Senin, 13 Agustus 2018

Gangguan Metabolik


GANGGUAN METABOLIK

  1. Definisi Penyakit Metabolik Sistemik
Adalah segolongan penyakit yg berdasarkan gangguan metabolisme dan bersifat sistemik. Pada degenerasi dan infiltrasi timbul perubahan-perubahan dalam sel individuil yg disebabkan oleh atau timbul oleh gangguan metabolisme setempat.
  1. Klasifikasi :
1.    Karbohidrat
Gangguan Metabolisme Karbohidrat
    1. Diabetes melitus
Adalah penyakit menahun yang berhubungan dg gangguan metabolisme karbohidrat. Dasarnya adl defisiensi Insulin. Dapat disertai hiperglikemia yang berlarut-larut dan glycosuria diikuti oleh gangguan sekunder metabolisme lemak dan protein. Banyak menyebabkan kematian, dan menimbulkan komplikasi. Ditemukan Usia 50 – 60 tahun atau dekade pertama. Diatas 40 tahun lebih banyak pada wanita (3 : 2). Diturunkan menurut Hk Mendel Resesif autosomal dengan penetrasi inkomplit. Bila kedua orang tua + maka anak akan terkena DM. Bila salah satu orangtua , nenek atau kakek maka Frekuensi 50%.
Diabetes melitus (Hiperglykemia)
Dasar penyakit adalah defisiensi insulin klinis penyakit
Gejala :
1)    Hiperglikemia
2)    Glikosuria
3)    Sekunder metabolisme protein dan lemak
4)    Dapat diikuti gangguan 
5)    Dapat berakhir dengan kematian
Insidensi terbanyak usia 50 – 60 thn. Dapat juga dekade pertama atau pada yang sudah lanjut autosomal resesif. Penyakit ini diturunkan secara
Etiologi
Defisiensi Insulin relatif atau absolut
1)    Pankreas
a)     Dibentuk oleh sel Beta
b)     Mentransfer glukosa melalui mebran sel otot serat lintang dan juga sel lain.
c)      Defisiensi Insulin tidak menganggu perpindahan (passage) glukosa membran sel hati
d)     Insulin perlu untuk fosforilasi glukose dl sel menjadi glukosa 6 phospate, untuk pengikatannya diperlukan enzym hexokinase.
e)     Kelenjar Hipofisis membentuk inhibitor terhadap hexokinase, Insulin merupakan antagonis terhadap hexokinase inhibitor
f)           Pankreas mempunyai pulau Langerhans :
g)     Sel beta : hormon insulin menghasilkan hormon glucagon
h)     Sel alpha :  hiperglikemik dan glikogenolitik → meningkatkan kadar gula darah. Efek anti insulin → berfungsi sebagai faktor
Cara kerja insulin
Ada 2 teori cara kerja insulin
1)    Teori 1 = Teori Levine : Insulin mentransfer glukosa melalui membran sel otot serat lintang, tetapi tidak menggangu perpindahan glukosa melalui sel membran hati
Description: D:\Documents\(v) B. lili\female organ.JPG2)    Teori 2 = diperlukan untuk fosforilasi glukosa dalam sel → glukosa 6 posfat Insulin. Untuk pengikatan ini dibutuhkan enzim hexokinase yang dihasilkan oleh sel hati
2)    Kelenjar Hipofisis
a)    Kelenjar Hipofisis Anterior mempunyai efek diabetogen tu growth hormone menghambat enzym hexokinase
b)    Corticotropin (ACTH) yang dikeluarkan hip. Ant meransang kel. Adrenal dan bersifat diabetogen. Efek menghambat enzim hexokinase, kelenjar hipofisis hiperaktif → menyebabkan terjadi diabetes
c)  Jadi hipofisis mempunyai pengaruh langsung dan tidak lansung untuk menimbulkan status diabetes
d)    Kelenjar hipofisis menghasilkan zat inhibitor hexokinase
merupakan zat antagonis terhadap hexokinase Insulin
3)    Kelenjar adrenal
Glukoneogenesis yaitu perubahan bentuk protein menjadi karbohidrat. Karena pengaruh hormon steroid yang dihasilkan oleh kortex adrenal insulin permanen. Bila berlangsung terus menerus → menekan sel beta pankreas → menimbulkan difesiensi anterior. Aktivitas adrenal bergantung kepada kelenjar hipofisis
a)    Kortek adrenal mempunyai efek diabetogen.
