BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nifas
(puerperium) merupakan masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil. Tingkat kesehatan ibu dan
anak masih rendah dan belum mampu mengtasi tingginya angka kematian ibu (AKI)
307 per 100.000 kelahiran hidup dan ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam
ada dua ibu hamil, bersalin dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab
(kompas online, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa ternyata
penyulit yang terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dideteksi secara dini.
Penanganan kegawatdaruratan dapat dilakukan dengan tepat, apabila ibu dan
keluarga memperoleh informasi yang cukup sebelum masa nifas (Konsep Asuhan
Kebidanan, Pusdiknakes, 2003). Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan pada masa persalinan, komplikasi, sepsis, dan lain
sebagainya. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian asuhan yang baik pada
keamilan, persalinan sampai masa nifas. untuk menjamin kualitas asuhan
kebidanan, maka bidan sebagai pemberi pelayanan bagi ibu dapat menggunakan
Manajemen Kebidanan Varney. Untuk mendokumentasikan semua asuhan yang telah
diberikan digunakan dengan pendekatan SOAP, yang terdiri dari 4 langkah yang
disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan.Metode SOAP ini
digunakan karen merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir
penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan. Berdasarkan uraian di
atas penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny. M post partum hari
ke 14 dengan radang payudara/mastitis.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan asuhan
kebidanan yang komprehensif dari masa nifas.
I.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengumpulan data
dasar (data subjektif dan objektif).
2. Dapat menginterpretasikan data
dasar untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah.
3. Dapat mengidentifikasikan diagnosa/masalah
potensial dan mengantisipasi masalah.
4. Dapat menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera untuk menentukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain berdasarkan kondisi pasien.
5. Dapat menyusun rencana asuhan
yang menyeluruh dengan tepat dan rasional.
6. Dapat melakukan pelaksanaan
langsung asuhan dengan efisien dan aman.
7. Dapat mengevaluasi keefektifan
hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
langsung responden yang diteliti, metode ini membawa hasil secara langsung.
(Hidayat, 2007:100)
2. Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan
atau hal-hal yang akan diteliti. (Hidayat, 2007:99)
3. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil
titelatur dari buku-buku serta makalah-makalah yang ada. (Budiyanto, 2005:42)
4. Studi Dokumentasi
Yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, badan
atau instansi yang secara rutin mengumpulkan data, missal dari BPS. (Nasrul
Effendy, 1998:216)
1.4 Sistematika
Penulisan
BAB
I PENDAHULUAN
Terdiri
dari latar Belakang, tujuan; umum dan khusus,metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep
keluarga dan konsep kehamilan Resiko Tinggi
BAB
III TINJAUAN KASUS
Dalam
tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, interpretasi data, perumusan masalah, prioritas masalah dan
rencana asuhan.
BAB
IV PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
Berisi
kesimpulan dan saran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori
2.1.1 Pengertian
Nifas
(puerperium) adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil (Sulaiman, 1983 : 3)
Mastitis
adalah infeksi payudara yang menimbulkan reaksi sistemik seperti demam (Suradi
Rulina, 1989 : 21)
2.1.2 Penyebab
Bakteri
yang sering menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus aureus yang masuk
melalui luka puting susu (Manuaba, 1998 : 317).
Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu tetapi mungkin juga melalui peredaran
darah (Sarwono, 2002 : 700).
2.1.3 Pemeriksaan
Tanda-tandanya
adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu,
dan tidak ada nafsu makan (Sarwono, 2002 : 701).
Mammae
membesar, nyeri, dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan
nyeri pada perabaan, jika tidak lekas diberi pengobatan bisa terjadi abses
(Sarwono, 2002 : 701)
Payudara
menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Infeksi menimbulkan demam, nyeri pada mammae, terjadi pemadatan
mammae, dan terjadi perubahan warna kulit mammae (Manuaba, 1998 : 317).
2.1.4 Jenis Mastitis
Berdasarkn
tempatnya dapat diberikan
•
- Mastitis
yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
•
- Mastitis
ditengah-tengah mammae dibawah areola mammae.
•
- Mastitis
pada jaringan dibawah dorsol dan kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses
antara mammae dan otot-otot dibawahnya (Sarwono, 2002 : 701).
