Apa itu SPERMATOGENESIS?
Spermatogenesis adalah proses
gametogenesis pada pria dengan cara pembelahan meiosis dan mitosis.
Spermatogenesis pada sperma biasa terjadi di epididimis. Setiap satu
spermatogonium akan menghasilkan empat sperma matang. Sedangkan tempat menyimpan
sperma sementara, terletak di vas deferens.
Bagaimana
tahapan-tahapan dalam Spermatogenesis ?
Spermatogonium
Spermatogonium
merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang dihasilkan oleh testis.
Spermatogoium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.
Spermatosit primer
Spermatosit primer
merupakan mitosis dari spermatogonium. Pada tahap ini tidak terjadi pembelahan.
Spermatosit primer terbentuk dari 46 kromosom dan 4N kromatid.
Spermatosit sekunder
Spermatosit
sekunder merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap ini terjadi
pembelahan secara meiosis. Spermatosit sekunder terbentuk dari 23 kromosom dan
2N kromatid.
Spermatid
Spermatid merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap ini terjadi pembelahan secara meiosis yang kedua. Spermatid terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid.
Sperma
Sperma merupakan
diferensiasi atau pematangan dari spermatid. Pada tahap ini terjadi
diferensiasi. Sperma terbentuk dari 23 kromosom dan 1N kromatid dan merupakan
tahap sperma yang telah matang dan siap dikeluarkan.
Gambar 13.1 :
Proses Spermatogenesis
Oogenesis adalah
pembentukan ovum. Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis,
walaupun memiliki persamaan dalam pembentukan meiosis. Diantara kelahiran dan
masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar, dan folikel di
sekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki
profase I meiosis dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak diaktifkan oleh
hormon FSH ( Follicle
stimulating hormone ).
Di dalam ovarium
janin sudah terkandung sel pemula atau oogonium. Oogonium akan berkembang
menjadi oosit primer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada
pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa
pubertas.
Pada masa pubertas
terjadilah oogenesis. Oosit primer membelah secara meiosis, menghasilkan 2 sel
yang berbeda ukurannya. Sel yang lebih kecil, yaitu badan polar pertama
membelah lebih lambat, membentuk 2 badan polar. Sel yang lebih besar yaitu
oosit sekunder, melakukan pembelahan meiosis kedua yang menghasilkan ovum tunggal
dan badan polar kedua. Ovum berukuran lebih besar dari badan polar kedua.
Pengaruh Hormon
dalam Oogenesis. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon FSH yang merangsang
pertumbuhan sel-sel folikel di sekeliling ovum. Ovum yang matang diselubungi
oleh sel-sel folikel yang disebut Folikel Graaf, Folikel Graaf menghasilkan
hormon estrogen. Hormon estrogen merangsang kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan hormon LH, hormon LH merangsang terjadinya ovulasi. Selanjutnya
folikel yang sudah kosong dirangsang oleh LH untuk menjadi badan kuning atau
korpus luteum. Korpus luteum kemudian menghasilkan hormon progresteron yang
berfungsi menghambat sekresi DSH dan LH. Kemudian korpus luteum mengecil dan
hilang, sehingga aklurnya tidak membentuk progesteron lagi, akibatnya FSH mulai
terbentuk kembali, proses oogenesis mulai kembali.
Oogenesis dengan
spermatogenesis berbeda dalam tiga hal penting. Pertama, selama pembelahan meiosis dalam oogenesis, sitokinesis
bersifat tidak sama. Sitoplasma hampir dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu
oosit primer. Sel yang sempurna dengan sitoplasma tersebut seterusnya akan
berkembang menjadi ovum, sementara sel yang lebih kecil yang disebut sebagai
badan polar ( polosit ) akan mengalami degenerasi. Kedua, saat seorang wanita dilahirkan, ovarium telah mengandung
semua sel yang akan berkembang menjadi telur. Ketiga, proses oogenesis memiliki siklus hidup yang panjang melalui
periode istirahat.