b)    Glukoneogenessi yaitu perubahan btk dari protein menjadi KH terjadi berkat pengaruh berbagai steroid yg dibentuk kortek adrenal.
c)    Gluconeogenesis menghasilkan KH scr kontinu dan insulin dibutuhkan utk memetabolisasi kenaikan KH.
d)    Hiperglycaemia akibat glukoneogenesis menyebabkan ransangan terus menerus pd sel beta pulau langerhaens. Bila tjd terus menerus menyebabkan sel beta rusak dan timbullah defisiensi insulin yg permanen.
e)    Keadaan diabetik terjadi ketidakseimbangan (imbalance) dl interaksi hip. Ant. Pankreas dan korte adrenal.
4)    Pankreas
a)    ¼ penderita pankreas normal, masa sel beta berkurang.
b)    Bila ditemukan cedera berupa hialinisasi, nekrosis supuratif sel akut dan granulasi sel Beta.
5)    Pembuluh darah
a)    Komplikasi gawat adalah arteriosklerosis yang terjadi secara merata. Berhubungan dengan hiperkolesterolemia.
b)    Sklerosis terjadi pd aorta, pbl darah anggota tubuh, arteri Coronaria, arteri ginjal dan retina
c)    Mata
d)    Dapat terjadi retinitis diabetik
Berupa perdarahan kecil yg tidak teratur, pblh darah retina melebar dn kapiler mbtk aneurisma, keadaan ini disebut silver wire effect
6)    Susunan Syaraf
a)    Pada serabut tepi dan medula spinalis terjadi perubahan generatif berupa demyelinisasi dan fibrosis, mungkin berhub. Dengan sklerosis pbl darah.
b)    Terjadi dysfungsi syaraf tanpa perubahan anatomik.
c)    Hati
d)    Cedera tidak khas, berupa perlemakan dan infiltrasi glikogen.
e)    Perlemakan keras dapat terjadi hepatomegalia
7)    Klinis
a)    Terdapat gejala polyphagia, polydipsia dan polyuria
Polyphagia : tubuh tidak dapat memetabolisme karbohidrat yang dimakan → penderita banyak banyak minumnPolidipsia : glycosuria (diuresis osmotik) → kompensasi: penderita 
Polyuria : glycosuria (diuresis osmotik) → penderita banyak 
Hipoglykemia
Patologis : Sering ditemukan pada 3 keadaan: Akibat pemakaian insulin berlebihan pada diabetes pengobatan psykosis dengan shock hipoglikemik. Akibat pembentukan insulin berlebihan padantumor pankreas yg dibentuk oleh sel beta
b)    Terjadi tubuh tidak sanggup memetabolisasi KH yang dimakan, penderita banyak makan
c)    Polydipsia disebabkan oleh dehidrasi akibat glkosuria (diuresis osmotik)
d)    Selain itu terjadi BB turun, cepat lelah, lemah, mudah terjadi infeksi kulit, Tractus Urinarius, pruritus, perubahan pada retina, degenerasi saraf tepi (neuritis diabetik) yang disertai gangguan reflek tendon.
Komplikasi Diabetes Melitus
1)  Merupakan gangguan biokimia.