2.1.5 Pencegahan
Perawatan
puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis.
Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan
sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang mengering. Selain itu
juga memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari
infeksi stafilokokus. Bila ada retak atau luka pada puting sebaiknya bayi
jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu
ibu dikeluarkan dengan pijatan (Sarwono, 2002 : 701).
Bidan
sebagai tenaga medis terdepan ditengah masyarakat dapat meningkatkan usaha
preventif dan promotif payudara dengan jalan mengajarkan pemeliharaan payudara,
cara memberikan ASI yang benar, memberikan ASI jangan pilih kasih, kanan dan
kiri harus sama perlakuannya dan berikan sampai payudara kempes.
Dalam
menghadapi bendungan ASI dan mastitis/abses mammae, bidan sebaiknya melakukan
konsultasi dengan dokter (Manuaba, 1998 : 317).
2.1.6 Pengobatan
Segera
setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mammae yang sakit
dihentikan, dan diberi antibiotika. Dengan tindakan-tindakan ini terjadi abses
sering kali dapat dicegah. Karena biasanya infeksi disebabkan oleh
staphylococus aureus (Sarwono, 2002 : 701).
Payudara
tegang/indurasi dan kemerahan:
A. a. Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam
selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang.
B. b. Sangga payudara
C. c. Kompres dingin
D. d. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg
per oral setiap 4 jam.
E. e. Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada
pus (Saifuddin, 2001 : 263).
2.1.7 Komplikasi
Infeksi
(mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit
menjadi merah, terdapat nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan
dibawah kulit teraba cairan (Manuaba, 1998 : 317).
2.2 Tinjauan Askeb
Asuhan
kebidanan merupakan metode memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
proses manajemen kebidanan. Adapun langkah-langkah asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan bendungan ASI menggunakan proses : pengkajian, perencanaan dan
evaluasi (Varney, 1980 : 11)
A. Pengkajian
1. Pengumpulan
data
a. Data
subyekif
1) Biodata
Pendidikan : Pendidikan mempengaruhi cara penerimaan/
persepsi tentang keadaannya (standar praktek keperawatan : 875).
Pekerjaan : Tekanan ekonomi mengkibatkan ibu terpaksa
bekerja diluar rumah. Hal ini mempengaruhi produksi ASI (Suaradi, 1989 : 40).
2) Keluhan utama
Payudara
bengkak, payudara terasa panas dan keras saat palpasi, mengeluh nyeri saat
disentuh, puting susu yang datar, kecil, tidak menonjol dan terdapat kelainan
(Sarwono, 2002 : 271).
3) Riwayat kesehatan
Bila
wanita sangat mengeluh tentang adanya after pains atau males, dapat diberi
analgetik atau sedativa supaya dapat istirahat atau tidur. Delapan jam post
partum wanita tersebut disuruh untuk menyusui hanya untuk merangsang timbulnya
laktasi kecuali bila ada kontra indikasi seperti wanita dengan tifus abdominalis,
tubekulosis aktif, vitium kordis berat, tireofoksikosis, DM berat, psikosis,
puting tertarik kedalam dan morbus hansen (Sarwono, 2002 : 243).
4) Riwayat kebidanan
•
Riwayat kehamilan
Perawatan
payudara sebelum lahir bertujuan untuk memelihara hygiene payudara,
melenturkan/menguatkan puting susu dan mengeluarkan puting susu yang datar atau
masuk ke dalam (retracted nipple) (Manuaba, 1998 : 144).
Jika
hal ini tidak dilakukan menyebabkan saluran ASI tersumbat dan akhirnya terjadi
mastitis.
•
Riwayat nifas
Cara
menyusui yang salah dapat menyebabkan puting lecet dan bendungan ASI sampai
komplikasi abses. Hal ini akan menganggu proses laktasi selanjutnya (Suradi
Rulina, 1989 : 42).
5) Pola kebiasaan sehari-hari
•
Nutrisi
Ibu-ibu
meneteki dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (air putih/air sari buah) setiap hari
setelah meneteki. Diet ibu yang jelek akan mempengaruhi produksi ASI (Suradi
Rulina, 1989 : 35).
