Selasa, 03 Desember 2019

MANUSIA DAN PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Sejak lahir seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dilatih, dijaga, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Karena manusia pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Di dalam keonteks pendidikan, manusia adalah makhluk yang selalu mencoba memerankan diri sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, selalu berusaha mendidik dirinya (sebagai objek) untuk perbaikan perilakunya.
Jelaslah bahwa pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik pendidikan yang berlangsung secara alami oleh orang tua atau masyarakat terlebih pendidikan tersistem yang diselenggarakan oleh sekolah. Jadi kesimpulannya adalah manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa. karsa, karya dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.
Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hubungan manusia dengan pendidikan itu sendiri
Hampir semua orang dibekali pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional tentang landasan dan asas pendidikan tersebut selalu diarahkan pula pada upaya dan permasalahan penerapannya.

B.       Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1.     Apa itu manusia dan pendidikan ?
2.     Apa itu arti dari keharusan akan pendidikan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Manusia Dan Pendidikan
Manusia adalah Makhluk yang berakal budi/insanulkamil artinya makhluk yang paling sempurna. Manusiasebagai makhluk yang berpolitik (zon politicon), makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang berbudaya, makhluk yang berbahasa, makhluk yang berbicara (Nata, 2009 : 29).
Manusia yang lahir dari proses Pendidikan.bukanhanya manusia yang dididik tetapi juga manusia yang mendidik dalam hal ini dalam arti luas ,Pendidikan yaitu  segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan indinidu sebagai pengalaman belajar dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup,selalu cenderung untuk mengetahui segala sesuatu di sekelilingnya.dari rasa ingin tahu timbul pengetahuan.
         Dalam hidupnya manusia digerakkan sebagian  oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi  oleh tanggung jawab oleh kebutuhan. Untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi  oleh tanggung jawaboleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi  oleh tanggung jawab social dalam masyarakat. Manusia social dalam masyarakat. Manusia bukan hanya mempuyai kemampuan –kemampuan tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan juga tidak hanya  mempuyai sifaf-sifat yang baik namum juga mempunyai sifat sifat yang kurang baik.maka dari itu manusia sangat membutuhkan Pendidikan, karena melalui pendidikan, karena melalui pendidikan manusia mempunyai kemampuam-kemampuan mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik dan melaluai pendidikan kemampuantingkah laku manusia dapat di dekati dan di analisis secara murni,
Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll. Semua itu bercampur  menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maksimal atau tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka.
Dalam hal ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.
Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik.
Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.
Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan.
B.       Keharusan Pendidikan
Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa.
Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dikarenakan sebagai berikut :
a.    Manusia  Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya
Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara normal. Beberapa jenis hewan yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup. Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama.Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu keharusan. Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.
Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.
b.       Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa
Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan unuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai. Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern. Bekal tersebut dap[at diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
c.        Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.Manusia hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua belah pihak. Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain. Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.Kalau manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan. Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.
d.       Manusia sebagai Makhluk Individu yang Berdiri Sendiri
Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu (perorangan) tidak ada. Pengertian sosial harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian sendiri-sendiri. Ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain. Pergaulan hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu-individu) satu sama lain. Tidak berarti bahwa individu itu luluh menyatu dengan yang lain, seperti halnya boneka-boneka yang hanya bergerak dengan pola yang sama. Manusia memang hidup bersama, namun tetap secara individu dan individu.Dengan adanya pribadi-pribadi orang perorangan yang berbeda, karena itulah pendidikan diperlukan, karena setiap orang yang bersifat individu itu perlu belajar hidup dengan individu lannya. Pendidikan tidak mendidik agar setiap orang (individu) dapat berperilaku sebagai individu bersama dengan individu lainnya.
e.        Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab
Seorang manusia mampu atau tepatnya harus mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan manusia membawa akibat, dan sering kali akibat itu menimpa orang lain, karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Seekor hewan kalau berbuat sesuatu tidak akan mengerti akibat yang timbul dari tindakan tersebut, karena ia tidak mampu berpikir, dan tindakannya hanya didasarkan oleh insting belaka.Manusia akan dapat memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karena itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatannya, karena kita pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya. Pendidikan di samping mengajar orang agar menjadi tahu, dan terampil, pendidikan juga mengembangkan sikap. Sikap yang utama adalah sikap tanggung jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung jawab.
Bertanggung jawab adalah sejajar dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kalau sikap bertanggung jawab tidak dimiliki setiap oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau, kaerena manusia akan bertindak semaunya, setiap orang hanya akan menuruti kehendaknya sendiri, dan tidak akan bertahan hidup lama.Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi manusia selanjutnya, karena kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap generasai berikutnya, mereka akan terlantar. Disinilah pendidikan bertanggung jawab bagi kelanjutan kehidupan dan hidup generasi berikutnya.Untuk melaksanakan pendidikan diperlukan adanya kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada saat anak masih kecil kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau anak itu merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu dan perlu bantuan orang lain, sehingga ia perlu belajar dari orang lain. Selama anak belum mau menerima pengaruh orang lain diluar dirinya, tidak akan muncul ketaatan terhadap pihak lain yang berusah mempengaruhinya. Kalau anak sudah menyadari kekurangannya, ia akan mau menerima pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia mau menerima kewibawaan pendidik.
f.        Sifat Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan
Apa sebabnya pendidikan hanya terjadi pada manusia? Pada tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup sama sekali tidak terjadi pendidikan. Pada tingkat hewan ada perilaku yang mirip dengan pendidikan, namun sangat jauh berlainan dengan pengertian pendidikan yang sebenarnya. Tindakan yang mirip pendidikan itu disebut “dressur” ( pembiasaan dan dilatih terus menerus).Anak anjing meniru induknya, dengan jalan bermain-main, dia melepaskan dorongan untuk berkelahi. Dia berkelahi ( main-main ) dengan induknya, sedangkan induknya sengaja membuat dirinya seperti bermain berkelahi juga. Kejadian tersebut seolah-olah pada induk anjing ada keinginan untuk “ mendidik “ anaknya. Dorongan untuk bermain seperti itu pada anjing-anjing tersebut tidak didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak anjing ) tidak mampu, yang harus belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang menjadi alasan anak anjing dan induknya bermain, namun didasarkan dorongan untuk berbuat, bergerak. Pada anjing-anjing tersebut tidak ada kesengajaan untuk berbuat atas kesadaran atas kekurangan dan ketidak mampuannya. Misalnya sang induk anjing sadar bahwa anaknya tidak mampu dan masih banyak kekurangan dalam pengalamannya. Dari anak anjing tidak ada kesediaan menerima pengaruh dari induknya, tidak ada kewibawaan.Pada manusia juga terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki kesadaran akan kekurangan dirinya. Pada saat itu anak merasakan untuk meniru dan berbuat, akan berbuat sesuatu. Anak usia sekitar 2 – 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak menurut kemauannya. Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa naik sepeda dan ayahnya mendorong sepeda tersebut. Namun apa yang terjadi anak tidak mau naik sepeda, bahkan ia akan turun dan mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda tadi.Contoh lain anak akan mengambil benda yang ia temukan disekelilingnya, melihat pisau ( padahal pisau itu sangat tajam ) ia akan ambil dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya mengguanakan pisau tersebut, mungkin juga digosokan ke tangannya. Sang ibu sangat cemas berkata setengah berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake pisau itu, ibu pinjam ya sayang”. Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil secara paksa ia akan menangis, caranya cari pisau lain atau benda lain yang menyerupai pisau yang tumpul lalu berikan kepadanya.Anak melihat orang tuanya waktu mandi menggosok gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi ibunya dan ingin pakai pastanya. Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk menggosok giginya, dan si anak dengan senangnya menggosok giginya walaupun tidak benar. Anak makan dengan orang tuanya, ia memperhatikan orang tuanya memakai sendok dan garpu, dengan cepatnya sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara memegangnya dan cara memasukan ke mulutpun belum pas dan benar. Disini sang ibuu melatih anaknya membetulkan bagaimana cara memegang sendok, dan bagaimana memasukannya kedalam mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda dan ibunya melarang anaknya menggunakan pisau supaya jangan bermain dengan pisau, ibu melatih anaknya menggosok gigi, sang ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu semuanya belum temasuk pendidikan yang sebenarnya, karena anak belum memahami, menyadari apa artinya perintah atau kemauan ayahnya untuk naik sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa ibunya melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi dan mengapa makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan pendidikan dalam arti sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan sifat anak suka meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa menerima pengaruh dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan bagi orang tua ( pendidik ) membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya, memberi pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.              Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri.Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengertiatasmanusia, baiksifat-sifatindividualitasnya yang unik, maupunpotensi-potensi yang justruakandibina, pendidikanakansalaharah jadi manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan.
2.             Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keharusan Pendidikan adalah;Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya,Manusia lahir tidak langsung dewasa, Manusia sebagai makhluk sosial,Manusia sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri, Manusia sebagai makhluk yang dapat bertanggung jawab,Sifat manusia dan kemungkinan terjadinya pendidikan.
B. Saran
1.             Hubungan  antara manusia dengan pendidikan sangatlah erat, setiap kesuksesan seseorang tidak luput dari pendidikan yang ia peroleh baik dari jenjang pendidikan formal ataupun non formal maka dari itu kita harus belajar sepanjang hayat (Long Live education)
2.             Kesempurnaan ,keberhasilah manusia tidak dibawa sejak lahir tapi proses setelah kelahiran,maka maka manusia harus didik agar menjadi manusia yang berhasil dan sempurna.
.
DAFTAR PUSTAKA
kamus besar Bahasa Indonesia,Nata 2009 Balai Pustaka

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - XL axiata
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.CLUB :-*
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...