Selasa, 03 Desember 2019

Kurikulum pendidikan menjadi sebuah problem dalam proses belajar mengajar

Mengapa kurikulum pendidikan menjadi sebuah problem dalam proses belajar mengajar dari tahun ke tahun ? Jelaskan dengan komentar dan solusinya!
Jawab :
Pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih dianggap belum maksimal. Pembelajaran di sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain, pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Pendidikan merupakan hal yang berkaitan dengan sistem kurikulum yang dijalankan. Kemerosotan pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara lain, sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah kurikulum yang dijalankan oleh para tenaga pendidik dan Mendiknas. Untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui masalah-masalah yang telah dihadapi oleh kurikulum Indonesia. Setelah itu, barulah kita mampu mencari solusi untuk memecahkan masalah kurikulum di Indonesia.
 Sayangnya, kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya pada posisi sentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran perenialisme dan esensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi dirinya dan hanya menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan teknologi. Struktur kurikulum 2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran matematika, sains (untuk lebih mendekatkan diri pada istilah yang dibenarkan oleh pandangan esensialis), dan teknologi dengan mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan daerah, serta bidang-bidang yang dianggap kurang “penting”. Alokasi waktu ini adalah “construct” para pengembang kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yang ada.
Kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kurikulum 2004 gagal menjawab keseluruhan spectrum permasalahan masyarakat. Kurikulum 2004 hanya menjawab sebagian (kecil) dari permasalahan yang ada di masyarakat yaitu rendahnya penguasaan matematika dan ilmu alamiah (sains) yang diindikasikan dalam tes seperti TIMMS atau tes seperti UAN. Permasalahan lain yang terjadi di masyarakat dan dirumuskan dalam ketetapan formal seperti undang-undang tidak menjadi perhatian kurikulum 2004. Tuntutan dunia kerja yang seharusnya menjadi kepeduliaan besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi tidak muncul karena kompetensi yang digunakan kurikulum dikembangkan dari diisplin ilmu dan bukan dari dunia kerja, masyarakat, bangsa atau pun kehidupan global.
Posisi kurikulum di jenjang pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah lebih memberikan perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek kemanusiaan peserta didik maka kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada pengembangan keilmuan dan dunia kerja. Kedua orientasi ini menyebabkan kurikulum di jenjang pendidikan tinggi kurang memperhatikan kualitas yang diperlukan manusia di luar keterkaitannya dengan disiplin ilmu atau dunia kerja.
Dalam banyak kasus bahkan terlihat bahwa kurikulum pendidikan tinggi tidak juga memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan kualitas kemanusiaan yang seharusnya terkait dengan pengembangan ilmu dan dunia kerja. Kualitas kemanusiaan seperti jujur, kerja keras, menghargai prestasi, disiplin, taat aturan, menghormati hak orang lain, dan sebagainya terabaikan dalam kurikulum pendidikan tinggi walau pun harus diakui bahwa Kepmen 232/U/1999 mencoba memberikan perhatian kepada aspek ini.
Begitu banyak masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia. Masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan pendidikan Indonesia
a.       Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Ssiswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.
Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya. Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Siswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang. Selain berdampak pada siswa, guru juga akan mendapat dampaknya.
Tugas guru akan semakin menumpuk dan kurang maksimal dalam memberikan pengajaran. Guru akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak, sekalipun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan, guru harus tetap melanjutkan materi. Hal ini tidak sesuai dengan peran guru.
b.      Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijasikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.mPengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila diluhat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
c.       Kurang Lengkapnya Sarana dan Prasarana
Berjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila kita terjun langsung ke tempat, maka akan kita dapati masih banyaknya sekolah yang masih belum memiliki sarana yang lengkap. Sarana prasarana tersebut seperti laboratorium, perpustakaan, komputer, dan lain – lain.
Mungkin sekolah – sekolah di perkotaan sudah banyak yang memiliki sarana dan prasarana tersebut. Namun dengan sekolah yang ada di pedesaan dan daerah – daerah terpencil, masih jarang sekali kita temui sekolah di daerah terpencil yang memiliki sarana seadanya.
d.      Kurangnya Pemerataan Pendidikan
Meninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkatan dengan kurangnya pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga ditinjau dari segi Satuan Tingkat Perdidikannya. Hal ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah pada Tingkat Satuan Pendidikan tertentu. Pada tingkat Sekolah Dasar, siswa diajarkan seluruh konsep dasar seperti membaca, menulis, menghitung dan menggambar. Pada tingkat ini siswa cenderung hanya diajarkan saja, tida mengena pada pemaknaanya. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, pelajaran yang diajukan cenderung hanya berkonsep pada tujuan agar anak mampu mengerjakan soal bukan konsep agar siswa mampu memahami soal.
e.       Kurangnya Partisipasi Siswa
Siswa kurang mampu mengeluarkan potensi dan bakatnya. Hal ini karena siswa cenderung pada ketakutan akan guru karena pengenalan selintas materi tanpa berusaka mengembangkan materi (pasif). Siswa hanya terpaku pada materi yang diajarkan oleh guru tanpa adanya rasa ingin berusaha untuk mengembangkan potensinya.
f.       Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
g.      Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya.
Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang diampunya.
h.      Belum Adanya Silabus Final Mengakibatkan Kesulitan dalam Pembuatan RPP.
Selain itu, dokumen silabus final belum diterima oleh para guru, padahal dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dasarnya adalah silabus.
i.        Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
Keluhan umum para guru ialah mengharapkan ada perbaikan dalam susunan urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. “Banyak yang menilai susunan urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku ajar perlu diperbaiki”. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru SMA dan SMK.
Dari masalah – masalah yang telah diuraikan, tentu akan ada solusi yang mampu untuk memecahkannya. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan :
a.       Mengubah paradigma dari pengajaran yang berbasis sistetik-materialistik menjadi religius. Solusi ini menunjukan akan berkurangnya kemerosotan moral. Dimana tidak akan ada lagi siswa cirdas yang tidak bermoral.
b.      Mengubah konsep awal paradigma kurikulum menjadi alur yang benar untuk mencapai suatu tujuan yang sebenarnya.
c.       Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan sarana dan prasarana ke sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa di daerah terpencil yang terbelakang pendidikan.
d.      Melakukan pengajaran bermakna, dimana guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga memberikan pemaknaan mengenai materi tersebut. Hal ini juga harus berkaitan dengan kemampuan siswa.
e.       Memberikan motivasi kepada siswa yang berprestasi agar mampu mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya.
f.       Menjalankan kurikulum dengan sebaik mungkin.
g.      Membersihkan organ-organ kurikulum darin oknum-oknum tak bertanggung jawab.
h.  Lesson study merupakan satu upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. dengan berkolaborasi guru mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson study.
i.        Pertemuan antar sekolah
j.   Dengan adanya forum ini akan terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum  di masing-masing sekolah.

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...