Selasa, 03 Desember 2019

Langkah – langkah yang dilakukan sebagai jalan keluar agar tidak terjebak pada radikalisme

Hasil dari sebuah penelitian yang berkaitan dengan ideologi Pancasila semakin menurun pada generasi milenial kita, langkah – langkah apa yang dilakukan sebagai jalan keluar agar tidak terjebak pada radikalisme !
Jawab :
Perubahan zaman melalui arus deras teknologi dan informasi telah menggoncang tata nilai dan moral generasi muda (milenial). Ironisnya, kemajuan teknologi dan informasi tidak hanya berdampak positif, tetapi memiliki dampak negatif yang luar biasa, terutama menyangkut sikap intoleransi dan radikalisme yang dapat mengarah pada terorisme. Karena itu, generasi milenial harus terus diberikan pendidikan karakter baik wawasan kebangsaan maupun ideologi Pancasila untuk membentengi diri dari serangan hal-hal negatif di atas.
Saat ini generasi muda senang melihat perubahan. Karena itu, perubahan yang cenderung negatif harus dieliminir, sementara perubahan yang positif harus digalakkan. Dengan penguatan karakter, otomatis proses eliminasi pengaruh negatif ini akan berjalan baik sehingga generasi milenial bisa menilai mana yang harus diikuti dan mana yang harus dihindari.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengadakan program duta damai dunia maya. Menurutnya, program itu sangat tepat untuk mencetak generasi muda sebagai duta perdamaian untuk melawan propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya. Duta damai dunia maya menjawab sebuah tantangan terkait radikalisasi di dunia maya. Utamanya inovasi dan kreatifitas melalui media siber sekaligus tonggak dalam perubahan menuju peradaban industri maupun pendidikan. Dengan inovasi dan kreativitasnya, generasi milenial bisa diandalkan untuk menghasilkan konten dan narasi damai.
BNPT telah melebarkan inovasinya dengan membentuk duta damai dunia maya Asia Tenggara. Menurutnya, model duta damai dunia maya ini sangat tepat karena anak muda memiliki kreativitas untuk membantu program-program pencegahan dengan bisa langsung merespon apa yang terjadi di masyarakat dunia. Ini sangat efektif, apalagi dilakukan anak – anak muda atau generasi milenial maka kemudian embrio atau basic terorisme bisa keluar dari akarnya, lalu membangun bersama-sama beradaban yang lebih damai.
Salah satu efek negatif dari media sosial adalah masifnya kelompok radikal memanfaatkan untuk melakukan propanganda. Dan itu target penyebaran paham dan rekrutmen itu adalah generasi milenial. Dengan demikian, penguatan karakter milenial harus terus dilakukan di berbagai lini, mulai dari keluarga, lingkungan, sekolah, maupun tempat umum. Seperti duta damai dunia maya, mereka ditanamkan wawasan kebangsaan, penguatan ideologi, dilatih membuat dan menyebarkan konten damai. Intinya kalau pikiran dan jiwa anak muda dikuasai hawa damai, hawa NKRI, maka aspek negatif berupa intoleransi, radikalisme, dan terorisme akan hilang.
Perang melawan radikalisme dan terorisme memang tidak pernah ada habisnya. Satu persatu pelaku ditangkap, tapi satu persatu pula muncul generasi baru. Meski para pelaku sudah dipenjara, tapi ideologi radikalisme tak bisa dipenjara, karena terus menyebar kedalam pemikiran generasi muda kita. Kemajuan teknologi telah dimanfaatkan kelompok radikal, untuk menyebarluaskan pemahamannya yang salah.
Media sosial telah dijadikan 'alat' propaganda yang efektif, dan secara tidak langsung digunakan untuk melakukan perekrutan. Sementara ruang publik dunia maya ini, nyata-nyata terus mendapatkan perhatian tersendiri bagi generasi muda. Karena media sosial menawarkan hal yang baru bagi anak muda millennial saat ini.
Salah satu yang menjadi perhatian bersama adalah, masifnya ujaran kebencian di dunia maya. Ujaran kebencian inilah yang kadang ditelan mentah-mentah oleh sebagian pihak. Apalagi jika ujaran kebencian ini dibumbui sentimen SARA, berpotensi membuat konflik terjadi secara terbuka. Untuk itulah diperlukan sebuah upaya dan komitmen bersama, untuk melawan radikalisme di era millennial ini. Generasi muda diharapkan menjadi generasi yang aktif, dan harus memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Jangan mau menjadi generasi pasif, yang bisa dipengaruhi oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan kedamaian di negeri ini.
Di era yang serba modern ini, diperlukan strategi yang efektif, untuk melawan radikalisme dan terorisme. Jadilah generasi yang menjadi agen perubahan dan penyeru kebenaran. Aktualisasikan diri kalian dengan pemahaman agama yang benar, yang berdiri pada posisi menolak radikalisme. Jika pada diri kalian sudah tidak persoalan, saatnya menjadi agen perubahan, minimal pada keluarga dan lingkungan. Jika pemuda bisa melakukan hal ini, secara tidak langsung sudah aktif mendukung program deradikalisasi pemerintah. Dan untuk melengkapi semua itu, pemuda juga harus menjadi penyeru kebenaran, jangan menjadi penyeru kebencian. Dengan menyeru pada kebenaran, masyarakat akan tidak mudah terpengaruh informasi yang menyesatkan.
Jika melihat fakta yang ada, generasi muda memang menjadi sasaran empuk kelompok radikal dan teroris. Anak muda yang memiliki keberanian dan masih menjalani proses pencarian jati diri, akan mudah dijadikan korban jika tidak membekali diri dengan pemahaman agama yang benar dan kecerdasan. Karena itulah, menjadi generasi yang kreatif dan inovatif, merupakan salah satu cara menjauhkan diri dari praktek intoleran. Di era teknologi seperti sekarang ini, buatlah aplikasi yang digemari oleh anak muda lain. Buatlah aplikasi atau karya yang bermanfaat, yang bisa menyebarkan bibit perdamaian.
Jika kalian gemar bermusik, maka buatlah musik yang menyuarakan anti radikalisme dan terorisme. Jika gemar menulis, maka tulislah pesan-pesan damai. Dan jika kalian gemar menggambar, maka buatlah visual yang menggambarkan keberagaman negeri ini. Buatlah karya yang menggambarkan keberagaman dalam perbedaan. Karena memang begitulah negeri kita, Indonesia. Berbeda – beda tetapi tetap satu. Dan generasi muda, merupakan tonggak pemersatu keberagaman negeri ini. Meski sekarang tidak ada lagi perang seperti jaman kemerdekaan, tapi perang yang terjadi adalah perang pemikiran. Maka jadilah generasi yang cerdas, agar tidak kalah perang dalam hal pemikiran.
Kelompok berpaham radikal lain secara terang – terangan memproklamasikan diri menjadi ormas pengusung khilafah. Saya cukup merasa lega ketika kemudian pemerintah berencana membubarkan ormas tersebut. Tapi apakah dengan dibubarkannya ormas kemudian masalah selesai? Tidak! Mereka yang telah dikader apalagi disumpah akan terus menyebarkan pemahaman tersebut. Dari masjid, sekolah, kantor, hingga lingkungan sosial. Dan orangtualah yang harus menjadi benteng utama penangkal virus radikal tersebut. Menurut saya ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua pada anak untuk menangkal paham radikal dan menumbuhkan sikap toleransi.
