Pertama karbohidrat
bertindak sebagai sumber energi, bahan
bakar, dan zat antara metabolisme. Zat pati pada tumbuh-tumbuhan dan glikogen pada
hewan adalah polisakarida yang dapat dengan cepat dimobilisasi untuk
menghasilkan glukosa, sebagai bahan bakar utama untuk pembentukan energi.
ATP, alat tukar energi bebas yang universal adalah derivat gula terfosforilasi,
sebagaimana banyak koenzim.
Kedua, gula
ribosa dan dioksiribosa membentuk sebagian kerangka struktur RNA dan DNA.
Fleksibilitas cincin kedua gula ini penting pada penyimpanan dan ekspresi
informasi genetik.
Ketiga, polisakarida
adalah elemen struktur dinding sel bakteri dan tumbuh-tumbuhan, dan rangka luar
artropoda. Ternyata selulosa, konstituen utama dinding sel tumbuh-tumbuhan,
adalah salah satu senyawa organik yang paling berlimpah di biosfir ini.
Keempat karbohidrat
berikatan dengan banyak protein dan lipid, misalnya berikatan dengan gula dinamakan glikolipid. Bila berikatan dengan protein dinamakan glikoprotein. Pada
penelitian terkini mengungkapkan bahwa unit-unit karbohidrat pada permukaan
membran sel memainkan peranan kunci pada proses pengenalan antarsel. Fertilisasi dimulai dengan pengikatan sperma
kepada oligosakarida spesifik pada permukaan telur. Sehingga akhirnya
karbohidrat telah menjadi pusat perhatian sebagai molekul kaya informasi yang
sangat berarti pada perkembangan dan perbaikan.
METABOLISME
KARBOHIDRAT
Pencernaan
karbohidrat dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut, dengan enzim
ptyalin/amylase, karbohidrat dipecah menjadi rantai panjang seperti amilum dan
dekstrin akan diurai menjadi molekul sederhana berupa glukosa.
Setelah melalui
dinding usus halus, glukosa akan menuju hepar melalui vena porta. Sebagian
karbohidrat di ikat di dalam hati dan disimpan dalam bentuk glikogen, sehingga kadar gula darah
dapat dipertahankan kisaran 80-120 mg%. Karbohidrat yang terdapat dalam darah,
praktis dalam bentuk glukosa, oleh karena fruktosa dan galaktosa akan diubah
dahulu sebelum memasuki pembuluh darah. Apabila
jumlah karbohidrat yang dimakan berlebihan, sebagian besar disimpan di dalam
otot dan selebihnya di dalam hati dalam bentuk glikogen.
Melalui suatu
rangkaian reaksi kimia yang panjang, glukosa dan glikogen diubah menjadi asam
piruvat (Reaksi GLIKOLISIS). Asam
piruvat (jumlah atom C-3) merupakan zat antara penting sebagai hasil metabolisme
karbohidrat. Asam piruvat diubah dahulu menjadi Asetyl Co-A sebelum memasuki
siklus asam sitrat (TCA-Cycle) di mitokondria. Proses siklik
ini akan dihasilkan CO2, H2O dan ATP.
Selain asam piruvat diubah menjadi Asetyl
Co-A, juga bisa diubah menjadi asam laktat. Serangkaian proses kimiawi dalam
metabolism karbohidrat membutuhkan vitamin
B sebagai co-enzim. Perhatikan gambar 17.1 berikut mengenai ringkasan
metabolisme karbohidrat.
Gambar Proses Metabolisme Karbohidrat
GLIKOLISIS
•
Glikolisis adalah rangkaian reaksi yang
mengubah glukosa menjadi dua molekul piruvat
•
Pada proses ini juga dihasilkan ATP
•
Dikenal sebagai Embden-Meyerhof pathway
•
Terdapat 10 langkah untuk merubah molekul glukosa menjadi asam piruvat, ke sepuluh reaksi tersebut sebagaimana gambar berikut :
Gambar Proses Glikolisis
Dari serangkaian proses
glikolisis terdapat dua fase yaitu tahap persiapan dan tahap pengembalian.
