Selasa, 29 Oktober 2019

ASKEB Mastitis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Nifas (puerperium) merupakan masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil. Tingkat kesehatan ibu dan anak masih rendah dan belum mampu mengtasi tingginya angka kematian ibu (AKI) 307 per 100.000 kelahiran hidup dan ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab (kompas online, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa ternyata penyulit yang terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dideteksi secara dini. Penanganan kegawatdaruratan dapat dilakukan dengan tepat, apabila ibu dan keluarga memperoleh informasi yang cukup sebelum masa nifas (Konsep Asuhan Kebidanan, Pusdiknakes, 2003). Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pada masa persalinan, komplikasi, sepsis, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian asuhan yang baik pada keamilan, persalinan sampai masa nifas. untuk menjamin kualitas asuhan kebidanan, maka bidan sebagai pemberi pelayanan bagi ibu dapat menggunakan Manajemen Kebidanan Varney. Untuk mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan digunakan dengan pendekatan SOAP, yang terdiri dari 4 langkah yang disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan.Metode SOAP ini digunakan karen merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny. M post partum hari ke 14 dengan radang payudara/mastitis.

1.2       Tujuan Penulisan
1.2.1     Tujuan Umum
             Untuk dapat melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif dari masa    nifas.
I.2.2     Tujuan Khusus
             1. Dapat melakukan pengumpulan data dasar (data subjektif dan objektif).
             2. Dapat menginterpretasikan data dasar untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah.
             3. Dapat mengidentifikasikan diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi masalah.
             4. Dapat menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk menentukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.
             5. Dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh dengan tepat dan rasional.
             6. Dapat melakukan pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman.
             7. Dapat mengevaluasi keefektifan hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.

1.3    Metode Pengumpulan Data
1.      Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini membawa hasil secara langsung. (Hidayat, 2007:100)
2.   Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. (Hidayat, 2007:99)
3.   Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil titelatur dari buku-buku serta makalah-makalah yang ada. (Budiyanto, 2005:42)
4.   Studi Dokumentasi
Yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang secara rutin mengumpulkan data, missal dari BPS. (Nasrul Effendy, 1998:216)
1.4    Sistematika Penulisan
BAB I  PENDAHULUAN
Terdiri dari latar Belakang, tujuan; umum dan khusus,metode pengumpulan data dan sistematika  penulisan
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
Konsep keluarga dan konsep kehamilan Resiko Tinggi
BAB III  TINJAUAN KASUS
Dalam tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, interpretasi data,  perumusan masalah, prioritas masalah dan rencana asuhan.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Tinjauan Teori
2.1.1    Pengertian
Nifas (puerperium) adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil (Sulaiman, 1983 : 3)
Mastitis adalah infeksi payudara yang menimbulkan reaksi sistemik seperti demam (Suradi Rulina, 1989 : 21)
2.1.2    Penyebab
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mammae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu (Manuaba, 1998 : 317).
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Sarwono, 2002 : 700).
2.1.3    Pemeriksaan
Tanda-tandanya adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, dan tidak ada nafsu makan (Sarwono, 2002 : 701).
Mammae membesar, nyeri, dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan, jika tidak lekas diberi pengobatan bisa terjadi abses (Sarwono, 2002 : 701)
Payudara menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Infeksi menimbulkan demam, nyeri pada mammae, terjadi pemadatan mammae, dan terjadi perubahan warna kulit mammae (Manuaba, 1998 : 317).
2.1.4    Jenis Mastitis
Berdasarkn tempatnya dapat diberikan
         -     Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.
         -     Mastitis ditengah-tengah mammae dibawah areola mammae.
         -     Mastitis pada jaringan dibawah dorsol dan kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya (Sarwono, 2002 : 701).
2.1.5    Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stafilokokus. Bila ada retak atau luka pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan (Sarwono, 2002 : 701).