Gambar 13.2 : Proses Oogenesis
PEMBUAHAN
Pembuahan adalah serangkaian proses yang berpuncak pada penyatuan gamet pria, sperma dan gamet wanita, oosit, untuk membentuk zigot diploid. Satu sel secara progresif mengalami pembelahan menjadi enam milyar sel (6x1012), kemudian membentuk individu yang unik dalam waktu kurang lebih 38 minggu.
Bagaimana
Awal Terjadinya Proses Pembuahan
Ternyata
diawali dari proses Koitus.
APA ITU KOITUS
Koitus
pada manusia rata-rata berlangsung selama kurang lebih 4 menit. Johnson (1998)
menjelaskan 4 fase respons seksual pada manusia yaitu :
E : fase eksitasi,
atau fase ketegangan seksual
P : fase datar (plateu) saat gairah memuncah, bila rangsangan turun,
maka
gairah seks akan turun pula
O : fase orgasme,
adalah kenikmatan seks yang antiklimaks
R : fase resolusi;
fase pengembalian irama jantung dan pernapasan ke
Menuju normal
PROSES EREKSI PADA
KELAMIN PRIA
Ereksi merupakan perubahan pada pembuluh darah dimana
tergantung dari derajat keseimbangan antara inflow
arteri dan outflow vena. Ketika
inflow arteri rendah dan outflow vena dalam keadaan seimbang, penis dalam kondisi lemas.
Ketika peningkatan inflow dan outflow turun, terjadi tumesen.
Dalam keadaan lemas, sistem saraf simpatetik dominan menjaga arteriol dan otot
polos kavernosa tetap berkontraksi. Aliran darah ke penis tetap rendah. Ereksi
terjadi dibawah pengaruh stimulasi parasimpatis dimana arteriole berdilatasi
dan otot polos trabeluka relaksasi. Lue dkk, tahun 1980- an, telah mengidentifikasi 8 fase ereksi :
1.
Fase 0 : Fase
flaccid
Penis flaccid dibawah pengaruh
saraf simpatis. Arteri inflow rendah (dibawah 15 cm/detik) dan otot polos
trabekula berkontraksi. Sinusoid kosong dan gas darah sama dengan darah vena.
2.
Fase 1 : Fase
pengisian
Stimulasi saraf parasimpatis
memnyebabkan dilatasi arteri dengan arteri flow meningkat drastis lebih dari 30
cm / detik. Relaksasi trabekula menyebabkan pengisiang sinusoid tanpa
peningkatan secara signifikan tekanan intrakavernosa.
3.
Fase 2 : Fase
tumesen
Tekanan intrakevernosa mulai
meningkat. Tekanan meningkat diatas tekanan diastolik tekanan darah, flow
arteri terus meningkat hanya selama fase sistolik. Sinusoid membesar dan
beberapa menekan pleksus vena subtunika. Penis memanjang dan membesar ke
kapasitas maksimal.
4. Fase 3 : Fase ereksi penuh
Tekanan intrakavernosa terus
meningkat sekitar 90 % tekanan darah sistolik. Aliran darah arteri ke dalam
penis menurun tetapi masih lebih besar dari selama fase flaccid. Pembesaran
tekanan sinusoid pada pleksus vena subtunika mengurang aliran ke vena eminen.
Pada saat ini gas darah sama dengan gas darah arteri.
5. Fase 4 : Fase ereksi rigid
Dibawah pengaruh saraf pudenda,
kontraksi otot ischiokavernosa, memeras krura dan meningkatkan tekanan
intrakavernosa diatas tekanan darah sistolik. Penis menjadi kaku dan tegak.
Otot ischiokavernosa dapat berkontraksi volunter atau dibawah pengaruh reflek
bulbokavernosa (yang maintain kekakuan selama penetrasi). Arteri inflow tidak
dapat masuk lagi dan vena eminen menutup sempurna. Ketika otot rangka menjadi
lelah terjadi penurunan tekanan intrakavernosa kembali ke level fase ereksi
penuh, mengikuti sirkulasi kembali ke jaringan kavernosa.
6. Fase 5 : Fase detumesen awal
Sedikit peningkatan tekanan
intrakevernosa, mungkin diinduksi oleh stimulasi simpathetik yang menutup
outflow vena.
7. Fase 6 : Fase detumesen lambat
Kontraksi otot polos trabekula,
arteri helisina berkontriksi dan tekanan intrakavernosa menurun, terjadi
penurunan tekanan vena subtunika dan peningkatan outflow vena.
8.
Fase 7 : Fase
detumesen cepat
Stimulasi simpatetik menurun
secara cepat arteri inflow dan tekanan intrakavernosa, dengan peningkatan
outflow dalam vena dan detumesen cepat.
KWALITAS SPERMA
Bila setelah setahun menikah dan berhubungan intim
secara teratur belum dikarunia anak maka dikategorikan infertilitas. Kapasitas
reproduksi pria telah dibuktikan menurun pada tidak kurang dari 50% pasangan
infertil. Faktor-faktor penyebab untuk agar memudahkan dalam diagnosis dan
penanganan pasien. Dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu : pre-testikular,
testikular dan post-testikular.
Evaluasi pihak pria harus dilakukan pada setiap
pasangan yang datang berkonsultasi untuk infertilitas, dan harus dilakukan pada
awal pemeriksaan pasangan. Perlu wawancara riwayat penyakit agar informasi yang
diperoleh dapat memberikan masukan untuk diagnosis pada seperempat kasus-kasus
infertilitas, Hal ini juga membantu dalam menentukan prognosis, dan akan
mempengaruhi penentuan penatalaksanaan.
Mani encer tidak dapat dipakai sebagai indikator,
perlu pemeriksaan sperma. Diagnosis laboratoris oligozoospermia dibuat jika konsentrasi sperma kurang dari 20
juta/ml, asthenozoospermia dibuat
jika motilitas rendah (kurang dari 25% spermatozoa dengan gerak kedepan cepat
lurus), teratozoospermia dibuat jika
konsentrasi dan motilitas sperma normal, tetapi morfologi rendah (kurang dari
30% spermatozoa normal) atau azoospermia
dibuat jika konsentrasi sperma = 0.
KOMPOSISIS EJAKULAT
Sekali orgasme kelamin pria mengeluarkan ejakulat
dengan komposisi sebagai berikut : jumlah 40-250 juta sperma, cairan prostat
terdiri dari 30% (asam sitrat, fosfastase, ion magnesium dan zink, Cairan
seminalis (60%) terdiri dari fruktosa (sumber energi untuk sperma, dan
alkalin, pH antara 7-8.3 dan volume normal sekali ejakulasi sebanyak 2-6 cc.
Gambar 13.3
; Sperma
Gambar 13.4 : Fertilisasi
PROSES ORGASME PADA WANITA
Wanita memperlihatkan respons serupa dalam koitus dengan
respons pada pria. Stimulasi taktil pada regio perineum dan glans klitoris
serta rangsangan psikologis akan memicu respons. Korpus klitoris dan labia
mengalami pembengkakan vaskuler. Peningkatan aliran darah ke vagina
mengakibatkan pembengkakan vagina dan uterus terangkat yang mengangkat ostium
serviks sehingga timbul efek tenting.
Orgasme pada wanita terjadi saat vagina berkontraksi
dan uterus terangkat dan meningkat nintensitasnya. Respon seksual pada wanita
cenderung lebih panjang dari pada respon seksual pada pria.
Efek fisiologis sistemik terjadi, baik pada pria
maupun wanita berupa peningkatan kecepatan denyut jantung dan tekanan darah,
disertai oleh vasodilatasi perifer.