•
Eliminasi
BAB
harus ada dalam 3 hari post partum (Sarwono, 2002 : 242-243).
BAK
sebaiknya 6 jam setelah post partum ibu harus BAK (Hamilton, 1995 : 282).
•
Istirahat dan tidur
Kebutuhan
istirahat/tidur ± 8 jam untuk pemindahan keadaan ibu. Bila istirahat kurang,
bisa mengurangi ASI sehingga terjadi mastitis (Depkes RI : 2002).
•
Personal hygiene
Puting
susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu perlu ditarik-tarik
sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI (Manuaba, 1998 : 140).
6) Latar belakang sosial budaya
Adanya
pantangan terhadap jenis makanan tertentu (telur, ikan) yang berakibat ASI
amis, dan anggapan penggunaan susu botol lebih terlihat merah/modern (Manuaba,
1998 : 193).
7) Faktor psikologis
Kecemasan
dan kelelahan akan mempengaruhi let down refleks dan menurunkan produksi ASI
(Suradi Rulina, 1989 : 34).
b. Data subyektif
1) Keadaan umum : baik, kesadaran composmentis
2) Tanda-tanda vital
•
Nadi : setelah persalinan mungkin lambat
karena ibu dalam keadaan istirahat, normal 80-100 x/mnt.
•
Suhu : bila terjadi peningkatan 38oC
berturut-turut selama 1 hari, kemungkinan terjadi infeksi (Manuaba, 1998 : 192)
3) Pemeriksaan fisik
Payudara : Nyeri lokal pada mammae, terjadi perubahan
warna kulit mammae (Manuaba, 1998 : 317).
Uterus : TFU pada hari ke 14 kembali normal (tidak
teraba) (Manuaba, 1998 : 192).
Genetalia : Pengeluaran lochea yaitu alba (Manuaba, 1998 :
193).
Perineum : Luka jahitan biasanya sembuh tanpa infeksi
setelah 14 hari (Moctar, 1998 : 115).
2. Analisa data
Data
yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode sebagai berikut :
a. Menentukan
hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya untuk mencari hubungan sebab
akibat.
b. Menentukan
masalah yang terjadi
c. Menentukan
penyebab utamanya
d. Menentukan
tingkat masalah
(Depkes
RI, 1995 : 29)
B. Diagnosa Kebidanan
Ibu P10001
post partum hari ke 14 keadaan umum baik/jelek, lochea, keadaan puting susu
menonjol/tidak, terjadi radang payudara/mastitis.
Dengan
masalah :
1. Cemas
2. Nyeri
3. Kurangnya
pemenuhan kebutuhan asupan cairan (ASI) bagi bayinya (Depkes RI, 1995 : 29).
C. Perencanaan
1. Diagnosa
: Ibu P10001 post partum hari ke 14 keadaan umum baik/jelek, lochea,
keadaan puting susu menonjol/tidak, terjadi radang payudara/mastitis.
Tujuan
: Ibu
dapat melewati masa nifas tanpa komplikasi
Kriteria : - Tanda-tanda vital normal
T
: 100/60-140/90 mmHg
N
: 80-100 x/mnt
S
: 36-37,5oC
R
: 18-24 x/mnt
• - Laktasi lancar, payudara lembek dan tidak
tegang, tidak ada pus, kontraksi uterus baik, lochea alba, dan jumlahnya tidak
berlebihan (Rulina Suradi, 1989 : 28).
Intervensi
a. Jelaskan
pada ibu tentang perubahan dan masalah yang mungkin terjadi pada masa nifas
dengan radang payudara/mastitis.
R/ Akan menambah pengetahuan ibu sehingga
memahami dan kooperatif dalam tindakan.
b. Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda
vital.
R/ Untuk mendeteksi dini adanya suatu tindakan.
c. Jelaskan pada ibu tentang penyebab mastitis.
R/ Ibu mengerti dan kooperatif dalam perawatan.
d. Anjurkan
pada ibu untuk menyusui bayinya secara bergantian jika mastitis tidak sembuh.
R/ Kedua payudara dapat produktif.
e. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan
bergizi.
R/ Membantu memperlancar produksi ASI.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi.