Bidan sebagai tenaga medis terdepan ditengah masyarakat dapat meningkatkan usaha preventif dan promotif payudara dengan jalan mengajarkan pemeliharaan payudara, cara memberikan ASI yang benar, memberikan ASI jangan pilih kasih, kanan dan kiri harus sama perlakuannya dan berikan sampai payudara kempes.
Dalam menghadapi bendungan ASI dan mastitis/abses mammae, bidan sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter (Manuaba, 1998 : 317).
2.1.6    Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mammae yang sakit dihentikan, dan diberi antibiotika. Dengan tindakan-tindakan ini terjadi abses sering kali dapat dicegah. Karena biasanya infeksi disebabkan oleh staphylococus aureus (Sarwono, 2002 : 701).
Payudara tegang/indurasi dan kemerahan:
A.    a.   Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
B.     b.   Sangga payudara
C.     c.   Kompres dingin
D.    d.   Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
E.     e.   Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus (Saifuddin, 2001 : 263).

2.1.7    Komplikasi
Infeksi (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan dibawah kulit teraba cairan (Manuaba, 1998 : 317).

2.2       Tinjauan Askeb
Asuhan kebidanan merupakan metode memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan proses manajemen kebidanan. Adapun langkah-langkah asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI menggunakan proses : pengkajian, perencanaan dan evaluasi (Varney, 1980 : 11)
A.          Pengkajian
1.      Pengumpulan data
a.       Data subyekif
1)   Biodata
Pendidikan   :  Pendidikan mempengaruhi cara penerimaan/ persepsi tentang keadaannya (standar praktek keperawatan : 875).
Pekerjaan      :  Tekanan ekonomi mengkibatkan ibu terpaksa bekerja diluar rumah. Hal ini mempengaruhi produksi ASI (Suaradi, 1989 : 40).
2)   Keluhan utama
Payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras saat palpasi, mengeluh nyeri saat disentuh, puting susu yang datar, kecil, tidak menonjol dan terdapat kelainan (Sarwono, 2002 : 271).
3)   Riwayat kesehatan
Bila wanita sangat mengeluh tentang adanya after pains atau males, dapat diberi analgetik atau sedativa supaya dapat istirahat atau tidur. Delapan jam post partum wanita tersebut disuruh untuk menyusui hanya untuk merangsang timbulnya laktasi kecuali bila ada kontra indikasi seperti wanita dengan tifus abdominalis, tubekulosis aktif, vitium kordis berat, tireofoksikosis, DM berat, psikosis, puting tertarik kedalam dan morbus hansen (Sarwono, 2002 : 243).
4)   Riwayat kebidanan
         Riwayat kehamilan
Perawatan payudara sebelum lahir bertujuan untuk memelihara hygiene payudara, melenturkan/menguatkan puting susu dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk ke dalam (retracted nipple) (Manuaba, 1998 : 144).
Jika hal ini tidak dilakukan menyebabkan saluran ASI tersumbat dan akhirnya terjadi mastitis.
         Riwayat nifas
Cara menyusui yang salah dapat menyebabkan puting lecet dan bendungan ASI sampai komplikasi abses. Hal ini akan menganggu proses laktasi selanjutnya (Suradi Rulina, 1989 : 42).
5)   Pola kebiasaan sehari-hari
         Nutrisi
Ibu-ibu meneteki dianjurkan untuk minum 6-8 gelas (air putih/air sari buah) setiap hari setelah meneteki. Diet ibu yang jelek akan mempengaruhi produksi ASI (Suradi Rulina, 1989 : 35).
         Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari post partum (Sarwono, 2002 : 242-243).
BAK sebaiknya 6 jam setelah post partum ibu harus BAK (Hamilton, 1995 : 282).
         Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat/tidur ± 8 jam untuk pemindahan keadaan ibu. Bila istirahat kurang, bisa mengurangi ASI sehingga terjadi mastitis (Depkes RI : 2002).
         Personal hygiene
Puting susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu perlu ditarik-tarik sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI (Manuaba, 1998 : 140).