FERTILISASI
DAN KEHAMILAN
Peristiwa
fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii,
terjadilah zigot, zigot membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan,
enam belas dan seterusnya. Pada saat 32 sel disebut morula, di dalam morula
terdapat rongga yang disebut blastosoel yang berisi cairan yang dikeluarkan
oleh tuba fallopii, bentuk ini kemudian disebut blastosit. Lapisan terluar
blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk
menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan
masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin.
Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan
dengan dinding uterus).
Pada hari ke-4 atau
ke-5 sesudah ovulasi, blastosit sampai di rongga uterus, hormon progesteron
merangsang pertumbuhan uterus, dindingnya tebal, lunak, banyak mengandung
pembuluh darah, serta mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk)
sebagai makanan embrio.
Enam hari setelah
fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus (melakukan implantasi) dan
melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi kehamilan dengan
cara menstrimulasi produksi hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah
terjadinya menstruasi. Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya
berjonjot dengan tujuan memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat
menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi.
1. Pembuatan Lapisan
Lembaga
Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan
jaringan di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm
tumbuh ke dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian
terbentuklah usus primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur
(Yolk Sac) yang membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak
berguna, maka tidak berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan
ovipar (bertelur), karena kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.
Di antara lapisan ektoderm dan endoderm
terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ
Layer). Semua bagian tubuh manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut.
Ektoderm akan membentuk epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain
rangka, otot, sistem peredaran darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.
2. Membran (Lapisan
Embrio)
Terdapat 4 macam membran embrio, yaitu :
a) Kantung Kuning
Telur (Yolk Sac)
Kantung kuning telur merupakan pelebaran
endodermis berisi persediaan makanan bagi hewan ovipar, pada manusia hanya
terdapat sedikit dan tidak berguna.
b) Amnion
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.
Amnion merupakan kantung yang berisi cairan tempat embrio mengapung, gunanya melindungi janin dari tekanan atau benturan.
c) Alantois
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tall pusat.
Pada alantois berfungsi sebagai organ respirasi dan pembuangan sisa metabolisme. Pada mammalia dan manusia, alantois merupakan kantung kecil dan masuk ke dalam jaringan tangkai badan, yaitu bagian yang akan berkembang menjadi tall pusat.
d) Korion
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.
Korion adalah dinding berjonjot yang terdiri dari mesoderm dan trofoblas. Jonjot korion menghilang pada hari ke-28, kecuali pada bagian tangkai badan, pada tangkai badan jonjot trofoblas masuk ke dalam daerah dinding uterus membentuk ari-ari (plasenta). Setelah semua membran dan plasenta terbentuk maka embrio disebut janin/fetus.
3. Plasenta atau Ari-Ari
Plasenta atau ari-ari berbentuk seperti
cakram dengn garis tengah 20 cm, dan tebal 2,5 cm. Ukuran ini dicapai pada
waktu bayi akan lahir tetapi pada waktu hari 28 setelah fertilisasi, plasenta
berukuran kurang dari 1 mm. Plasenta berperan dalam pertukaran gas, makanan dan
zat sisa antara ibu dan fetus. Pada sistem hubungan plasenta, darah ibu tidak
pernah berhubungan dengan darah janin, meskipun begitu virus dan bakteri dapat
melalui penghalang (barier) berupa jaringan ikat dan masuk ke dalam darah
janin.
Catatan : Makin tua kandungan,
jumlah estrogen di dalam darah makin banyak, progesteron makin sedikit. Hal ini
berhubungan dengan sifat estrogen yang merangsang uterus untuk berkontraksi,
sedangkan progesteron mencegah kontraksi uterus. Hormon oksitosin yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis jugs berperan dalam merangsang kontraksi
uterus menjelang persalinan. Progesteron dan estrogen juga merangsang
pertumbuhan kelenjar air susu, tetapi setelah kelahiran hormon prolaktin yang dihasilkan
kelenjar hipoftsislah yang merangsang produksi air susu.
Gambar 13.4 : Perkembangan sebelum implantasi
Berikut gambar jalur pembelahan sel
terjadinya zigot :
Gambar 13.6 : Bagan Pembelahan Sel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar