Jawab :
Pembelajaran di
Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum maksimal. Pembelajaran di sekolah
memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara
lain, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Pendidikan merupakan hal yang
berkaitan dengan sistem kurikulum yang dijalankan. Kemerosotan pendidikan di
Indonesia yang tertinggal dari negara lain, sangat erat kaitannya dengan
masalah-masalah kurikulum yang dijalankan oleh para tenaga pendidik dan
Mendiknas. Untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia, maka kita harus
terlebih dahulu mengetahui masalah-masalah yang telah dihadapi oleh kurikulum
Indonesia. Setelah itu, barulah kita mampu mencari solusi untuk memecahkan
masalah kurikulum di Indonesia.
Sayangnya, kurikulum yang
dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral dalam
kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme dan
esensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi
dirinya dan hanya menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan
teknologi. Struktur kurikulum 2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata
pelajaran matematika, sains (untuk lebih mendekatkan diri pada istilah yang
dibenarkan oleh pandangan esensialis), dan teknologi dengan mengorbankan
Pengetahuan Sosial dan Ilmu Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan
daerah, serta bidang-bidang yang dianggap kurang “penting”. Alokasi waktu ini
adalah “construct” para pengembang kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap
permasalahan yang ada.
Kiranya tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa kurikulum 2004 gagal menjawab keseluruhan spectrum permasalahan
masyarakat. Kurikulum 2004 hanya menjawab sebagian (kecil) dari permasalahan
yang ada di masyarakat yaitu rendahnya penguasaan matematika dan ilmu alamiah
(sains) yang diindikasikan dalam tes seperti TIMMS atau tes seperti UAN. Permasalahan
lain yang terjadi di masyarakat dan dirumuskan dalam ketetapan formal seperti
undang-undang tidak menjadi perhatian kurikulum 2004. Tuntutan dunia kerja yang
seharusnya menjadi kepeduliaan besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi
tidak muncul karena kompetensi yang digunakan kurikulum dikembangkan dari
diisplin ilmu dan bukan dari dunia kerja, masyarakat, bangsa atau pun kehidupan
global.
Posisi kurikulum di jenjang
pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah lebih memberikan
perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek kemanusiaan peserta didik
maka kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada pengembangan keilmuan dan
dunia kerja. Kedua orientasi ini menyebabkan kurikulum di jenjang pendidikan
tinggi kurang memperhatikan kualitas yang diperlukan manusia di luar
keterkaitannya dengan disiplin ilmu atau dunia kerja.
Dalam banyak kasus bahkan terlihat
bahwa kurikulum pendidikan tinggi tidak juga memperhatikan hal-hal yang
berkenaan dengan kualitas kemanusiaan yang seharusnya terkait dengan
pengembangan ilmu dan dunia kerja. Kualitas kemanusiaan seperti jujur, kerja
keras, menghargai prestasi, disiplin, taat aturan, menghormati hak orang lain, dan
sebagainya terabaikan dalam kurikulum pendidikan tinggi walau pun harus diakui
bahwa Kepmen 232/U/1999 mencoba memberikan perhatian kepada aspek ini.
Begitu banyak masalah kurikulum dan
pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah ini turut andil dalam dampaknya
terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia
a.
Kurikulum Indonesia Terlalu
Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang
dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan
siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya.
Ssiswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah
ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh
materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan
hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa
akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa
akan berkurang.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru
akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru
akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan
materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Siswa
harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan.
Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang
diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami
sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat
terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan
berkurang. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya.
Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan
pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu
banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap
melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
b.
Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan
tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep
kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum
Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijasikan sebagai lahan
bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.mPengubahan nama kurikulum
tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila diluhat dari sudut pandang
ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan
yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
c.
Kurang Lengkapnya Sarana dan
Prasarana
Berjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada sarana dan
prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila kita terjun langsung ke
tempat, maka akan kita dapati masih banyaknya sekolah yang masih belum memiliki
sarana yang lengkap. Sarana prasarana tersebut seperti laboratorium,
perpustakaan, komputer, dan lain – lain.
Mungkin sekolah – sekolah di perkotaan sudah banyak yang memiliki sarana
dan prasarana tersebut. Namun dengan sekolah yang ada di pedesaan dan daerah –
daerah terpencil, masih jarang sekali kita temui sekolah di daerah terpencil
yang memiliki sarana seadanya.
d.
Kurangnya Pemerataan
Pendidikan
Meninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkatan dengan kurangnya
pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga
ditinjau dari segi Satuan Tingkat Perdidikannya. Hal ini berkaitan dengan
materi yang diajarkan di sekolah pada Tingkat Satuan Pendidikan tertentu. Pada
tingkat Sekolah Dasar, siswa diajarkan seluruh konsep dasar seperti membaca,
menulis, menghitung dan menggambar. Pada tingkat ini siswa cenderung hanya
diajarkan saja, tida mengena pada pemaknaanya. Pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas, pelajaran yang diajukan cenderung hanya
berkonsep pada tujuan agar anak mampu mengerjakan soal bukan konsep agar siswa
mampu memahami soal.
e.
Kurangnya Partisipasi Siswa
Siswa kurang mampu mengeluarkan potensi dan bakatnya. Hal ini karena siswa
cenderung pada ketakutan akan guru karena pengenalan selintas materi tanpa
berusaka mengembangkan materi (pasif). Siswa hanya terpaku pada materi yang
diajarkan oleh guru tanpa adanya rasa ingin berusaha untuk mengembangkan
potensinya.
f.
Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai
pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
g.
Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan
Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya.
Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula
hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu
matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013
diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika,
bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013
pada mata pelajaran yang diampunya.
h.
Belum Adanya Silabus Final Mengakibatkan Kesulitan
dalam Pembuatan RPP.
Selain itu, dokumen silabus final belum diterima oleh para guru, padahal
dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dasarnya adalah silabus.
i.
Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
Keluhan umum para guru ialah mengharapkan ada perbaikan dalam susunan
urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. “Banyak yang menilai susunan
urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku ajar perlu
diperbaiki”. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru SMA dan SMK.
Dari masalah – masalah yang telah diuraikan, tentu
akan ada solusi yang mampu untuk memecahkannya. Berikut ini adalah beberapa
solusi yang dapat dilakukan :
a.
Mengubah paradigma dari pengajaran yang berbasis
sistetik-materialistik menjadi religius. Solusi ini menunjukan akan
berkurangnya kemerosotan moral. Dimana tidak akan ada lagi siswa cirdas yang
tidak bermoral.
b.
Mengubah konsep awal paradigma kurikulum menjadi alur
yang benar untuk mencapai suatu tujuan yang sebenarnya.
c.
Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan
sarana dan prasarana ke sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa
di daerah terpencil yang terbelakang pendidikan.
d.
Melakukan pengajaran bermakna, dimana guru tidak hanya
mengajarkan materi, tetapi juga memberikan pemaknaan mengenai materi tersebut.
Hal ini juga harus berkaitan dengan kemampuan siswa.
e.
Memberikan motivasi kepada siswa yang berprestasi agar
mampu mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya.
f.
Menjalankan kurikulum dengan sebaik mungkin.
g.
Membersihkan organ-organ kurikulum darin oknum-oknum
tak bertanggung jawab.
h. Lesson study merupakan satu upaya meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan
oleh sekelompok guru. dengan berkolaborasi guru mampu mengembangkan bagaimana
siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson
study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber. Hal
ini diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson study.
i.
Pertemuan antar sekolah
j. Dengan adanya forum ini akan terjalin tukar menukar
pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum
di masing-masing sekolah.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^