6)   Latar belakang sosial budaya
Adanya pantangan terhadap jenis makanan tertentu (telur, ikan) yang berakibat ASI amis, dan anggapan penggunaan susu botol lebih terlihat merah/modern (Manuaba, 1998 : 193).
7)   Faktor psikologis
Kecemasan dan kelelahan akan mempengaruhi let down refleks dan menurunkan produksi ASI (Suradi Rulina, 1989 : 34).
b.   Data subyektif
1)   Keadaan umum : baik, kesadaran composmentis
2)   Tanda-tanda vital
         Nadi : setelah persalinan mungkin lambat karena ibu dalam keadaan istirahat, normal 80-100 x/mnt.
         Suhu : bila terjadi peningkatan 38oC berturut-turut selama 1 hari, kemungkinan terjadi infeksi (Manuaba, 1998 : 192)
3)   Pemeriksaan fisik
Payudara   :  Nyeri lokal pada mammae, terjadi perubahan warna kulit mammae (Manuaba, 1998 : 317).
Uterus       :  TFU pada hari ke 14 kembali normal (tidak teraba) (Manuaba, 1998 : 192).
Genetalia   :  Pengeluaran lochea yaitu alba (Manuaba, 1998 : 193).
Perineum   :  Luka jahitan biasanya sembuh tanpa infeksi setelah 14 hari (Moctar, 1998 : 115).
2.   Analisa data
Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan metode sebagai berikut :
a.       Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya untuk mencari hubungan sebab akibat.
b.      Menentukan masalah yang terjadi
c.       Menentukan penyebab utamanya
d.      Menentukan tingkat masalah
(Depkes RI, 1995 : 29)
B.  Diagnosa Kebidanan
Ibu P10001 post partum hari ke 14 keadaan umum baik/jelek, lochea, keadaan puting susu menonjol/tidak, terjadi radang payudara/mastitis.
Dengan masalah :
1.      Cemas
2.      Nyeri
3.      Kurangnya pemenuhan kebutuhan asupan cairan (ASI) bagi bayinya (Depkes RI, 1995 : 29).
C.  Perencanaan
1.      Diagnosa : Ibu P10001 post partum hari ke 14 keadaan umum baik/jelek, lochea, keadaan puting susu menonjol/tidak, terjadi radang payudara/mastitis.
Tujuan    :  Ibu dapat melewati masa nifas tanpa komplikasi
Kriteria   :  -  Tanda-tanda vital normal
T : 100/60-140/90 mmHg
N : 80-100 x/mnt
S : 36-37,5oC
R : 18-24 x/mnt
   -  Laktasi lancar, payudara lembek dan tidak tegang, tidak ada pus, kontraksi uterus baik, lochea alba, dan jumlahnya tidak berlebihan (Rulina Suradi, 1989 : 28).
Intervensi
a.       Jelaskan pada ibu tentang perubahan dan masalah yang mungkin terjadi pada masa nifas dengan radang payudara/mastitis.
R/  Akan menambah pengetahuan ibu sehingga memahami dan kooperatif dalam tindakan.
b.   Observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.
R/  Untuk mendeteksi dini adanya suatu tindakan.
c.   Jelaskan pada ibu tentang penyebab mastitis.
R/  Ibu mengerti dan kooperatif dalam perawatan.
d.   Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara bergantian jika mastitis tidak sembuh.
R/  Kedua payudara dapat produktif.
e.   Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
R/  Membantu memperlancar produksi ASI.
f.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
R/  Untuk mengobati mastitis
(Sarwono, 2002 : 243)
2.   Masalah I : Cemas
Tujuan    :  Cemas berkurang
Kriteria   :  -  Ibu tidak banyak bertanya tentang bayinya yang tidak mau minum.
-  Wajah ibu tidak menyeringai kesakitan.
Intervensi
a.   Jelaskan pada ibu tentang kegunaan ASI untuk bayinya.
R/ Menambah pengetahuan ibu tentang ASI yang sangat berguna untuk bayi.
b.   Beri dukungan pada ibu untuk menyusui bayinya dengan on demand.