R/ Untuk mengobati mastitis
(Sarwono,
2002 : 243)
2. Masalah I : Cemas
Tujuan
: Cemas
berkurang
Kriteria : - Ibu tidak banyak bertanya tentang bayinya yang
tidak mau minum.
- Wajah ibu tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang kegunaan ASI untuk
bayinya.
R/ Menambah
pengetahuan ibu tentang ASI yang sangat berguna untuk bayi.
b. Beri dukungan
pada ibu untuk menyusui bayinya dengan on demand.
R/ Dengan
dukungan yang diberikan pada ibu akan kooperatif dengan tindakan.
c. Jelaskan pentingnya suasana relaksasi dan
pikiran tenang.
R/ Suasana
rileks dan tenang membuat ibu lebih konsentrasi pada keadaan bayinya.
3. Masalah II : Nyeri
Tujuan
: Nyeri
berkurang
Kriteria : Nyeri
berkurang, ekspresi wajah ibu tidak menyeringai, keadan payudara lembek, tidak
penuh dan tidak tegang, proses laktasi lancar.
Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri pada kedua payudara ibu.
R/ Nyeri
dalam keadaan lanjut merupakan tanda infeksi sehingga memerlukan pengawasan
yang lebih lanjut.
b. Berikan penjelasan tentang penyebab rasa
nyeri.
R/ Pengertian
yang baik akan membuat ibu kooperatif dalam perawatan.
c. Berikan
penyuluhan tentang perawatan payudara dilakukan 2x sehari bersamaan dengan
mandi.
R/ Ibu
dapat mengerti dan melakukan perawatan payudara secara teratur untuk mencegah
terjadinya pembendungan.
d. Susukan bayi dengan benar 2-3 jam sekali.
R/ Menurunkan
ketegangan payudara sehingga mengurangi rasa nyeri (Saifuddin, 2002 : N 26-27).
4. Masalah
III : Kurangnya pemenuhan kebutuhan asupan cairan (ASI) bagi bayinya.
Tujuan
: Kebutuhan
cairan bayi terpenuhi.
Kriteria : Tidak
terjadi bendungan ASI, bayi mau menetek 2-3 jam sekali, bayi tidak rewel dan
dapat tidur nyenyak, tidak ikterus, turgor kulit baik.
Intervensi
a. Anjurkan
pada ibu untuk meneteki bayinya setiap 2-3 jam jika keluhan mastitis sembuh dan
gunakan pompa ASI untuk mengeluarkan ASI.
R/ Kebutuhan
bayi terhadap ASI terpenuhi dan mastitis tidak bertambah parah.
b. Kompres hangat pada payudara sebelum
menyusui.
R/ Akan
terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga mengurangi rasa nyeri.
c. Kalau
perlu beri bantuan dengan pompa susu dan hindari penggunaan susu botol.
R/ Akan
merangang ASi keluar dan tidak terjadi pembendungan ASI
(Suradi
Rulina, 1989 : 21)
D. Pelaksanaan
Sesuai
dengan masalah dan kebutuhan ibu maka dilakukan implementasi dari rencana
tindakan yang telah disusun. Implementasi selalu diupayakan dalam waktu
singkat, efektif, hemat dan berkualitas (Depkes RI, 1995 : 11).
E. Evaluasi
Evaluasi
adalah proses penilaian pencapaian tujuan suatu pengajian ulang rencana
kebidanan. Sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan menilai efektifitas rencana kebidanan
atau asuhan kebidanan.
Jadi
secara rinci catatan perkembangan berisi uraian yang berbentuk SOAP (subyektif,
obyektif, assesment, planning) dari catatan perkembangan dapat mengetahui
beberapa hal antara lain apakah tujuan sudah tercapai dan perlu adanya
perubahan modifikasi dalam perencanaan dan tindakan (Depkes RI, 1995 : 27-28).
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan
data
a. Data
subyektif
1) Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. M Tn. T
Umur : 28 th 31th
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP STM
Pekerjaan : IRT Penjaga KUD
Penghasilan : - Rp. 750.000,-/bln
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Status
marital : Menikah Menikah
Alamat :
desa puhsarang kec.semen kab.kediri
2) Keluhan utama
Ibu
mengatakan nyeri pada payudaranya setelah 14 hari melahirkan.
