BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam
kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik
oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai
kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan,
manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam
keonteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri
sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, selalu berusaha mendidik dirinya
(sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia, baik pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua
atau masyarakat terlebih pendidikan tersistem yang diselenggarakan oleh
sekolah. Jadi kesimpulannya adalah manusia memiliki beberapa potensi yang ada
pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa, karya dan religi yang
bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan
terarah.
Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan.
Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur
dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula
perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan
melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis
secara murni. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan manusia dengan
pendidikan itu sendiri
Hampir semua orang dibekali pendidikan dan melaksanakan
pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala
anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik
anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan
mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas milik dan
alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu
bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat
suatu bangsa tertentu. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan
membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan
yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan
dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang
lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional
tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya
dan permasalahan penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas adalah :
1. Apa itu manusia dan pendidikan
?
2. Apa itu arti dari keharusan akan pendidikan
?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Manusia Dan Pendidikan
Manusia adalah Makhluk
yang berakal budi/insanulkamil artinya makhluk yang paling sempurna.
Manusiasebagai makhluk yang
berpolitik (zon politicon), makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang berbudaya,
makhluk yang berbahasa, makhluk yang berbicara (Nata, 2009 : 29).
Manusia yang lahir dari proses Pendidikan.bukanhanya manusia
yang dididik tetapi juga manusia yang mendidik dalam hal ini dalam arti luas
,Pendidikan yaitu segala situasi hidup
yang mempengaruhi pertumbuhan indinidu sebagai pengalaman belajar dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup,selalu cenderung untuk mengetahui segala sesuatu
di sekelilingnya.dari rasa ingin tahu timbul pengetahuan.
Dalam hidupnya
manusia digerakkan sebagian oleh
kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung jawab oleh kebutuhan. Untuk mencapai
sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung
jawaboleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung jawab social dalam masyarakat.
Manusia social dalam masyarakat. Manusia bukan hanya mempuyai kemampuan
–kemampuan tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan juga tidak
hanya mempuyai sifaf-sifat yang baik
namum juga mempunyai sifat sifat yang kurang baik.maka dari itu manusia sangat
membutuhkan Pendidikan, karena melalui pendidikan, karena melalui pendidikan
manusia mempunyai kemampuam-kemampuan mengatur dan mengontrol dirinya
sendiri.melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat
diarahkan kepada yang lebih baik dan melaluai pendidikan kemampuantingkah laku
manusia dapat di dekati dan di analisis secara murni,
Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi,
jiwa, kelompok, dll. Semua itu bercampur menjadi potensi dasar atau bawaan manusia,
sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut,
baik secara maksimal atau tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung
manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa
dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan
potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai
sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dalam hal ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara
pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat
manusia tadi terhadap proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan
berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat
dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari
suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan
pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk
mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik.
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup
dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti
harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan
terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena
pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang
manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus
menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan
praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu
tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa
mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun
potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan
tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila
digunakan secara negative.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek:
individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah
laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia
itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance,
self confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian
manusia melalui proses pendidikan.
B. Keharusan Pendidikan
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain,
khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada
saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun.
Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada
anak yang ditelantarkan tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut,
misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak
langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain.
Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan.
Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia
tidak langsung dewasa.
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dikarenakan
sebagai berikut :
a. Manusia Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan.
Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu
anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia
memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan
kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang yang begitu lahir
sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk
mempertahankan hidupnya.Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi
dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir
setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak
untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara
normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak
seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang
lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan
sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat
bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa.
Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia
harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki
bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan
lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin
banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia
memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi
mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal
nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan
sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya
itu memerlukan waktu yang cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga
merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua
akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang
dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang
merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia.
Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh
bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan
diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa
wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan
pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam
keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang
terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi
fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan,
kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada
tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang
Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.
b. Manusia
Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan
dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses
pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia
modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan
secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan unuk
hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok
tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat
dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada
masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada
masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin
kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem
nilai. Untuk
mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada
masyarakat modern. Bekal tersebut dap[at diperoleh dengan pendidikan, di mana
orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta
keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.Manusia
merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan.
Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam
keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
c. Manusia
sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan
menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain
halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku
hewan. Seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap
berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan
sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda
antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.Manusia hidup bersama
orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar hidup
bersama itu menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan
juga menguntungkan bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai
makhluk sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia
juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang
lain.Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia
dapat hidup bersama dengan orang lain. Kalau tidak, akan berbuat di luar
perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu berarti bahwa ia
tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi
untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.Kalau
manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang
lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak
ada bedanya dengan kehidupan hewan. Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak
dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak
perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah dalam keadaan
matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah ada (terjadi). Dalam
keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.
d. Manusia
sebagai Makhluk Individu yang Berdiri Sendiri
Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu (perorangan)
tidak ada. Pengertian sosial harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian
sendiri-sendiri. Ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan
orang lain. Pergaulan hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi
(individu-individu) satu sama lain. Tidak berarti bahwa individu itu luluh
menyatu dengan yang lain, seperti halnya boneka-boneka yang hanya bergerak
dengan pola yang sama. Manusia memang hidup bersama, namun tetap secara
individu dan individu.Dengan adanya pribadi-pribadi orang perorangan yang
berbeda, karena itulah pendidikan diperlukan, karena setiap orang yang bersifat
individu itu perlu belajar hidup dengan individu lannya. Pendidikan tidak
mendidik agar setiap orang (individu) dapat berperilaku sebagai individu
bersama dengan individu lainnya.
e. Manusia
sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab
Seorang manusia mampu atau tepatnya harus mampu bertanggung
jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan manusia membawa akibat, dan
sering kali akibat itu menimpa orang lain, karena kita hidup bersama-sama
dengan orang lain. Seekor hewan kalau berbuat sesuatu tidak akan mengerti
akibat yang timbul dari tindakan tersebut, karena ia tidak mampu berpikir, dan
tindakannya hanya didasarkan oleh insting belaka.Manusia akan dapat
memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karena
itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatannya,
karena kita pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya. Pendidikan di samping
mengajar orang agar menjadi tahu, dan terampil, pendidikan juga mengembangkan
sikap. Sikap yang utama adalah sikap tanggung jawab, karena makhluk sosial
manapun memang harus bertanggung jawab.
Bertanggung jawab adalah sejajar dengan manusia sebagai makhluk
sosial. Kalau sikap bertanggung jawab tidak dimiliki setiap oleh setiap insan,
maka kehidupan akan kacau, kaerena manusia akan bertindak semaunya, setiap
orang hanya akan menuruti kehendaknya sendiri, dan tidak akan bertahan hidup
lama.Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang bertanggung jawab, yaitu
bertanggung jawab terhadap generasi manusia selanjutnya, karena kita tahu bahwa
setiap anak membutuhkan bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap
generasai berikutnya, mereka akan terlantar. Disinilah pendidikan bertanggung
jawab bagi kelanjutan kehidupan dan hidup generasi berikutnya.Untuk melaksanakan
pendidikan diperlukan adanya kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada
saat anak masih kecil kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau anak
itu merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu dan perlu bantuan orang lain,
sehingga ia perlu belajar dari orang lain. Selama anak belum mau menerima
pengaruh orang lain diluar dirinya, tidak akan muncul ketaatan terhadap pihak
lain yang berusah mempengaruhinya. Kalau anak sudah menyadari kekurangannya, ia
akan mau menerima pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia mau menerima
kewibawaan pendidik.
f. Sifat
Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan
Apa sebabnya pendidikan hanya terjadi pada manusia? Pada
tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup sama sekali tidak terjadi pendidikan.
Pada tingkat hewan ada perilaku yang mirip dengan pendidikan, namun sangat jauh
berlainan dengan pengertian pendidikan yang sebenarnya. Tindakan yang mirip
pendidikan itu disebut “dressur” ( pembiasaan dan dilatih terus menerus).Anak
anjing meniru induknya, dengan jalan bermain-main, dia melepaskan dorongan
untuk berkelahi. Dia berkelahi ( main-main ) dengan induknya, sedangkan
induknya sengaja membuat dirinya seperti bermain berkelahi juga. Kejadian
tersebut seolah-olah pada induk anjing ada keinginan untuk “ mendidik “
anaknya. Dorongan untuk bermain seperti itu pada anjing-anjing tersebut tidak
didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak anjing ) tidak mampu, yang harus
belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang menjadi alasan anak anjing dan induknya
bermain, namun didasarkan dorongan untuk berbuat, bergerak. Pada anjing-anjing
tersebut tidak ada kesengajaan untuk berbuat atas kesadaran atas kekurangan dan
ketidak mampuannya. Misalnya sang induk anjing sadar bahwa anaknya tidak mampu
dan masih banyak kekurangan dalam pengalamannya. Dari anak anjing tidak ada
kesediaan menerima pengaruh dari induknya, tidak ada kewibawaan.Pada manusia
juga terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki kesadaran akan
kekurangan dirinya. Pada saat itu anak merasakan untuk meniru dan berbuat, akan
berbuat sesuatu. Anak usia sekitar 2 – 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa
saja, ia bergerak menurut kemauannya. Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar
anak bisa naik sepeda dan ayahnya mendorong sepeda tersebut. Namun apa yang
terjadi anak tidak mau naik sepeda, bahkan ia akan turun dan mendorong sepeda
tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda tadi.Contoh lain anak akan mengambil
benda yang ia temukan disekelilingnya, melihat pisau ( padahal pisau itu sangat
tajam ) ia akan ambil dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya
mengguanakan pisau tersebut, mungkin juga digosokan ke tangannya. Sang ibu
sangat cemas berkata setengah berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake pisau
itu, ibu pinjam ya sayang”. Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau
diambil secara paksa ia akan menangis, caranya cari pisau lain atau benda lain
yang menyerupai pisau yang tumpul lalu berikan kepadanya.Anak melihat orang
tuanya waktu mandi menggosok gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi
ibunya dan ingin pakai pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk
menggosok giginya, dan si anak dengan senangnya menggosok giginya walaupun
tidak benar. Anak makan dengan orang tuanya, ia memperhatikan orang tuanya
memakai sendok dan garpu, dengan cepatnya sang anak mengambil sendok makan,
walaupun cara memegangnya dan cara memasukan ke mulutpun belum pas dan benar.
Disini sang ibuu melatih anaknya membetulkan bagaimana cara memegang sendok,
dan bagaimana memasukannya kedalam mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah
melatih anaknya naik sepeda dan ibunya melarang anaknya menggunakan pisau
supaya jangan bermain dengan pisau, ibu melatih anaknya menggosok gigi, sang
ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu semuanya belum temasuk pendidikan
yang sebenarnya, karena anak belum memahami, menyadari apa artinya perintah
atau kemauan ayahnya untuk naik sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa
ibunya melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi dan mengapa
makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan
pendidikan dalam arti sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi
dengan sifat anak suka meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain,
bisa menerima pengaruh dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan
bagi orang tua ( pendidik ) membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh
bagi anak didiknya, memberi pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak
kelak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Manusia
merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu
sendiri.Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa
mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengertiatasmanusia,
baiksifat-sifatindividualitasnya yang unik, maupunpotensi-potensi yang
justruakandibina, pendidikanakansalaharah jadi manusia dapat menjadi manusia hanya melalui
pendidikan.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam keharusan Pendidikan adalah;Manusia dilahirkan dalam
keadaan tidak berdaya,Manusia lahir tidak langsung dewasa, Manusia sebagai
makhluk sosial,Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri, Manusia
sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab,Sifat manusia dan kemungkinan
terjadinya pendidikan.
B. Saran
1.
Hubungan
antara manusia dengan pendidikan sangatlah erat, setiap kesuksesan seseorang
tidak luput dari pendidikan yang ia peroleh baik dari jenjang pendidikan formal
ataupun non formal maka dari itu kita harus belajar sepanjang hayat (Long Live
education)
2.
Kesempurnaan
,keberhasilah manusia tidak dibawa sejak lahir tapi proses setelah
kelahiran,maka maka manusia harus didik agar menjadi manusia yang berhasil dan
sempurna.
.
DAFTAR PUSTAKA
kamus
besar Bahasa Indonesia,Nata 2009 Balai Pustaka
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.IONPK.CLUB :-*
add Whatshapp : +85515373217 ^_~