R/ Dengan dukungan yang diberikan pada ibu akan kooperatif dengan tindakan.
c.   Jelaskan pentingnya suasana relaksasi dan pikiran tenang.
R/ Suasana rileks dan tenang membuat ibu lebih konsentrasi pada keadaan bayinya.
3.   Masalah II : Nyeri
Tujuan    :  Nyeri berkurang
Kriteria   :  Nyeri berkurang, ekspresi wajah ibu tidak menyeringai, keadan payudara lembek, tidak penuh dan tidak tegang, proses laktasi lancar.
Intervensi
a.   Kaji tingkat nyeri pada kedua payudara ibu.
R/ Nyeri dalam keadaan lanjut merupakan tanda infeksi sehingga memerlukan pengawasan yang lebih lanjut.
b.   Berikan penjelasan tentang penyebab rasa nyeri.
R/ Pengertian yang baik akan membuat ibu kooperatif dalam perawatan.
c.   Berikan penyuluhan tentang perawatan payudara dilakukan 2x sehari bersamaan dengan mandi.
R/ Ibu dapat mengerti dan melakukan perawatan payudara secara teratur untuk mencegah terjadinya pembendungan.
d.   Susukan bayi dengan benar 2-3 jam sekali.
R/ Menurunkan ketegangan payudara sehingga mengurangi rasa nyeri (Saifuddin, 2002 : N 26-27).
4.   Masalah III : Kurangnya pemenuhan kebutuhan asupan cairan (ASI) bagi bayinya.
Tujuan    :  Kebutuhan cairan bayi terpenuhi.
Kriteria   :  Tidak terjadi bendungan ASI, bayi mau menetek 2-3 jam sekali, bayi tidak rewel dan dapat tidur nyenyak, tidak ikterus, turgor kulit baik.
Intervensi
a.   Anjurkan pada ibu untuk meneteki bayinya setiap 2-3 jam jika keluhan mastitis sembuh dan gunakan pompa ASI untuk mengeluarkan ASI.
R/ Kebutuhan bayi terhadap ASI terpenuhi dan mastitis tidak bertambah parah.
b.   Kompres hangat pada payudara sebelum menyusui.
R/ Akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga mengurangi rasa nyeri.
c.   Kalau perlu beri bantuan dengan pompa susu dan hindari penggunaan susu botol.
R/ Akan merangang ASi keluar dan tidak terjadi pembendungan ASI
(Suradi Rulina, 1989 : 21)
D.  Pelaksanaan
Sesuai dengan masalah dan kebutuhan ibu maka dilakukan implementasi dari rencana tindakan yang telah disusun. Implementasi selalu diupayakan dalam waktu singkat, efektif, hemat dan berkualitas (Depkes RI, 1995 : 11).
E.  Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan suatu pengajian ulang rencana kebidanan. Sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan menilai efektifitas rencana kebidanan atau asuhan kebidanan.
Jadi secara rinci catatan perkembangan berisi uraian yang berbentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning) dari catatan perkembangan dapat mengetahui beberapa hal antara lain apakah tujuan sudah tercapai dan perlu adanya perubahan modifikasi dalam perencanaan dan tindakan (Depkes RI, 1995 : 27-28).


BAB III
TINJAUAN KASUS

A.  Pengkajian
1.      Pengumpulan data
a.       Data subyektif
1)         Biodata
                                    Istri                           Suami
Nama                           : Ny. M                     Tn. T
Umur                           : 28 th                       31th
Agama                         : Islam                      Islam
Pendidikan                  : SMP                       STM
Pekerjaan                     : IRT                         Penjaga KUD
Penghasilan                 : -                              Rp. 750.000,-/bln
Suku/bangsa                : Jawa/Indonesia      Jawa/Indonesia
Status marital              : Menikah                 Menikah
Alamat                                    : desa puhsarang  kec.semen kab.kediri
2)         Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri pada payudaranya setelah 14 hari melahirkan.
3)         Riwayat kesehatan
Ibu tidak pernah menderita penyakit dengan gejala batuk lama lebih dari 1 bulan (TBC), banyak makan, banyak minum, sering kencing (DM), jantung berdebar-debar. Ibu tidak pernah menderita penyakit tekanan darah tinggi (Jantung). Ibu juga tidak dalam pengobatan penyakit tertentu. Ibu tidak pernah operasi, bila sakit biasanya batuk, pilek, panas dan sembuh dengan berobat ke bidan/puskesmas, saat ini ibu mengatakan nyeri pada mammae dan terasa keras. Badan panas dingin mulai tadi malam.
4)         Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala batuk lama, sesak nafas, jantung berdebar-debar dalam anggota juga tidak ada yang menderita penyakit seperti tekanan darah tinggi, kencing manis.
5)         Riwayat kebidanan
         Haid
Menarche umur 13 tahun, siklus 28-30 hari teratur, lamanya 6-7 hari, banyaknya hari 1-3 satu hari ganti 3 pembalut selanjutnya 2 pembalut sampai hari ke 7, konsistensi encer, warna merah, keluhan nyeri perut kadang pada awal haid, flour albus kadang-kadang (tidak gatal, tidak berbau).
         Kehamilan
Ibu mengatakan hamil pertama. Pada umur kehamilan 1-4 bulan ibu mengalami mual muntah. Mendapat imunisasi TT 2x pada umur kehamilan 4 dan 5 bulan. Selama hamil ibu rutin periksa ke bidan. Ibu mendapat vitamin dan tablet tambah darah. Ibu juga mendapatkan penyuluhan tentang senam hamil dan perawatan payudara.
         Persalinan
Persalinan ditolong oleh bidan, normal, spontan belakang kepala. Anak lahir tanggal 29 Mei 2008, jenis kelamin laki-laki, langsung menangis, hidup, BB : 4,200 gram, PB : 50 cm, plasenta lahir spontan lengkap.
         Nifas sekarang
Pada hari pertama nifas, colostrums sudah keluar lancar, setelah itu ibu merasakan payudaranya tegang pada hari ke 5 dan sampai pada hari ke 14 ini ibu demam dan merasakan payudara membesar, tegang, keras, nyeri tekan pada payudara, badan terasa panas dingin dan nafsu makan berkurang. Bayi tampak sehaat, tidak rewel, tidak ikterus pemenuhan kecukupan nutrisi dilakukan dengan susu formula diminumkan lewat dot.
         Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun. Setelah kelahiran anak pertama ini ibu berencana ingin menggunakan KB suntik.
6)         Pola kebiasaan sehari-hari
         Nutrisi
Selama hamil   :  Ibu makan 3x sehari porsi sedang dengan komposisi nasi dengan lauk (tahu, tempe, telur, kadang-kadang daging), sayur (bayam, wortel, sawi), kadang buah. Minum air putih 7-8 gelas/hari.
Selama nifas    :  Ibu biasa makan 3x sehari porsi sedang (nasi, lauk, sayur, dan kadang buah), minum air putih 6-7 gelas 1 hari. Mulai ± hari yang lalu nafsu makan ibu berkurang karena badan terasa panas dingin.
         Eliminasi
Selama hamil   :  BAK lancar 3-4 x/hari, encer, warna jernih kekuningan, tidak ada keluhan, BAB 1x sehari biasanya pagi hari, konsistensi lunak, warna kuning tengguli, tidak ada keluhan.
Selama nifas    :  BAK lancar 3-4 x/hari, encer warna jernih kekuningan tidak ada keluhan, BAB 1x sehari biasnaya pagi hari, konsistensi lunak warna kuning tengguli, tidak ada keluhan.
         Istirahat dan tidur
Selama hamil   :  Ibu biasanya tidur malam mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB, dan tidur siang ± 1 jam. Pada waktu hamil tua ibu sering terbangun malam hari karena sering kencing.
Selama nifas    :  Ibi biasanya tidur malam mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB. Tidur siang ± 1 jam, sejak 2 hari yang lalu tidur ibu agak terganggu karena badan terasa panas dingin.
         Aktivitas
Selama hamil   :  Tidak ada keluhan dalam beraktifitas, melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak.
Selama nifas    :  Ibu sudah biasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa menyapu, memasak. Ibu juga dapat merawat bayinya seperti mengganti popok, memandikan bayi. Mulai 2 hari yang lalu ibu jarang meneteki karena payudaranya terasa sakit.
         Rekreasi
Selama hamil   :  Ibu biasanya menonton TV saat ada waktu luang atau pergi kerumah tetangga.
Selama nifas    :  Jalan-jalan diluar rumah dan menonton TV sambil mengasuh anaknya.
         Personal hygiene
Selama hamil   :  Ibu menjaga kebersihan dirinya dengan mandi 2x sehari, gosok gigi bersamaan dengan mandi,ganti pakaian setiap habis mandi, ibu keramas 2x seminggu.
Selama nifas    :  Ibu menjaga kebersihan dirinya dengan mandi 2x sehari, ganti pembalut bila ibu merasa risih atau tidak nyaman. Ibu merawat payudara dengan di pompa atau kadang hanya dilap dengan waslap basah.
7)         Riwayat ketergantungan
Ibu tidak pernah merokok ataupun minum-minuman keras beralkohol demikian pula dengan suami dan anggota keluarga lain.
8)         Latar belakang sosial budaya
Didalam keluarga tidak ada kebiasaan pantang terhadap makanan tertentu baik selama hamil atau setelah melahirkan. Tidak ada kebiasaan pijat/minum jamu setelah melahirkan.
9)         Psikososial dan spiritual
Kelahiran bayi pertama ibu direncanakan dan saat diharapkan oleh ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga bersyukur kepada Tuhan atas kelahiran bayinya, sekarang ibu merasa khawatir tidak bisa meneteki bayinya.
b.   Data obyektif
a.       Keadaan umum : baik
b.      Kesadaran : composmentis
c.       Tanda-tanda vital
T : 100/70 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 38oC
R : 24 x/mnt
a.       Pemeriksaan fisik
Kepala       :  Rambut warna hitam, bersih, tidak rontok, tidak mudah dicabut, penyebaran merata.
Muka         :  Tidak sembab/oedema, ekspresi wajah kadang-kadang menyeringai menahan sakit.
Hidung      :  Bentuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, bersih, tidak ada polip.
Mata          :  Bentuk simetris, tidak sembab, konjungtiva palpebra, warna merah muda, sklera putih.
Mulut        :  Mulut tidak ada stomatitis, tidak ada caries, bibir lembab.
Leher         :  Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.
Dada         :  Pernafasan normal, payudara bentuk simetris, membesar, tegang, keras pada perabaan, nyeri tekan, puting susu agak tenggelam, dan terdapat sedikit lecet pada kedua puting.
Abdomen  :  TFU tidak teraba/tidak ada fluktuasi, kandung kencing kosong.
Genetalia   :  Tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada condiloma akuminata/matalata, lochea berwarna putih, bau khas, tidak banyak, jahitan perineum utuh.
2.   Analisa data
Diagnosa/masalah
Data dasar
P10001 post partum hari ke 14  laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah nyeri tekan payudara.
DS  :  -  Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama tanggal 19 Agustus 2008.
   -          Ibu mengatakan badan panas dingin, payudara terasa nyeri.
DO :  -  Bayi lahir normal, spontan belakang kepala, langsung menangis, hidup, jenis kelamin laki-laki, BB : 3100 gr, PB : 50 cm
   -          Bayi tidak rewel, tidak ikterus.
   -          Payudara ibu membesar, tegang, keras dan nyeri tekan
   -          Puting susu sedikit lecet, sementara tidak meneteki bayinya.
   -          TFU tidak teraba
   -          Lochea alba
   -          Saat payudara dipalpasi ibu tampak menahan rasa sakit.

B.  Diagnosa Kebidanan
P10001 post partum hari ke 14  laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah : Nyeri
Prognosa : baik
C.  Perencanaan
1.      Diagnosa : P10001 post partum hari ke 14  laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah nyeri.
Tujuan    :  -  Mastitis teratasi
                  -  Nyeri berkurang
Kriteria   :  -  Ibu tidak mengeluh payudara nyeri, tegang dan keras
   -  Tidak ada pus
   -  ASI keluar lancar
   -  Bayi tidak rewel
Intervensi
a.   Lakukan pendekatan kepada klien dan dengarkan keluhannya.
R/ Ibu menajdi lebih kooperatif dalam mengutarakan masalahnya.
b.   Observasi KU ibu dan bayi.
R/ Deteksi dni terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.
c.   Beri penjelasan pada klien tentang penyebab radang payudara/mastitis.
R/ Ibu mengetahui penyebab sehingga kooperatif dalam menghadapi tindakan.
d.   Kaji tingkat nyeri pada kedua payudara ibu.
R/ Nyeri dalam keadaan lanjut merupakan tanda infeksi sehingga memerlukan pengawasan yang lebih lanjut.
e.   Beri penjelasan tentang penyebab rasa nyeri.
R/ Pengertian yang baik akan membuat ibu kooperatif dalam perawatan.
f.    Ajarkan dan lakukan manajemen perawatan pada payudara bengkak dan puting susu lecet.
R/ Dengan disusukan secara adekuat mastitis akan hilang.
g.   Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sering dimulai dari payudara yang tidak lecet dan tidak sakit serta mengurangi pemberian PASI.
R/ Produksi dan pengeluaran ASI lancar, sehingga tidak terjadi mastitis.
h.   Berikan antipiretik, antibiotik dan analgetik.
R/ Antipiretik menurunkan suhu badan, antibiotoik membunuh kuman dan analgetik untuk anti nyeri.
D.  Pelaksanaan
Tanggal 02-09-2008, pukul 06.20 WIB
1.      Diagnosa : P10001 post partum hari ke 14  laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah nyeri
Implementasi
a.       Melakukan pendekatan kepada klien yang mendengarkan keluhannya.
b.      Melakukan observasi : Keadaan umum ibu : baik
T : 100/70 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 38oC
R : 24 x/mnt
Laktasi, produksi ASI banyak, pengeluaran ASI kurang karena bayi belum bisa menetek, TFU tidak teraba, lochea alba, keadaan bayi : baik, tidak rewel, tidak ikterus, turgor kulit baik
c.   Memberi penjelasan pada ibu tentang penyebab mastitis yaitu staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Tanda-tandanya rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan.
d.   Mengkaji tingkat nyeri pada kedua payudara ibu.
e.   Memberi penjelasan tentang penyebab nyeri yaitu terjadi karena adanya infeksi yang terjadi pada luka pada puting susu dan juga nyeri tersebut dikarenakan payudara yang tegang yang berisi produksi ASI yang penuh pada payudara yang terbendung pada payudara.
f.    Mengajarkan dan melakukan manajemen perawatan
1)  Payudara bengkak
-     Kompres hangat dulu untuk mengurangi rasa sakit
-     Ibu harus rileks
-     Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
-     Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
-     Stimulasi payudara dan puting
2)  Puting susu lecet
-     Olesi puting susu yang lecet dengan ASI akhir (hind milk)
-     Puting yang lecet diistirahatkan 1x24 jam biasanya akan sembuh sendiri dalam 2x24 jam
-     Selama puting susu diistirahatkan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan tidak menggunakan pompa
3)         Pesan ibu untuk
-     Payudara disokong dengan kutang yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat
-     Beri kompres hangat bila bayi tidak menyusu
-     Beri kompres dingin pasca menyusui
g.   Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya lebih sering dimulai dari payudara yang tidak lecet dan tidak sakit serta mengurangi pemberian PASI.
h.   Memberikan obat : paracetamol X (3x1), amoxillin X (3x1), solvitral (3x1).

E.  Evaluasi
Tanggal 02-09-2008, pukul 05.55 WIB
Diagnosa : P10001 post partum hari ke-14  laktasi terjadi mastitis, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan masalah : Nyeri
S       :  -  Ibu mengatakan telah mengerti penjelasan petugas tentang perubahan yang terjadi pada masa nifas dan penyebab mastitis.
            -  Ibu mengatakan akan melakukan perawatan pada payudara.
O         :  -  Ibu kooperatif dalam bertanya.
-  Ibu dapat mengungkapkan kembali penjelasan dari petugas.
-  Ibu dapat meniru gerakan pijat ringan pada payudara.
A      :  P10001, post partum hari ke-14, involusi baik, KU ibu dan bayi baik dengan mastitis. Pengetahuan ibu tentang mastitis dan penyebab nyeri bertambah.
P       :  Lanjutkan rencana tindakan.
   Tanyakan pada bu apakah nasehat yang diberikan telah dilaksanakan.
   Kaji ulang tingkat nyeri.
   Tanyakan pada ibu apakah obat sudah diminum.
   Anjurkan kontrol jika obat habis atau bila payudara semakin nyeri dan terdapat pus.


BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

4.1  Post partum pada hari ke-14 Tanggal 02-09-2008, pukul 06.20 WIB dilakukan pemeriksaan, dari hasil pemeriksaan terdapat permasalahan pada payudara: ibu mengeluh nyeri pada payudaranya setelah 14 hari melahirkan. Berdasarkan data yang didapat penulis melihat klien memiliki permasalahan mastitis, hal tersebut sesuai teori Sarwono, 2002Mammae membesar, nyeri, dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan, jika tidak lekas diberi pengobatan bisa terjadi abses. Pada klien ini, diberikan asuhan perawatan payudara dan ibu disarankan untuk sering meneteki bayinya, meneteki yang baik, sebelum meneteki berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat, pijat punggung dan leher, dan basahi putting agar bayi mudah menetek. Setelah diberikan perawatan dalam beberapa hari, ibu merasa lebih baik dan produksi ASI menjadi lancar, sehingga bayi pun mendapatkan ASI secara eksklusif.

BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
         Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada seorang ibu dimulai segera       setelah ada kemungkinan kehamilan, bersalin hingga masa nifas serta      pemberian asuhan pada bayi baru lahir. Asuhan yang diberikan pada Ny. M        dilakukan sampai masa nifas. pada persalinan Ny. M tidak menemui     permasalahan yang berat. Pada hari ke-14 post partum payudara ibu mengalami mastitis. Untuk penatalaksanaan kasus ini, Ny. M mendapatkan asuhan perawatan payudara, dan disarankan agar menyusui bayinya sesering mungkin, cara menyusui yang benar, mengompres dengan air hangat.
5.2    Saran
5.2.1 Bagi BPS
         Di lihat dari fasilitas pelayanan kesehatan, pemberian asuhan kebidanan di BPS sudah baik, tingkatkan kualitas pelayanan dan jaga kebersihan di tempat praktek.
5.2.2 Bagi institusi
          pihak lembaga lebih mengoptimalkan dalam melakukan pendekatan kepada     pihak yang dijadikan lahan untuk praktik sehingga akan terjalin kerjasama yang baik dalam upaya menempatkan mahasiswa di lapangan dan melakukan bimbingan pada mahasiswa.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
          Belajar dari pengalaman, diharapkan untuk angkatan selanjutnya bisa lebih baik dalam melakukan manajemen asuhan kebidanan antenatal, intranatal, postnatal, dan bayi baru lahir secara komprehensif. Dan lebih mempersiapkan skill maupun teori sebelum terjun ke lapangan.
5.2.4 Bagi Klien
Diharapkan klien dapat memperhatikan asuhan-asuhan yang diberikan terutama asuhan perawatan payudara untuk mencegah dari bendungan ASI menjadi mastitis, dank lien diharapkan sering melakukan kunjungan baik untuk memeriksakan bayi maupun ibunya.











PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...