3) Riwayat kesehatan
Ibu
tidak pernah menderita penyakit dengan gejala batuk lama lebih dari 1 bulan
(TBC), banyak makan, banyak minum, sering kencing (DM), jantung berdebar-debar.
Ibu tidak pernah menderita penyakit tekanan darah tinggi (Jantung). Ibu juga
tidak dalam pengobatan penyakit tertentu. Ibu tidak pernah operasi, bila sakit
biasanya batuk, pilek, panas dan sembuh dengan berobat ke bidan/puskesmas, saat
ini ibu mengatakan nyeri pada mammae dan terasa keras. Badan panas dingin mulai
tadi malam.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam
keluarga tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala batuk lama, sesak
nafas, jantung berdebar-debar dalam anggota juga tidak ada yang menderita
penyakit seperti tekanan darah tinggi, kencing manis.
5) Riwayat kebidanan
•
Haid
Menarche
umur 13 tahun, siklus 28-30 hari teratur, lamanya 6-7 hari, banyaknya hari 1-3
satu hari ganti 3 pembalut selanjutnya 2 pembalut sampai hari ke 7, konsistensi
encer, warna merah, keluhan nyeri perut kadang pada awal haid, flour albus
kadang-kadang (tidak gatal, tidak berbau).
•
Kehamilan
Ibu
mengatakan hamil pertama. Pada umur kehamilan 1-4 bulan ibu mengalami mual
muntah. Mendapat imunisasi TT 2x pada umur kehamilan 4 dan 5 bulan. Selama
hamil ibu rutin periksa ke bidan. Ibu mendapat vitamin dan tablet tambah darah.
Ibu juga mendapatkan penyuluhan tentang senam hamil dan perawatan payudara.
•
Persalinan
Persalinan
ditolong oleh bidan, normal, spontan belakang kepala. Anak lahir tanggal 29 Mei
2008, jenis kelamin laki-laki, langsung menangis, hidup, BB : 4,200 gram, PB :
50 cm, plasenta lahir spontan lengkap.
•
Nifas sekarang
Pada
hari pertama nifas, colostrums sudah keluar lancar, setelah itu ibu merasakan
payudaranya tegang pada hari ke 5 dan sampai pada hari ke 14 ini ibu demam dan
merasakan payudara membesar, tegang, keras, nyeri tekan pada payudara, badan
terasa panas dingin dan nafsu makan berkurang. Bayi tampak sehaat, tidak rewel,
tidak ikterus pemenuhan kecukupan nutrisi dilakukan dengan susu formula
diminumkan lewat dot.
•
Riwayat KB
Ibu
mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun. Setelah
kelahiran anak pertama ini ibu berencana ingin menggunakan KB suntik.
6) Pola kebiasaan sehari-hari
•
Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3x sehari porsi sedang dengan
komposisi nasi dengan lauk (tahu, tempe, telur, kadang-kadang daging), sayur
(bayam, wortel, sawi), kadang buah. Minum air putih 7-8 gelas/hari.
Selama nifas : Ibu biasa makan 3x sehari porsi sedang (nasi,
lauk, sayur, dan kadang buah), minum air putih 6-7 gelas 1 hari. Mulai ± hari
yang lalu nafsu makan ibu berkurang karena badan terasa panas dingin.
•
Eliminasi
Selama hamil : BAK lancar 3-4 x/hari, encer, warna jernih
kekuningan, tidak ada keluhan, BAB 1x sehari biasanya pagi hari, konsistensi
lunak, warna kuning tengguli, tidak ada keluhan.
Selama nifas : BAK lancar 3-4 x/hari, encer warna jernih
kekuningan tidak ada keluhan, BAB 1x sehari biasnaya pagi hari, konsistensi
lunak warna kuning tengguli, tidak ada keluhan.
•
Istirahat dan tidur
Selama hamil : Ibu biasanya tidur malam mulai pukul 21.00 WIB
sampai pukul 05.00 WIB, dan tidur siang ± 1 jam. Pada waktu hamil tua ibu
sering terbangun malam hari karena sering kencing.
Selama nifas : Ibi biasanya tidur malam mulai pukul 21.00 WIB
sampai pukul 05.00 WIB. Tidur siang ± 1 jam, sejak 2 hari yang lalu tidur ibu
agak terganggu karena badan terasa panas dingin.
•
Aktivitas
Selama hamil : Tidak ada keluhan dalam beraktifitas,
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak.
Selama nifas : Ibu sudah biasa mengerjakan pekerjaan rumah
seperti biasa menyapu, memasak. Ibu juga dapat merawat bayinya seperti
mengganti popok, memandikan bayi. Mulai 2 hari yang lalu ibu jarang meneteki
karena payudaranya terasa sakit.
•
Rekreasi
Selama hamil : Ibu biasanya menonton TV saat ada waktu luang
atau pergi kerumah tetangga.
Selama nifas : Jalan-jalan diluar rumah dan menonton TV
sambil mengasuh anaknya.
•
Personal hygiene
Selama hamil : Ibu menjaga kebersihan dirinya dengan mandi 2x
sehari, gosok gigi bersamaan dengan mandi,ganti pakaian setiap habis mandi, ibu
keramas 2x seminggu.
Selama nifas : Ibu menjaga kebersihan dirinya dengan mandi 2x
sehari, ganti pembalut bila ibu merasa risih atau tidak nyaman. Ibu merawat
payudara dengan di pompa atau kadang hanya dilap dengan waslap basah.
7) Riwayat ketergantungan
Ibu
tidak pernah merokok ataupun minum-minuman keras beralkohol demikian pula
dengan suami dan anggota keluarga lain.
8) Latar belakang sosial budaya
Didalam
keluarga tidak ada kebiasaan pantang terhadap makanan tertentu baik selama
hamil atau setelah melahirkan. Tidak ada kebiasaan pijat/minum jamu setelah
melahirkan.
9) Psikososial dan spiritual
Kelahiran
bayi pertama ibu direncanakan dan saat diharapkan oleh ibu dan keluarga. Ibu
dan keluarga bersyukur kepada Tuhan atas kelahiran bayinya, sekarang ibu merasa
khawatir tidak bisa meneteki bayinya.
b. Data obyektif
a. Keadaan
umum : baik
b. Kesadaran
: composmentis
c. Tanda-tanda
vital
T :
100/70 mmHg
N :
88 x/mnt
S :
38oC
R :
24 x/mnt
a. Pemeriksaan
fisik
Kepala : Rambut warna hitam, bersih, tidak rontok,
tidak mudah dicabut, penyebaran merata.
Muka : Tidak sembab/oedema, ekspresi wajah
kadang-kadang menyeringai menahan sakit.
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung, bersih, tidak ada polip.
Mata : Bentuk simetris, tidak sembab, konjungtiva
palpebra, warna merah muda, sklera putih.
Mulut : Mulut tidak ada stomatitis, tidak ada caries,
bibir lembab.
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.
Dada : Pernafasan normal, payudara bentuk simetris,
membesar, tegang, keras pada perabaan, nyeri tekan, puting susu agak tenggelam,
dan terdapat sedikit lecet pada kedua puting.
Abdomen : TFU tidak teraba/tidak ada fluktuasi, kandung
kencing kosong.
Genetalia : Tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada
condiloma akuminata/matalata, lochea berwarna putih, bau khas, tidak banyak,
jahitan perineum utuh.
2. Analisa data
Diagnosa/masalah
|
Data
dasar
|
P10001
post partum hari ke 14 laktasi terjadi
mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah nyeri tekan
payudara.
|
DS : - Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama
tanggal 19 Agustus 2008.
•
- Ibu
mengatakan badan panas dingin, payudara terasa nyeri.
DO : - Bayi lahir normal, spontan belakang kepala,
langsung menangis, hidup, jenis kelamin laki-laki, BB : 3100 gr, PB : 50 cm
•
- Bayi
tidak rewel, tidak ikterus.
•
- Payudara
ibu membesar, tegang, keras dan nyeri tekan
•
- Puting
susu sedikit lecet, sementara tidak meneteki bayinya.
•
- TFU
tidak teraba
•
- Lochea
alba
•
- Saat
payudara dipalpasi ibu tampak menahan rasa sakit.
|
B. Diagnosa Kebidanan
P10001
post partum hari ke 14 laktasi terjadi
mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah : Nyeri
Prognosa
: baik
C. Perencanaan
1. Diagnosa
: P10001 post partum hari ke 14
laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan
masalah nyeri.
Tujuan
: - Mastitis teratasi
- Nyeri berkurang
Kriteria : - Ibu tidak mengeluh payudara nyeri, tegang dan
keras
• - Tidak ada pus
• - ASI keluar lancar
• - Bayi tidak rewel
Intervensi
a. Lakukan pendekatan kepada klien dan dengarkan
keluhannya.
R/ Ibu
menajdi lebih kooperatif dalam mengutarakan masalahnya.
b. Observasi KU ibu dan bayi.
R/ Deteksi
dni terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.
c. Beri
penjelasan pada klien tentang penyebab radang payudara/mastitis.
R/ Ibu
mengetahui penyebab sehingga kooperatif dalam menghadapi tindakan.
d. Kaji tingkat nyeri pada kedua payudara ibu.
R/ Nyeri
dalam keadaan lanjut merupakan tanda infeksi sehingga memerlukan pengawasan
yang lebih lanjut.
e. Beri penjelasan tentang penyebab rasa nyeri.
R/ Pengertian
yang baik akan membuat ibu kooperatif dalam perawatan.
f. Ajarkan
dan lakukan manajemen perawatan pada payudara bengkak dan puting susu lecet.
R/ Dengan
disusukan secara adekuat mastitis akan hilang.
g. Motivasi
ibu untuk menyusui bayinya sering dimulai dari payudara yang tidak lecet dan
tidak sakit serta mengurangi pemberian PASI.
R/ Produksi
dan pengeluaran ASI lancar, sehingga tidak terjadi mastitis.
h. Berikan antipiretik, antibiotik dan
analgetik.
R/ Antipiretik
menurunkan suhu badan, antibiotoik membunuh kuman dan analgetik untuk anti
nyeri.
D. Pelaksanaan
Tanggal
02-09-2008, pukul 06.20 WIB
1. Diagnosa
: P10001 post partum hari ke 14
laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan
masalah nyeri
Implementasi
a. Melakukan
pendekatan kepada klien yang mendengarkan keluhannya.
b. Melakukan
observasi : Keadaan umum ibu : baik
T :
100/70 mmHg
N :
88 x/mnt
S :
38oC
R :
24 x/mnt
Laktasi,
produksi ASI banyak, pengeluaran ASI kurang karena bayi belum bisa menetek, TFU
tidak teraba, lochea alba, keadaan bayi : baik, tidak rewel, tidak ikterus,
turgor kulit baik
c. Memberi
penjelasan pada ibu tentang penyebab mastitis yaitu staphylococcus aureus,
infeksi terjadi melalui luka pada puting susu tetapi mungkin juga melalui peredaran
darah. Tanda-tandanya rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu,
penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan.
d. Mengkaji tingkat nyeri pada kedua payudara
ibu.
e. Memberi
penjelasan tentang penyebab nyeri yaitu terjadi karena adanya infeksi yang
terjadi pada luka pada puting susu dan juga nyeri tersebut dikarenakan payudara
yang tegang yang berisi produksi ASI yang penuh pada payudara yang terbendung
pada payudara.
f. Mengajarkan dan melakukan manajemen
perawatan
1) Payudara bengkak
- Kompres hangat dulu untuk mengurangi rasa
sakit
- Ibu harus rileks
- Pijat
leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
- Pijat
ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
- Stimulasi payudara dan puting
2) Puting susu lecet
- Olesi puting susu yang lecet dengan ASI
akhir (hind milk)
- Puting
yang lecet diistirahatkan 1x24 jam biasanya akan sembuh sendiri dalam 2x24 jam
- Selama
puting susu diistirahatkan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan tidak
menggunakan pompa
3) Pesan ibu untuk
- Payudara
disokong dengan kutang yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat
- Beri kompres hangat bila bayi tidak menyusu
- Beri kompres dingin pasca menyusui
g. Memotivasi
ibu untuk menyusui bayinya lebih sering dimulai dari payudara yang tidak lecet
dan tidak sakit serta mengurangi pemberian PASI.
h. Memberikan
obat : paracetamol X (3x1), amoxillin X (3x1), solvitral (3x1).
E. Evaluasi
Tanggal
02-09-2008, pukul 05.55 WIB
Diagnosa
: P10001 post partum hari ke-14
laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan
masalah : Nyeri
S : - Ibu mengatakan telah mengerti penjelasan
petugas tentang perubahan yang terjadi pada masa nifas dan penyebab mastitis.
- Ibu
mengatakan akan melakukan perawatan pada payudara.
O : - Ibu
kooperatif dalam bertanya.
- Ibu dapat mengungkapkan kembali penjelasan
dari petugas.
- Ibu dapat meniru gerakan pijat ringan pada
payudara.
A : P10001,
post partum hari ke-14, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan mastitis.
Pengetahuan ibu tentang mastitis dan penyebab nyeri bertambah.
P : Lanjutkan
rencana tindakan.
• Tanyakan
pada bu apakah nasehat yang diberikan telah dilaksanakan.
• Kaji
ulang tingkat nyeri.
• Tanyakan
pada ibu apakah obat sudah diminum.
• Anjurkan
kontrol jika obat habis atau bila payudara semakin nyeri dan terdapat pus.
BAB
IV
PEMBAHASAN
KASUS
4.1 Post partum pada hari ke-14 Tanggal
02-09-2008, pukul 06.20 WIB dilakukan pemeriksaan, dari hasil pemeriksaan
terdapat permasalahan pada payudara: ibu mengeluh nyeri pada payudaranya
setelah 14 hari melahirkan. Berdasarkan data yang didapat penulis melihat klien
memiliki permasalahan mastitis, hal tersebut sesuai teori Sarwono, 2002Mammae
membesar, nyeri, dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan
nyeri pada perabaan, jika tidak lekas diberi pengobatan bisa terjadi abses.
Pada klien ini, diberikan asuhan perawatan payudara dan ibu disarankan untuk
sering meneteki bayinya, meneteki yang baik, sebelum meneteki berikan kompres
hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat, pijat punggung dan
leher, dan basahi putting agar bayi mudah menetek. Setelah diberikan perawatan
dalam beberapa hari, ibu merasa lebih baik dan produksi ASI menjadi lancar,
sehingga bayi pun mendapatkan ASI secara eksklusif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan Kebidanan secara komprehensif
pada seorang ibu dimulai segera setelah
ada kemungkinan kehamilan, bersalin hingga masa nifas serta pemberian asuhan pada bayi baru lahir.
Asuhan yang diberikan pada Ny. M dilakukan
sampai masa nifas. pada persalinan Ny. M tidak menemui permasalahan yang berat. Pada hari ke-14 post partum payudara ibu mengalami mastitis. Untuk
penatalaksanaan kasus ini, Ny. M mendapatkan asuhan
perawatan payudara, dan disarankan agar menyusui bayinya sesering mungkin, cara menyusui yang benar,
mengompres dengan air hangat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi BPS
Di lihat dari
fasilitas pelayanan kesehatan, pemberian asuhan kebidanan di BPS sudah baik, tingkatkan kualitas pelayanan
dan jaga kebersihan di tempat praktek.
5.2.2 Bagi institusi
pihak lembaga lebih mengoptimalkan
dalam melakukan pendekatan kepada pihak
yang dijadikan lahan untuk praktik sehingga akan terjalin kerjasama yang baik
dalam upaya menempatkan mahasiswa di lapangan dan melakukan bimbingan pada
mahasiswa.
5.2.3 Bagi
Mahasiswa
Belajar dari pengalaman, diharapkan
untuk angkatan selanjutnya bisa lebih baik dalam melakukan manajemen asuhan
kebidanan antenatal, intranatal, postnatal, dan bayi baru lahir secara
komprehensif. Dan lebih mempersiapkan skill maupun teori sebelum terjun ke
lapangan.
5.2.4 Bagi Klien
Diharapkan klien
dapat memperhatikan asuhan-asuhan yang diberikan terutama asuhan perawatan
payudara untuk mencegah dari bendungan ASI menjadi mastitis, dank lien
diharapkan sering melakukan kunjungan baik untuk memeriksakan bayi maupun
ibunya.