2)  Cedera morfologik sebenarnya tidak dapat untuk menegakkan diagnosisn
3)  Tidak selalu sebagai dasar dari pada gangguan metabolismen anatomi, 20 % penderita meninggal tidak menunjukkan bukti-bukti kelainan
a)    Pankreas
1)  Seperempat penderita : pankreasnya normal produksi insulin. Pada umumnya kerusakan pada sel beta ringan → tidak mungkin menimbulkan gangguan. Bila ada : Hialinisasi, Fibrosis Vakoalisasi hidropik yang sebenarnya merupakan penimbunan glikogen
2)  Pembuluh darah menahun, pada otot, hati dan jantung terjadi difisiensi.nBila gangguan metabolisme karbohidrat terlalu lama → hiperglikemik sebagai sumber tenaga → lemak dalam darah bertambah. Lemak dimobilisasi  cholestrolimia → gangguan vaskular, dengan komplikasinLipaemia dan aterioskelosis merata → skeloris pembuluh darah arteri coronaria, ginjal dan retina
3)  Mata
Skelosis arteri retina → retinitis diabetika. Berupa perdarahan kecil – kecil tidak teratur dan berkeluk – keluk pelebaran pembuluh darah retina  mikroaneurisma kapiler – kapiler
4)  Jantung
Sklerosis arteri coronaria → infrak otot

5)  Ginjal
Kelainan degeneratif pada alat vaskular glomeruler –  pylieonepritis akut maupun kronis
6)  Kulit
7)  Dalam makropag – makropag pada dermis → xantoma diabetikum, penimbunan lipid
8)  Susunan syaraf
Pada syaraf tepi dan kadang medula spinalisn degenerative.. Perubahan  Demyelinisasi, Fibrosis skelosis pembuluh darah
9)  Hati
Glikogen perlemakan → hepatomegali dan infiltasi lemak → disebabkan karena defisiensi karbohidrat → sumber tenaga dari imobilisasi lemak berlebihan → defisiensi lipotropik → lemak tidak dapat diangkut dari sel → penimbunan lemak berlebihan
2.    Protein
Gangguan Metabolisme Protein
Defisiensi amino, mineral, dan faktor lipotropikqTerjadi pada pemasukan protein kurang → kekurangan kalori, asam
Akibatnya :  pertumbuhan  pemeliharaan jaringan tubuhn
protein akan terganggu, pembentukkan zat anti dan serum
 perjalanan infeksi berat, penderita mudah terserang penyakit infeksi, luka sukar sembuh dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropic
Macam – Macam Penyakit Defisiensi Protein.
a.    Hipoproteinemia
Sebab :
Melalui air kemih ekskresi protein darah berlebihan hati. Pembentukan albumin terganggu seperti pada penyakit
pada penyakit ginjal. Absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus, juga Hipo dan Agammaglubulinemia.
Ada 3 jenis :
1)      Hipoagammaglobulinemia kongenitaln
a)    Laki-laki antara 9 – 12 tahun.
b)    Penyakit herediter, terutama anak
akibat infeksi
c)    Mudah terserang infeksi. Kematian sering terjadi
d)    Plasma darah tidak mengandung gamma protein
e)    Dapat terjadi penyakit hipersensitivas (ex: penyakit artritis) krn tubuh tidak dapat membentuk
2)      Hipo/ (a) gammaglobulinemia didapat semua usiaqPada pria dan wanita pada penderita mudah terkena infeksiq
splenomegaly. Terjadi hiperplasi konpensatorik sel retikulum → mengakibatkan limfadenopathi dan
3)      Hipoagammaglobulinemia sementara bayi. Hanya ditemukan pada peralihan pada waktu gamma globulin yang habis dan anak harus membentuk gamma globulin sendiri didapat dari ibu
4)      Pirai atau Gout : pengendapan urat pada berbagai jaringan.
5)      Akibat gangguan metabolisme asam urat → asam urat serum meninggi → pada metabolism purin.
6)      Arthritis akut yang sering kambuh
7)      Pada jaringan ditemukan tonjolan – tonjolan disebut “tophus”.
8)      Di sekitar sendin Bursan Tulang rawan telinga


b.    Kelebihan Protein
c.    Tidak dikenal penyakitnya
d.    Defisiensi Protein
e.    Terjadi kekurangan kalori, def. Asam amino, mineral dan faktor lain
f.     Akibatnya penderita mudah diserang penyakit, infeksi keras, luka sukar sembuh, penyakit hati
g.    Hipoproteinaemi
h.    Terjadi akibat ekskresi protein serum yang berlebihan melalui air kemih, pembentukan albumin terganggu spt penyakit hati, absorpsi albumin kurang akibat penyakit usus dan kelaparan
3.    Lemak
Gangguan Metabolisme Lemak
a.    Kelebihan lemak (Obesitas)
b.    Dapat memperberat keadan seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung
c.    Terjadi bila intake lemak lebih besar dp output.
d.    Lemak berlebihan disimpan di Subkutis, jaringan Retroperitoneum, peritoneum serta omentum
e.    Fatty Ingrowth pada jaringan Sub epicard dan pankreas. Hati, subkutis menyebabkan spt tumor dan nyeri tekan (Adiposis dolorosa = penyakit Dercum)
f.     Hipometabolisme
g.    Dapat terjadi pada hipopitutari dan hipotyroid kalori yang diperlukan menurun sehingga BB naik meskipun diberi makan yang tidak berlebihan untuk orang dewasa
  1. Hiperlipemi
a.    Pada keadaan lipid darah total meningkat dan kolesterol meningkat yaitu pada DM yang tidak diobati, hipothyroid, nephrosis lipoid dan Cirrhosis biliaris xanthomatosa
b.    Dapat terjadi penimbunan pada pembuluh darah terjadi arteriosklerosis, parenchym hati, epitel tubulus ginjal dan sel retikuloendotel
c.    Meningkatnya jumlah lipid darah total dan kolesterol
d.    Hiperkholesterolemi, terjadi di dinding pembuluh darah → arteriosclerosis
e.    Penimbunan lemak
  1. Defisiensi Lemak
a.    Terjadi pada kelaparan (starvation), gangguan penyerapan (malabsorpsi) seperti penyakit whiple terjadi defisiensi Lemak , protein KH dan vitamin
b.    Tubuh terpaksa mengambil kalori dari simpanannya intake berkurang, mula – mula dimobilisasi adalah KH dan lemak, pada gizi buruk protein jaringan
c.    Bila lemak jaringan dimobilisasi, vakuol yang ditempati lemak mengeriput, selnya menjadi kecil dan rongga itu diisi oleh cairan berwarna merah dan mengandung sedikit protein. Sel yang mengeriput menyerupai sel lemak fetal disebut fetalization of fat
d.    “Serous atrophy of fat “Makin banyak lemak hilang makin banyak cairan intertisium terbentuk
e.    Pada gizi buruk perubahan ini juga terjadi pada epicard, periintestinal dan mesenterium
f.     Dengan menghilangnya lemak maka alat – alat tubuh menjadi kecil
g.    Alat tubuh dibagi atas 3 golongan :
1)    Yang kehilangan berat sejajar dg turunnya BB (kel. Pankreas, parotis, dan submaxilaris
2)  Yang kehilangan berat lebih banyak dibandingkan dg turunnya BB (thymus, limpa, hati)
3)  Yang kehilangan berat lebih sedikit dp BB (ginjal, ovarium, testis, hipofisis, tyroid, jantung dan otak)
4)  Kelebihan lemak (Obesitas) kalori didapat. Terjadi  kelebihan kalori yang dimetabolisme (hipometabolisme) hipopituitarisme dan hipotiroidisme. Terjadi pada  kalori yg dibutuhkan menurun → berat badan naik, meskipun diberi makan tidak berlebihan  pada:
h.    Lemak ditimbun
i.      Jaringan subkutis
j.      Retroperitoneum Jaringan
k.    Peritoneum
l.      Omentum
m.   Pericardium
n.    Pankreas
o.    Jantung
p.    Obesitas → memperberat hipertensi, diabetes,
Penyakit Penimbunan Abnormal Lemak
a.    Hand Schuller Christian (berhubungan dengan radang, etiologi tidak diketahui
b.    Niemann – Pick (perubahan konstitusionil dalam metabolisme komplex lipid terganggu
c.    Gaucher, terganggu pada jaringan susunan retikulo endothelial
  1. Susunan Endokrin (Duktus Eksretorius)
Sistem endokrin : kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar
Produknya disebut hormone darah → mempengaruhi pertumbuhan, metabolisme, reproduksi dan lain – lain, langsung masuk aliran
Sistem endokrin:
    1. Kelenjar hipofisis
    2. Kelenjar adrenal
    3. Kelenjar thyroid
    4. Kelenjar langerhans pankreas
    5. Kelenjar Para thyroid
    6. Gonad: Ovarium dan testis
    7. Kelenjar thymus
    8. Placenta
Hipofisis tidak langsung mempengaruhi sel tubuh, tapi mempengaruhi kelenjar endokrin lain. Menghasilkan hormon yang  Target organ Thyroid Adrenal sel tubuhq→ menghasilkan hormon → mempengaruhi Gonad  anterior dan posterior.nKelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus yaitu lobus. Lobus anterior
Growth hormonn  (TSH) Thyrotropin Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone, Hormone Prolaktin Lobus posterior. (ADH) Anti diuretik
Thyroid
Embriologi : dari invaginasi tuber (endoderm) dari dasar lidah (foramen caecum) → tumbuh ke bawah, di muka trachea dan tulang rawan
Fisiologi : mempertahankan derajat metabolisme lebih
rangsangan. Merupakan alat tubuh yang sensitif dan dapat bereksi terhadap berbagai  kelenjar membesar dan berfungsi lebih aktif. Pada masa pubertas, kehamilan, dan stres atau pada waktu haid : kelainan yg terjadi hiperplasi epitel, reabsorbsi koloid
tinggi kadang membentuk tonjolan-tonjolan ke dalam lumen sel folikel menjadi lebih rangsangan lain hilang → involusi, kelenjar mengecil. Apabila stres dan dipengaruhi oleh hipofisis melalui TSH. Fungsi thyroid hipopituitarisme) → thyroid atropiqApabila TSH negatif (contoh : pada  juga meningkat → menekan hungsi hipofisis, dan sebaliknya apabila TSH meningkat → hormon thyroid menurun → merangsang hipofisis mengeluarkan TSH lebih banyak. Apabila thyroid  yodium pada penyakit gondok. Menyebabkan hiperplasi dan pembesaran kelenjar thyroid seperti pada penderita kekurangan
Biosintesis Produksi Thyroid.
Produksi hormon thyroid melalui 4 tingkat:
1.  Tingkat 1. TRAPPING: plasma I gradient Thyroid I
2.  Tingkat II. BINDING: I Oxidasi (I) monoiodothyrosin (MTI)
MTI + (I) Diioxdotrhyrosin (DIT)
3.  Tingkat III. COUPLING : DIT + DIT Tetraiodothyrosin =
thyrosin (T4). DIT + MIT Triodothyronine (T3).
4.  Tingkat IV. Releasing: Thyroglobulin proteolisis MIT +  DIT + T3 + T4 plasma T3 + T4 MIT + DIT Deiodinisasi Thyrosin  Thyroid I
Keterangan :
Percernaan sebagai jodidanJodium dari makanan dan minuman diabsorpsi dari saluran  kemudian dikonsentrasin Thyroid mempunyai kemampuan untuk menarik iodida melalui dinding sel antara plasma dan thyroidn mempertahankan iodida gradient rendah. Gradient dapat meningkat secara langsung melalui TSH atau tidak langsung melalui simpanan thyroid yang iodium dengan cepat terikat dengan tyrosin membentuk MIT, DITn thyroid sebagai ThyroglobulinnDIT + DIT→ Thyrosin (T4) atau MIT +DIT → T3 dan disimpan dalam folikel kelenjar
  1. Manifestasi Penyakit Sistemik Pada Rongga Mulut
Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut. Rongga mulut dapat menjadi jendela tubuh kita karena banyak manifestasi pada rongga mulut yang menyertai penyakit sistemik. Kami telah mempelajari beberapa makalah/artikel/jurnal dan menggambarkan manifestasi mulut dari beberapa penyakit sistemik. Banyak lesi pada mukosa mulut, lidah, gingiva, gigi, periodontal, glandula salivarius, tulang wajah, kulit disekitar mulut yang terkait dengan penyakit sistemik umum.


  1. Kelainan Endokrin
Diabetes Mellitus (DM)
Sekitar sepertiga pasien diabetes mempunyai keluhan xerostomia yang mana hal ini berkaitan dengan menurunnya aliran saliva dan meningkatnya glukosa saliva. Kemudian, pembesaran glandula parotis bilateral difus, keras, yang disebut sialadenosis dapat timbul. Proses ini tidak reversibel meskipun metabolisme karbohidrat terkontrol baik. Perubahan pengecapan dan sindrom mulut terbakar juga dilaporkan pada pasien DM tak terkontrol.
Xerostomia merupakan faktor predisposisi berkembangnya infeksi rongga mulut. Mukosa yang kering dan rusak lebih mudah timbulnya infeksi oportunistik oleh Candida albican. Candidiasis erytematosus tampak sebagai atropi papila sentral pada papila dorsal lidah dan terdapat pada lebih dari 30% pasien DM. Mucormycosis dan glossitis migratory benigna juga mempunyai angka insidensi yang tinggi pada IDDM di populasi umum.
Telah ditemukan bahwa terdapat insidensi yang tinggi karies gigi pada pasien dengan DM yang tidak terkontrol. Hal ini dihubungkan dengan tingginya level glukosa saliva dan cairan krevikuler. Penyembuhan luka yang tidak sempurna, xerostomia yang diikuti dengan penimbunan plak dan sisa makanan, kerentanan terhadap infeksi, dan hiperplasi attached gingiva, semua memberi kontribusi meningkatnya insidensi penyakit periodontal pada pasien diabetes (23).
Hypoparatiroidisme
Penurunan sekresi hormon paratiroid (PTH) dapat terjadi setelah pengambilan glandula paratiroid, begitu juga destruksi autoimun terhadap glandula paratiroid. Sindrom-sindrom yang jarang, seperti Digeorge Syndrome dan Endocrine-candidiasis syndrome sering dihubungkan dengan keadaan ini. Hipocalcemia terjadi mengikuti turunnya hormon paratiroid. Chvostek sign, tanda khas hipokalsemia, dicirikan dengan berkedutnya bibir atas bila nervus facialis diketuk tepat dibawah proccesus zygomaticus. Jika hipoparatiroid timbul di awal kehidupan, selama proses odontogenesis/pertumbuhan gigi, dapat terjadi hipoplasi email dan kegagalan erupsi gigi. Adanya candidiasis oral persisten pada pasien muda menunjukkan mulai terjadinya sindrom endocrine – candidiasis.
Hyperparatiroidisme
Manifestasi awal hiperparatiroid adalah hilangnya lamina dura di sekitar akar gigi dengan perubahan pola trabecular rahang yang muncul kemudian. Terdapat penurunan densitas trabecular dan kaburnya pola normal yang menghasilkan penampakan ”ground glass” pada gambaran radiografiknya. Dengan menetapnya penyakit, lesi tulang lainnya muncul, seperti hiperparatiroid ”brown tumor”.
Nama ini berasal dari warna spesimen jaringan yang mencolok, biasanya merah tua – coklat akibat perdarahan dan tumpukan hemosiderin dalam tumor. Gambaran radiografik menunjukkan lesi ini unilokuler atau multiloculer radiolusen yang berbatas tegas yang biasanya merusak mandibula, clavicula, iga, dan pelvis. Lesi ini soliter, namun lebih sering multipel. Lesi yan bertahan lama dapat mengakibatkan ekspansi cortical yang nyata. Secara histologik, lesi ini dicirikan sebagai proliferasi hebat jaringan granulasi vascular yang menjadi latar belakang timbulnya multi-nucleated osteoclast-type giant cells. Hal ini identik dengan lesi lain yang dikenal dengan lesi giant cell sentral pada rahang.
Hypercortisolisme
Hypercortisolisme atau Cushing’s syndrome, berasal dari meningkatnya glukokortikoid darah yang terus-menerus. Hal ini juga bisa berkaitan dengan terapi kortikosteroid lain atau produksi berlebih endogen dari glandula adrenal. Horman adrenokorticotropik (ACTH) yang berlebih dari tumor pituitari juga menyebabkan hipercortisolisme dan penyakit Cushing’s. Penumpukan jaringan lemak di area wajah dikenal sebagai ”moon facies”.  Pasien juga  mengalami facial hirsutism yang bervariasi. Fraktur patologis mandibula, maxilla atau tulang alveolar juga dapat terjadi karena trauma benturan ringan akibat osteoporosis. Penyembuhan fraktur, begitu juga penyembuhan tulang alveolar dan jaringan lunak setelah pencabutan gigi menjadi tertunda.
Hypoadrenocortisisme
Hypoadrenocortisisme berasal dari kurangnya produksi horman kortikosteroid adrenal karena adanya kerusakan cortex adrenal, kondisi ini dikenal sebagai hypoadrenocortisisme primer atau Addison’s disease. Hal ini biasanya berkaitan dengan autoimmune, juga dapat disebabkan karena infeksi seperti tuberculosis, tumor metastase, amyloidosis, sarcoidosis atau hemochromatosis.
Hypoadrenocortisisme sekunder berkembang karena fungsi glandula pituitary yang inadequate. Manifestasi orofacial termasuk A ”bronzing” hyperpigmentasi pada kulit, terutama  pada area yang paling banyak terpapar matahari (sun-exposed area).  Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar beta-lipotropin atau ACTH, yang keduanya dapat menstimulasi melanosit. Perubahan kulit ini didahului oleh melanosis mukosa mulut. Pigmentasi kecoklatan difus atau bercak sering terjadi di mukosa buccal, namun dapat terjadi di dasar mulut, ventral lidah dan bagian lain mukosa mulut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...