Pertama, komunikasi terbuka; orangtua dan anak harus menjalin komunikasi terbuka. Pancing anak untuk mau berterus terang dan curhat atas semua kejadian kurang menyenangkan yang dialaminya. Jangan sampai kesibukan orangtua membuat anak lebih nyaman berinteraksi dengan kelompok radikal, sebab dalam menjaring anggotanya, kelompok ini melakukan pendekatan secara personal. Setelah yang bersangkutan menjadi akrab kemudian diajak ikut kajian. Dalam kajian rutin itulah secara perlahan akan dicuci otak untuk selanjutnya diambil sumpahnya agar tetap setia menjadi anggota kelompok tersebut. Selain komunikasi yang lancar, orangtua harus menghargai dan dukung potensi yang dimiliki anak agar ia merasa dihargai. Arahkan anak untuk mengikuti kegiatan ataupun kursus yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Kedua, menjaga keharmonisan keluarga. Komunikasi akan terjalin jika hubungan antarkeluarga harmonis sehingga anak tidak akan 'lari' dari rumah untuk mencari ketenangan batin. Salah satu cara menjalin keharmonisan dengan ibadah dan melakukan aktivitas sehari-hari bersama. Misalnya makan, membersihkan rumah, nonton TV, dan sebagainya.
Ketiga, mengajarkan anak keberagaman. Ini harus diajarkan sejak dini pada anak. Orangtua bisa memulai dari hal sederhana, misalnya mencoba makanan yang berbeda dari daerah asal, memperkenalkan tarian dan pakaian adat daerah lain, memberikan bacaan yang beragam, atau menghadiri acara kebudayaan bersama keluarga. Jika orangtua punya tabungan, ajak anak ke luar kota atau sesekali ke luar negeri agar si anak bisa mengetahui beragam etnis, budaya, dan karakter bangsa lain. Dengan begitu anak tidak mudah men-judge orang lain negatif dan menganggap diri sendiri dan kelompoknya paling baik.
Keempat, membantu orang yang tidak mampu. Ini bisa membuat anak lebih simpati pada sesama. Orangtua dalam hal ini harus memberikan pemahaman bahwa penerima bantuan tidak boleh memandang agama atau ras. Beri penjelasan dalam pembagian zakat pun tidak ada syarat harus seagama. Jadi ketika ia sudah besar, ia akan mengasihi sesama dan tak akan memandang bulu apapun ras dan agamanya.
Kelima, memberi pemahaman agama yang memadai. Orangtua harus memberi pemahaman agama yang baik sedini mungkin. Misalnya jika anak malas salat atau puasa jangan memarahi anak dengan mengatakan, "Nanti kamu masuk neraka lho" dan ancaman lainnya. Orangtua harus mengenalkan agama dari sudut kasih sayang. Beritahu anak jika Tuhan lebih sayang pada anak yang rajin ibadah, patuh pada orangtua, dan sayang pada saudara. Ceritakan juga sejarah dan sifat-sifat penyayang Nabi. Jika sudah agak besar, beritahu bahwa belajar, patuh pada orangtua, dan membantu pada sesama termasuk bentuk jihad.
Keenam, memantau pertemanan dan media sosial anak tanpa mengganggu privasinya. Teknologi mempunyai peranan penting dalam mengubah ideologi seseorang. Jika setiap hari ia membaca postingan tentang radikalisme agama, jihad, perang, dan sebagainya, lambat laun ia akan terpengaruh. Untuk mencegah hal itu terjadi orangtua harus memantau apa yang dibaca, diunggah, dan di-share, tanpa mengganggu privasinya. Orangtua tak boleh sering komentar di media sosial anaknya sebab ia akan merasa orangtuanya tak percaya pada semua hal yang ia lakukan.
Terakhir, menjadi orangtua yang baik bukan hanya dengan cara mencarikan sekolah dan pendidikan terbaik lantas menyerahkan tanggung jawab seluruhnya pada guru, ustadz, atau kiainya. Tidak, orangtua harus memantau perkembangan pendidikan anak-anaknya, organisasi yang diikutinya, buku-buku bacaannya. Jangan sampai di kemudian hari kita menyesal ada anak atau anggota keluarga yang terjerumus begitu jauh pada paham-paham radikal, terlibat teror bom bunuh diri, atau dikejar-kejar Densus 88.

1 komentar:

  1. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q
    paling diminati di Indonesia,
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    ~bandar poker
    ~bandar-Q
    ~domino99
    ~poker
    ~bandar66
    ~sakong
    ~aduQ
    ~capsa susun
    ~perang baccarat (new game)
    segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
    Whatshapp : +85515373217

    BalasHapus

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...