1)
Tahap persiapan
•
Memerlukan 2 molekul ATP
•
Memecah gula heksosa menjadi molekul 2
triose fosfat
2)
Tahap pengembalian
•
Menghasilkan 4 ATP
•
Menghasilkan 2 molekul asam piruvat
•
Menghasilkan 2 molekul NADH + H
•
Sehingga netto energi yang dihasilkan adalah 2 ATP dari 4ATP-2ATP=2ATP
PROSES PEMBENTUKAN
ASETIL KO-A
Adalah
proses merubah molekul asam piruvat (Atom C-3) menjadi
molekul asetil Ko-A (Atom C-2). Reaksi
ini dikatalisis oleh enzim oksidatif karboksilase, bersifat irreversibel
artinya menghilangkan gugus karboksi piruvat. Reaksi ini memerlukan 3 enzim dan
5 Koenzim yang akhir reaksi menghasilkan NADH2
dan 3 ATP. Koenzim dimaksud adalah TPP (tiamin
pyrophospat), FAD ( Flavin adenin
nucleotida) dan NAD (niasin adenine
dinukleotida), Lip (lipoid acid)
dan CoA (Coenzym-A).
Gambar Pembentukan Asetil Ko-A
SIKLUS ASAM SITRAT
Siklus Krebs terjadi di dalam mitokondria dan reaksinya selalu membutuhkan oksigen. Asam piruvat yang berasal dari hasil glikolisis,
begitu masuk ke dalam mitokondria diubah menjadi asetil koenzim A. Kemudian
bersamaan dengan berlangsungnya proses oksidasi dalam siklus Krebs,
pasangan-pasangan atom hidrogen (2H) dilepaskan bersama dengan CO2. Atom-atom
hidrogen tersebut menyajikan ion H+ atau proton dan elektron yang kemudian
masuk ke dalam sistem transport elektron mitokondria.
Ion hidrogen dan elektron dipungut oleh
molekul NAD+ (nikotinamid adenin
dinukleotid), untuk mereduksi NAD+ menjadi NADH. NADH merupakan perantara siklus
Krebs dan enzim dalam membran mitokondria yang akan mengangkut elektron melalui
sistem sitokrom dari rantai respirasi.
NADH mentransfer proton dan elektron dan
terbentuklah FMN (flavin mononukleotida). Kemudian menurut teori kemiosmotik, FMN mengambil
proton dari bagian dalam membran, hingga tereduksi menjadi FMNH2. Kemudian dua
atom H-nya dilepaskan dan ditransfer ke membran mitokondria eksterior dan
dilepas berupa proton (H+). Pada saat yang sama, dua elektron itu menggabung ke
molekul ubikuinon atau koenzim Q, yang kemudian mengambil atom-atom H. Kemudian
dilepaskanlah satu elektron ke sitokrom C1 dan lainnya ke sitokrom b dari
membran mitokondria. Elektron-elektron kemudia ditransfer ke sitokrom a dan a3,
dari sinilah elektron bergabung dengan atom oksigen dan dua proton untuk
membentuk molekul air.
Dalam urutan oksidasi reduksi yang terjadi di dalam
membran serta melintas membran mitokondria, tiap dua proton yang melintas
membran dan masuk, akan menyebabkan fosfat anorganik melekat pada ADP karena adanya
perbedaan potensial listrik, lalu terbentuklah ATP. Kecepatan reaksi ini akan
meningkat oleh adanya sistem enzim.
Secara lebih terperinci, tahap-tahap reaksi pada
siklus Krebs dapat diuraikan pada bagian berikut ini.
1)
Pada tahap
pertama, enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil
koenzim A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu
reaksi kondensasi aldol antara gugus metil dari asetil koenzim A dan gugus
karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis ikatan tioester dan
pembentukan senyawa koenzim A bebas.
2)
Tahap reaksi
kedua merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cis-akonitat yang
dikatalisis secara reversibel oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis
reaksi reversibel penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-akotinat dalam dua
arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan isositrat.
3)
Reaksi tahap
ketiga adalah oksidasi isositrat menjadi alfa-ketoglutarat yang berlangsung
melalui pembentukan senyawa antara oksalosuksinat yang yang berikatan dengan
enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan sebagai koenzimnya.
4)
Tahap reaksi
keempat adalah oksidasi alfa-ketoglutarat menjadi suksinat melalui pembentukan
suksinil koenzim A. Pembentukan suksinil koenzim A dari alfa-ketoglutarat
adalah reaksi yang irreversibel dan dikatalisis oleh enzim kompleks
alfa-ketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini berlangsung dengan melibatkan
koenzim pirofosfat, asam lipoat, koenzim A, FAD dan NAD+. Suksinil koenzim A adalah suatu senyawa tioester berenergi tinggi.
Selanjutnya suksinil koenzim A melepaskan koenzim A-nya dengan dirangkaikan
dengan reaksi pembentukan energi, GTP (guanosin trifosfat) dari GDP (guanosin
difosfat) dan fosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim A
sintetase yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini
digunakan untuk sintesis ATP dari ADP dengan enzim nukleotide difosfat kinase.
5)
Pada reaksi
tahap kelima, suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat
dehidrogenase yang berikatan dengan FAD sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat
kuat pada membran dalam mitokondria. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai
gugus penerima hidrogen.
6)
Reaksi tahap
keenam merupakan reaksi reversibel penambahan satu molekul H2O ke ikatan rangkap
fumarat yang menghasilkan L-malat dengan dikatalisis oleh enzim fumarase tanpa
koenzim. Enzim ini bersifat stereospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk
L-stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses
penambahan trans atom H dan gugus OH ke ikatan rangkap fumarat.
7)
Reaksi tahap
ketujuh atau terakhir adalah L-malat dioksidasi menjadi oksaloasetat oleh enzim
L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini adalah endergonik
tetapi laju reaksinya berjalan lancar ke kanan. Hal ini dimungkinkan karena
reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat dengan asetil koenzim A
adalah reaksi eksergonik yang irreversibel. Malat dehidrogenase adalah enzim
yang bersifat stereospesifik untuk bentuk L-stereoisomer dari malat.
Hasil neto dari siklus Krebs serta sistem transport
sitokrom adalah untuk menghasilkan 3 ATP lebih banyak dari ADP untuk tiap pasang atom H yang dilepaskan selama siklus tersebut, dan hal
ini terjadi melalui fosforilasi oksidatif. Di sini juga dihasilkan tiga molekul
CO2 dan tiga molekul H2O.
|
Karena ada 2 molekul asam piruvat yang terbentuk dari tiap molekul glukosa dari hasil glikolisis maka siklus Krebs bekerja dua kali untuk tiap molekul glukosa yang
dipecahkan. Oleh karena itu, pada dasarnya akan diperoleh empat pasang atom
hidrogen untuk tiap siklus. Dua siklus akan menghasilkan 8 x 3 = 24 ATP, dan 2 ATP neto dari
glikolisis, ditambah 4 ATP lagi dari pembentuk FAD yang tereduksi selama siklus Krebs. Di
samping itu juga 2 ATP lagi dari fosforilasi oksidatif pada tingkat substrat, yang kesemuanya
menjadi 32 ATP, enam lagi masih mungkin dari generasi glikolitik dari NADH2.
Gambar Siklus TCA
FOSFORILASI OKSIDATIF
Rantai Respirasi
Rantai respirasi adalah rangkaian proses transfer
elektron hidrogen yang terjadi pada bagian membran dalam mitokodria dengan
melibatkan sejumlah enzim. Hasil akhir dari rangkaian proses transfer elektron ialah sejumlah
energi berbentuk ATP yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri
banyak tahapan reaksi dan juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energi
yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel.
Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2 merupakan hasil
akhir dan energy terlepas. Reaksi umum respirasi:
C6H12O6+ 6 O2 +6
H2O —–> 6 CO2 +12 H2O + ATP
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah
molekul-molekul gula menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O.
Tujuan respirasi adalah untuk mendapatkan energi melalui proses glikolisis.
Senyawa gula diperoleh dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan
dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan makanan akan diubah kembali dalam
bentuk glukosa fosfat di dalam sitoplasma sel. Kemudian glukosa fosfat akan
dipecah menjadi piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs. Selama glikolisis
berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang
akan dikeluarkan dari dalam sel. Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul
dalam rongga-rongga antar sel dan bila tekanan telah cukup akan keluar dari
jaringan.
Aliran elektron dari
substrat ke oksigen merupakan sumber energi ATP
Pada setiap putaran siklus asam sitrat, 4 pasang atom
hydrogen dipindahkan dari isositrat, α-ketoklutarat, suksinat, dan malat
melalui aktifitas dehidrogenase spesifik. Atom hidrogen ini, pada beberapa
tahap memberikan elektronnya kepada rantai transport elektron dan menjadi
ion H+ yang terlepas kedalam medium cair. Electron tersebut
diangkut disepanjang rantai molekul pembawa elektron, sampai elektron-elektron ini mencapai oksidase sitokrom, yang
menyebabkan pemindahan electron ke oksigen, yakni molekul penerima electron
pada organisme aerobic. Pada saat masing-masing atom oksigen menerima 2
elektron dari rantai tersebut, 2 atom H+, yang setara dengan 2H+ yang
dilepaskan sebelumnya dari 2 atom hydrogen yang dipindahkan oleh dehidrogenase
diambil dari medium cair untuk membentuk H2O.
Rantai respirasi terdiri dari serangkaian protein
dengan gugus prostetik yang terikat kuat, dan mampu menerima dan memberikan
electron. Setiap anggota dapat menerima electron dari anggota sebelumya, dan
memindahkan electron ke molekul anggtoa berikutnya, dalam uraian reaksi yang
spefisik. Elektron yang masuk ke dalam rantai transport electron yang kaya akan
energy, tetapi pada saat electron tersebut melalui rantai, menuju ke oksigen
dengan cara setahap demi setahap, electron tersebut kehilangan kandungan energy
bebasnya. Banyak dari energy tersebut yang disimpan dalam bentuk ATP oleh
mekanisme molekul pada membrane mitokondria sebelah dalam. Pada saat
masing-masing pasangan elektron melalui rantai respirasi dari NADH menuju
oksigen sintesis 3 molekul ATP dari ADP dan posfat berlaangsung bersama-sama.
Ketiga bagian rantai respirasi yang memberikan energy untuk menghasilkan ATP
melalui fosforilasi oksidatif disebut sisi penyimpanan energi.
Senyawa pengangkut electron selalu berfungsi dalam urutan spesifik
Pertama, potensial redoks bakunya secara
berturut-turut semakin positif pada arah menuju oksigen, karena elektron cendrung
mengalir dri sistem elektro negative ke sistem elekro positif menyebabkan
penurunan dalam energi bebas.
Kedua, setiap rantai
anggota respirasi bersifat spesifik bafi senyawa pemberi dan penerima electron
tertentu. Sebagai contoh NADH dapat memindahkan electron ke NADH dehidrogenase,
tetapi tidak dapat memindahkan electron ini secara lagsung ke sitokrom b atau
ke sitokrom c.
Ketiga, kompleks structural protein pengangkut
electron yang fungsinya serupa telah dapat diisolasi dari membrane mitokondria.
Kompleks I terdiri dari NADH dhidrogenase dan pusat besi-sulfurnya yang erat
berhubungan dalam fungsinya. Kompleks II terdiri dari saksinat dehidrogenase
dan pusat besi sulfurnya. Komplek III terdiri dari sitokrom b dan c2, serta
pusat besi sulfur spesifik. Sitrokrom a dan a3 bersama-sama menyusun
kompleks IV. Ubikuinon merupakan rantai penghubung di antara kompleks I, II,
dan III, serta sitokrom c merupakan rantai penghubung diantra kompleks
III dan IV.
Fosforilasi Oksidatif
Ranti respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai
pusat tenaga. Di dalam mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan
energi yang berasal dari oksidasi respiratorik berlangsung. Sistem respirasi
dengan proses pembentukan intermediat berenergi tinggi (ATP) ini dinamakan
fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan organisme aerob
menangkap energi bebas dari substrat respiratorik dalam proporsi jauh lebih
besar daripada organisme anaerob.
NADH dan FADH2 yang terbentuk pada
reaksi oksidasi dalam glikolisis, reaksi oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi
oksidasi dalam siklus asam sitrat merupakan molekul tinggi energi karena masing-masing
molekul tersebut mengandung sepasang elektron yang mempunyai potensial transfer
tinggi. Bila elektron-elektron ini diberikan pada oksigen molekuler, sejumlah
besar energi bebas akan dilepaskan dan dapat digunakan untuk menghasilkan ATP.
Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat transfer elektron dari NADH atau
FADH2 kepada O2 melalui serangkaian pengemban
elektron. Proses ini merupakan sumber utama pembentukan ATP pada organisme air.
Sebagai contoh, fosforilasi oksidatif menghasilkan 26 dari 30 molekul ATP yang terbentuk pada
oksidasi sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Aliran elektron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui
kompleks-kompleks protein, yang terdapat pada membran dalam mitokondria, akan
menyebabkan proton terpompa keluar dari matriks mitokondria. Akibatnya,
terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari gradient ph dan
potensial listrik trans membran. Sintesis ATP teradi bila proton mengalir
kembali kedalam matriks mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi,
oksidasi dan fosforilasi terangkai melalui gradient proton melintasi membran
dalam mitokondria.
Proses fosforilasi oksidatif
Organisme kemotrop memperoleh energi bebas dari
oksidasi molekul bahan bakar, misalnya glukosa dan asam lemak. Pada organisme
aerob, akseptor elektron terakhir adalah oksigen. Namun elektron tidak langsung
ditransfer langsung ke oksigen, melainkan dipindah ke pengemban-pengemban
khusus antara lain nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) dan
flavin adenin dinukleotida (FAD).
Pengemban tereduksi ini selanjutnya memindahkan
elektron ke oksigen melalui rantai transport elektron yang terdapat pada sisi
dalam membran mitokondria Gradien proton yang terbentuk sebagai hasil aliran
elektron ini kemudian mendorong sintesis ATP dari ADP dan Pi dengan bantuan enzim ATP sintase. Proses tersebut dinamakan fosforilasi
oksidatif. Dalam hal ini energi dipindahkan dari rantai transport elektron ke
ATP sintase oleh perpindahan proton melintasi membran. Proses ini dinamakan
kemiosmosis.
Secara ringkas fosforilasi oksidatif, terdiri atas 5
proses dengan dikatalisis oleh kompleks enzim, masing-masing kompleks I,
kompleks II, kompleks III, kompleks IV dan kompleks V
Tabel Informasi tentang enzim yang berperan dalam
fosforilasi oksidatif
Nama
|
Penyusun
|
Da
l
|
Polypeptides
|
Kompleks I
|
NADH dehydrogenase (or)
NADH-coenzyme Q reductase |
800
|
25
|
Kompleks II
|
Succinate dehydrogenase (or)
Succinate-coenzyme Q reductase |
140
|
4
|
Kompleks III
|
Cytochrome C – coenzyme Q oxidoreductase
|
250
|
9-10
|
Kompleks IV
|
Cytochrome oxidase
|
170
|
13
|
Kompleks V
|
ATP synthase
|
380
|
12-14
|
Dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron
diubah menjadi daya gerak proton dan kemudian menjadi potensial fosforilasi. Fase pertama adalah
peran komplek enzym sebagai pompa proton yaitu NADH-Q reduktase, sitokrom
reduktase dan sitokrom oksidase. Komplek-komplek transmembran ini mengandung
banyak pusat oksidasi reduksi seperti flavin, kuinon, besi-belerang, heme dan
ion tembaga. Fase kedua dilaksanakan oleh ATP sintase, suatu susunan pembentuk
ATP yang digerakkan melalui aliran balik proton kedalam matriks mitokondria.
GLIKOGENOLISIS
Ketika
tubuh memerlukan glukosa untuk memperoleh energi, karena
glukosa dalam darah tidak mencukupi, maka hati akan memecah glikogen yang ada
dalam sel hati untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses
pemecahan glikogen dalam sel hati (hepatosit) diawali dengan pemecahan glikogen
menjadi glukosa-1-fosfat dan glikogen, dimana reaksi ini disebut fosforilasi,
karena reaksi tersebut di katalis oleh enzim fosforilase dan juga terjadi
penambahan gugus fosfat. Fosforilasi menyebabkan ikatan 1,4 alfa terputus.
Setelah
terjadi proses fosforilasi dari glikogen yang menghasilkan glukosa-1- fosfat
dan glikogen, proses selanjutnya adalah memecah ikatan 1,6 alfa melalui proses
hidrolisis dengan bantuan enzim alfa 1,6 glukosidase dan H2O. Karena
fosforilasi tidak dapat memecah ikatan 1,6 alfa.
Setelah
ikatan 1,6 alfa terputus, maka akan ada ikatan 1,4 alfa lain yang bebas yang
siap mengalami fosforilasi membentuk glukosa 1-fosfat. Dimana kita ketahui
sebelumnya bahwa antara 2 ikatan 1,4 alfa akan disisipi ikatan 1,6 alfa,
sehingga jika ikatan 1,6 alfa tidak dipecah terlebih dahulu, menyebabkan ikatan
1,4 alfa yang terletak di belakang ikatan 1,6 alfa tidak akan dapat mengalami
fosforilasi membentuk glukosa-1-fosfat.
Tahap
selanjutnya dalam proses degradasi glikogen adalah merubah glukosa-1-fosfat
menjadi glukosa-6-fosfat, dengan bantuan enzim “phosphoglucomutase”, dimana
enzim ini akan memberikan gugus fosfat ke ikatan karbon no 6 sehingga terbentuk
glukosa 1,6 bifosfat, selanjutnya enzim ini akan mengambil gugus fosfat yang
ada di karbon no 1, sehingga terbentuklah glukosa-6-fosfat.
Glukosa-6-fosfat
ini tidak dapat keluar dari sel hepatosit menuju peredaran darah karena masih
mengikat gugus fosfat, sehingga untuk melepaskan gugus fosfatnya diperlukan
suatu enzim yang bernama glukosa-6-fosfatase, yang berada di retikulum
endoplasmik.
Glukosa yang terbentuk sudah dapat menembus membran sel
hepatosit menuju beredaran darah dan siap digunakan untuk menghasilkan energi.
Selain hati, organ yang mempunyai enzim glukosa-6-fosfatase adalah ginjal. Otot
skeleton dan otak tidak mempunyai enzim tersebut sehingga organ tersebut hanya
menggunakan glukosa yang mereka ambil dari peredaran darah, tanpa bisa
mensintesa sendiri. Glukosa-6-fosfat yang dihasilkan dari degradasi glikogen
akan mengalami 3 proses berbeda, yaitu:
1. Memasuki proses glikolisis, untuk dimetabolisme baik
melalui proses aerobik maupun anaerobik, didalam sel otot dan sel otak.
2. Dirubah menjadi glukosa didalam sel hati dan sel ginjal
untuk dibawa ke peredaran darah dan digunakan untuk menghasilkan energi ke
semua organ didalam tubuh.
3. Memasuki jalur “pentose phosphate” dan menghasilkan NADPH
dan ribose.
Gambar proses glikogenolisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar