah dan
cepat, dan kekuasaan sebaiknya tidak banyak terlibat.
8. Pemusatan Organisasi.
Hal ini
memperhatikan permasalahan mengenai pelaporan seperti pembuatan format,
penomoran, pengeluaran, modifikasi, dan penarikan ketidaklogisan, penundaan,
kurangnya kepercayaan, dan ketidaklengkapan distribusi. Pemusatan organisasi
menghindari terjadinya duplikasi upaya.
9. Ketersediaan. SOP harus dibuat dan
dapat digunakan dengan segera oleh seseorang yang melakukan pekerjaan.
10. Pengarsipan. Semua SOP yang ditarik,
apakah tidak lagi digunakan atau digantikan dengan versi revisi, harus
diarsipkan dengan hati-hati, dalam rangka untuk membuat catatan sejarah yang
lengkap mengenai prosedur fasilitas pengujian.
Dari
seabrek paparan di atas jelaslah bahwa tata kelola kerja laboratorium
membutuhkan kerja sama tim di bawah pimpinan orang yang betul-betul memahami
bagaimana penerapannya. Pelaksanaannya tanggung jawab setiap staf yang
berkecimpung dalam suatu laboratorium, mulai dari kepala laboratorium hingga ke
teknisi laboratorium.
Referensi
UNDP/World Bank/WHO. 2000. HANDBOOK GOOD LABORATORY PRACTICE (GLP). Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases (TDR).
UNDP/World Bank/WHO. 2000. HANDBOOK GOOD LABORATORY PRACTICE (GLP). Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases (TDR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar