Ada empat
Bagain yang terpenting dalam hal Keselamatan Kesehatan Kerja di Laboratorium
yang perlu diperhatikan:
1. Teknik Percobaan Berbahaya
2. Pengenalan Bahan Beracun dan Berbahaya
3. Sumber – Sumber Kecelakaan Kerja
4. Hal – Hal Penyebab Kecelakaan
1. Teknik Percobaan Berbahaya
2. Pengenalan Bahan Beracun dan Berbahaya
3. Sumber – Sumber Kecelakaan Kerja
4. Hal – Hal Penyebab Kecelakaan
TEKNIK PERCOBAAN BERBAHAYA
Percobaan-percobaan dalam laboratorium dapat meliputi berbagai jenis pekerjaan diantaranya mereaksikan bahan-bahan kimia, destilasi, ekstraksi, memasang peralatan, dan sebagainya. Masing-masing teknik dapat mengandung resiko yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Tentu saja bahan tersebut sangat berkaitan dengan p
enggunaan bahan dalam percobaan, sehingga susah untuk memisahkan bahaya antara
teknik dan bahan. Walaupun demikian kita dapat memperkecil dan memperkirakan bahaya
yang dapat timbul dalam kaitannya dengan teknik dan bahan yang digunakan.
* Reaksi Kimia
Semua reaksi kimia menyangkut perubahan energi yang
diwujudkan dalam bentuk panas. Kebanyakan reaksi kimia disertai dengan
pelepasan panas (reaksi eksotermis), meskipun adapula beberapa reaksi kimia
yang menyerap panas (reaksi endotermis).
Bahaya dari suatu reaksi kimia terutama adalah karena
proses pelepasan energi (panas) yang demikian banyak dan dengan kecepatan yang
sangat tinggi, sehingga tidak terkendali dan bersifat destruktif (merusak)
terhadap lingkungan.
Banyak kejadian dan kecelakaan di dalam laboratorium
sebagai akibat reaksi kimia yang hebat atau eksplosif (bersifat ledakan). Namun
kecelakaan tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya pengertian atau
apresiasi terhadap faktor-faktor kimia-fisika yang mempengaruhi kecepatan
reaksi kimia. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi
kimia adalah konsentrasipereaksi, kenaikan suhu reaksi, dan adanya katalis.
Sesuai denga hukum aksi massa, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi zat pereaksi. Oleh karena itu, untuk percobaan-percobaan yang belum dikenal bahayanya, tidak dilakukan dengan konsetrasi pekat, melainkan konsentrasi pereaksi kira-kira 10% saja. Kalau reaksi telah dikenal bahayanya, maka konsetrasi pereaksi cukup 2 – 5 % saja sudah memadahi. Suatu contoh, apabila amonia pekat direaksikan dengan dimetil sulfat, maka reaksi akan bersifat eksplosif, akan tetapi tidak demikian apabila digunakan amonia encer.
Sesuai denga hukum aksi massa, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi zat pereaksi. Oleh karena itu, untuk percobaan-percobaan yang belum dikenal bahayanya, tidak dilakukan dengan konsetrasi pekat, melainkan konsentrasi pereaksi kira-kira 10% saja. Kalau reaksi telah dikenal bahayanya, maka konsetrasi pereaksi cukup 2 – 5 % saja sudah memadahi. Suatu contoh, apabila amonia pekat direaksikan dengan dimetil sulfat, maka reaksi akan bersifat eksplosif, akan tetapi tidak demikian apabila digunakan amonia encer.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kimia dapat
diperkirakan dengan persamaan Arhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah
secara eksponensial dengan bertambahnya suhu. Secara kasar apabila suhu naik
sebesar 10oC, maka kecepatan reaksi akan naik menjadi dua kali. Atau
apabila suhu reaksi mendadak naik 100oC, ini berarti bahwa kecepatan
reaksi mendadak naik berlipat 210 = 1024 kali. Di sinilah pentingnya untuk
melakukan kendali terhadap suhu reaksi, misalnya dengan pendinginan apabila
reaksi bersifat eksotermis. Suatu contoh asam meta-nitrobenzen sulfonat pada
suhu sekitar 150oC akan meledak akibat reaksi penguraian eksotermis.
Campuran kalium klorat, karbon, dan belerang menjadi eksplosif pada suhu tinggi
atau jika kena tumbukan, pengadukan, atau gesekan (pemanasan pelarut). Dengan
mengetahui pengaruh kedua faktor di atas maka secara umum dapat dilakukan
pencegahan dan pengendalian terhadap reaksi-reaksi kimia yang mungkin bersifat
eksplosif.
* Pemanasan
* Pemanasan
Pemanasan dapat dilakukan dengan listrik, gas, dan
uap. Untuk laboratorium yang jauh dari sarana tersebut, kadang kala dipakai
pula pemanas kompor biasa. Pemanasan tersebut biasanya digunakan untuk
mempercepat reaksi, pelarutan, destilasi, maupun ekstraksi.
Untuk pemanasan pelarut-pelarut organik (titik didih
di bawah 100oC), seperti eter, metanol, alkohol, benzena, heksana,
dan sebagainya, maka penggunaan penangas air adalah cara termurah dan aman.
Pemanasan dengan api terbuka, meskipun dengan api sekecil apapun, akan sangat
berbahaya karena api tersebut dapat menyambar ke arah uap pelarut organik.
Demikian juga pemanasan dengan hot plate juga berbahaya, karena suhu permukaan
dapat jauh melebihi titik nyala pelarut organik.
Pemanasan pelarut yang bertitik didih lebih dari 100oC,
dapat dilakukan dengan aman apabila memakai labu gelas borosilikat dan pemanas
listrik (heating mantle). Pemanas tersebut ukurannya harus sesuai besarnya labu
gelas. Penangas minyak dapat pula dipakai meskipun agak kurang praktis.
Walaupun demikian penangas pasir yang dipanaskan dengan terbuka, tetap
berbahaya untuk bahan-bahan yang mudah terbakar. Untuk keperluan pendidikan,
pemanas bunsen dengan dilengkapi anyaman kawat (wire gause) cukup murah dan
memadahi untuk bahan-bahan yang tidak mudah terbakar.
* Destruksi
* Destruksi
Dalam analisis kimia terutama untuk mineral, tanah,
atau makanan, diperlukan destruksi contoh agar komponen-komponen yang akan
dianalisis terlepas dari matriks (senyawa-senyawa lain). Biasanya reaksi
destruksi dilakukan dengan asam seperti asam sulfat pekat, asam nitrat, asam
klorida tanpa atau ditambah atau ditambah peroksida seperti persulfat,
perklorat, hidrogen peroksida, dan sebagainya. Selain itu, biasanya reaksi juga
harus dipanaskan untuk mempermudah proses destruksi. Jelas dalam pekerjaan
destruksi terkumpul beberapa faktor bahaya sekaligus, yaitu bahan berbahaya
(eksplosif) dan kondisi suhu tinggi yang menambah tingkat bahaya. Oleh karena
itu, destruksi harus dilakukan amat berhati-hati, diantaranya:
1.
Pelajari dan
ikuti prosedur kerja secara seksama, termasuk pengukuran jumlah reagen secara
tepat dan cara pemanasannya.
2.
Percobaan
dilakukan dalam almari asam. Hati-hati dalam membuka dan menutup pintu almari
asam pada saat proses destruksi berlangsung.
3.
Lindungi
diri dengan kacamata/pelindung muka dan sarung tangan pada setiap kali bekerja.
4.
Terutama
bagi para pekerja baru atau yang belum berpengalaman, diperlukan supervisi atau
konsultasi dengan yang lebih berpengalaman.
Dengan cara di atas akan dapat dicegah terjadinya
ledakan yang dapat mengakibatkan luka oleh pecahan kaca atau percikan
bahan-bahan kimia yang panas dan korosif.
* Destilasi
Destilasi merupakan proses gabungan antara pemanasan
dan pendinginan uap yang terbentuk sehingga diperoleh cairan kembali yang
murni. Bahaya pemanasan cairan dapat dihindari dengan memperhatikan sub-bab
pemanasan. Dalam pemanasan cairan biasanya ditambahkan batu didih ( boililng
chips), untuk mencegah pendidihan yang mendadak (bumping). Batu didih yang
berpori perlu diganti setiap kali akan melakukan destilasi kembali. Untuk
destilasi hampa udara (vacum destilation), aliran udara melalui kapiler ke
dalam bagian bawah labu merupakan pengganti batu didih.
Bahaya yang sering timbul dalam pendingin Leibig
adalah kurang kuatnya selang air baik dari keran maupun yang menuju pipa
pendingin. Lepasnya selang air dapat menyebabkan banjir dan proses pendinginan
tidak berjalan dan uap cairan berhamburan ke dalam ruangan laboratorium. Oleh
karena itu, terutama untuk destilasi yang terus-menerus atau sering
ditinggalkan, hubungan selang dengan keran dan pipa pendingin perlu diikat
dengan kawat.
Labu didih yang terbuat dari gelas perlu dipilih yang
kuat. Labu didih bekas atau yang telah lama dipakai, diperiksa terlebih dahulu
terhadap kemungkinan adanya keretakan atau scratch. Hal ini penting
terlebih-lebih untuk destilasi vakum. Apabila pemanasan yang dipakai adalah
penangas air, maka perlu diingat bahwa suhu permukaan bak penangas yang terbuat
dari logam, dapat melebihi titik nyala dari pelarut yang dalam labu. Dengan
demikian, harus dapat dihindarkan kontak antara cairan dengan permukaan
penangas, baik pada saat mengisi labu destilasi dengan cairan maupun pemasangan
atau pembongkaran peralatan destilasi.
* Refluks
Refluks juga merupakan gabungan antara pemanasan
cairan dan pendinginan uap, tetapi kondensat yang terbentuk dikembalikan ke
dalam labu didih. Karena prosesnya mirip dengan destilasi, maka bahaya teknik
tersebut serrta cara pencegahannya adalah sama dengan teknik destilasi.
* Pengukuran Volume Cairan
Memipet cairan atau larutan dalam volume tertentu
dengan pipet secara umum tidak diperkenankan memakai mulut untuk menghindari
bahaya tertelan dan kontaminasi. Uap dan gas beracun dapat larut dalam air
ludah ( saliva). Memakai pompa karet ( rubber bulb) untuk mengisi pipet
merupakan cara yang paling aman dan praktis, meskipun memerlukan sedikit
latihan. Sedangkan untuk cairan yang korosif dapat dilakukan dengan pipet isap
(hypodermic syringe).
Apabila menuangkan cairan korosif dari sebuah botol, lindungi label botol terhadap kerusakan oleh tetesan cairan. Untuk menuangkan cairan ke dalam gelas ukur bermulut kecil, perlu dipakai corong gelas agar tidak tumpah.
Apabila menuangkan cairan korosif dari sebuah botol, lindungi label botol terhadap kerusakan oleh tetesan cairan. Untuk menuangkan cairan ke dalam gelas ukur bermulut kecil, perlu dipakai corong gelas agar tidak tumpah.
* Pendinginan
Karbon dioksida padat(dry ice) dan nitrogen cair adalah pendingin yang sering dipakai.
Keduanya dapat membakar atau “menggigit” kulit, sehingga dalam penanganannya
harus memakai sarung tangan dan pelindung mata. Karbon dioksida dapat dipakai
bersama-sama dengan pelarut organik untuk menambah
pendinginan. Karena banyak terbentuk gas (penguapan) maka pelarut yang digunakan harus nontoksik dan tidak mudah terbakar. Propana-2-ol lebih baik daripada pelarut organik terklorisasi atau aseton yang mudah terbakar.
pendinginan. Karena banyak terbentuk gas (penguapan) maka pelarut yang digunakan harus nontoksik dan tidak mudah terbakar. Propana-2-ol lebih baik daripada pelarut organik terklorisasi atau aseton yang mudah terbakar.
Nitrogen cair biasa dipakai sebagai “trap” uap air
dalam destilasi vakum, agar air tidak merusak pompa. Dalam pendinginan tersebut
udara dapat pula tersublimasi menjadi padat, termasuk oksigen dan hal ini
berbahaya bila bercampur dengan bahan organik. Labu Dewar tempat nitrogen cair
perlu pula dilindungi dengan logam agar tidak berbahaya bila pecah.
Baik karbon dioksida mapun nitrogen mempunyai berat
jenis yang lebih berat daripada udara, sehingga dapat mendesak udara untuk
pernafasan. Oleh karena itu, bekerja dengan kedua pendingin tersebut perlu
dalam ruang yang berventilasi baik atau di ruang terbuka. Dalam transportasi di
gedung bertingkat, keduanya sama sekali tidak boleh diangkut melewati lift
penumpang. Kemacetan lift yang dapat terjadi sewakti-waktu, dapat berakibat
fatal karena gas tersebut akan mendesak oksigen dan kematian tidak dapat
dihindarkan.
* Perlakuan Terhadap Silika
* Perlakuan Terhadap Silika
Silika dalam bentuk partikel-partikel kecil yang
terserap ke dalam paru-paru dapat menimbulkan penyakit silikosis.
Percobaan-percobaan dalam kromatorgrafi lapis tipis, banyak memakai bubuk halus
silika gel. Hindarkanlah bubuk halus tersebut, karena dapat terjadi hamburan di
dalam ruang udara pernafasan kita.
Asbes juga merupakan sumber partikel silika dan dengan
panjang serat sebesar 5 mikron sangat berbahaya. Asbes sebagai bahan isolasi
panas dalam laboratorium perlu dilapisi lagi dengan bahan yang dapat mencegah
partikel halus beterbangan di udara tempat kita bernafas.
Glass wool apabila tidak hancur, tidaklah berbahaya
bagi paru-paru. Akan tetapi serat-serat glass wool tersebut sangat halus dan
tajam serta dapat masuk ke dalam kulit apabila dipegang langsung oleh tangan
kita. Ini akan menimbulkan gatal-gatal atau sakit dan oleh karena itu memegang
glass wool harus dengan penjepit dari logam atau plastik.
* Perlakuan Terhadap Air Raksa
Percobaan-percobaan dengan manometer atau polarografi
selalu memakai air raksa yang cukup berbahaya karena sifat racunnya (NAB = 0,05
mg/m3). Tetesan-tetesan air raksa dapat melenting atau meloncat tanpa dapat
dilihat oleh mata kita, dan pecah berhamburan di atas meja kerja.
Partikel-partikel kecil ini juga sukar kita lihat apalagi kalau sampai masuk ke
celah-celah atau retakan-retakan meja. Apabila tidak hati-hati,maka ruang di
mana kita bekerja dapat jenuh dengan uap air raksa. Udara ruangan yang jenuh dengan
uap air raksa berarti telah jauh melebihi nilai ambang batas (NAB) uap air
raksa tersebut.
Untuk menghindari bahaya tesebut di atas, daerah kerja
dengan air raksa perlu dipasang dulang ( tray) yang diisi air, agar percikan
air raksa dapat dikumpulkan. Ventilasi yang baik sangat diperlukan, dan apabila
tidak ada, maka bekerja dalam ruangan yang terbuka jauh lebih aman daripada
dalam ruangan tertutup.
* Bekerja Dengan Peralatan Sinar
Ultraviolet dan Sinar X
Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan peralatan yang
memancarkan cahaya ultraviolet (UV) seperti spektrofotometer atau kromatografi
lapis tipis (TLC). Cahaya ultraviolet dapat merusak, dan terutama kerusakan
pada korena mata. Oleh karena itu, harus dapat dihindarkan keterpaan cahaya
ultraviolet pada mata, baik pada saat membuka peralatan spektrofotometer maupun
pada saat menyinari noda-noda kromatografi lapis tipis (TLC) dengan cahaya
ultraviolet.
Peralatan yang memakai sinar-X, seperti fluoresensi
atau difraksi sinar-X, lebih berbahaya lagi bila tidak dilakukan dengan
hati-hati.Sinar-X mempunyai daya tembus yang kuat dan dapat merusak sel-sel
tubuh. Usaha untuk menghindari serta melindungi diri terhadap kemungkinan
keterpaan radiasi sinar-X (yang tak dapat dilihat oleh mata) merupakan suatu keharusan
dalam bekerja dengan peralatan tersebut. Untuk hal yang sama pula dilakukan
bila kita bekerja dengan peralatan yang memancarkan sinar gamma yang lebih kuat
dari pada sinar-X.
PENGENALAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
* Petunjuk umum untuk menangani buangan sampah
Semua bahan
buangan atau sampah dikumpulkan menurut jenis bahan tersebut. Bahan-bahan
tersebut ada yang dapat didaur ulang dan ada pula yang tidak dapat didaur
ulang. Bahan yang termasuk kelompok bahan buangan/sampah yang dapat di daur
ulang antara lain gelas, kaleng, botol baterai, sisa-sisa konstruksi bangunan,
sampah biologi seperti tanaman, buah-buahan, kantong dan beberapa jenis
bahan-bahan kimia.
Sedangkan
bahan-bahan buangan yang tidak dapat didaur ulang atau yang sukar didaur ulang
seperti plastik hendaknya dihancurkan. Karena belum ada aturan yang jelas dalam
cara pembuangan jenis sampah di Indonesia, maka sebelum sampah dibuang harus
berkonsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola laboratorium yang
bersangkutan.
* Bahan-bahan buangan yang umum terdapat di laboratorium.
1.
Fine chemicals
Fine
chemicals hanya dapat dibuang ke saluran pembuangan atau tempat sampah jika:
- Tidak bereaksi dengan air.
- Tidak eksplosif (mudah meledak).
- Tidak bersifat radioaktif.
- Tidak beracun.
- Komposisinya diketahui jelas.
2.
Larutan basa
Hanya larutan basa dari alkali hidroksida yang bebas
sianida, ammoniak, senyawa organik, minyak dan lemak dapat dibuang kesaluran
pembuangan. Sebelum dibuang larutan basa itu harus dinetralkan terlebih
dahulu.Proses penetralan dilakukan pada tempat yang disediakan dan dilakukan
menurut prosedur mutu laboratorium.
3.
Larutan asam
Larutan asam tidak boleh mengandung senyawa-senyawa
beracun dan berbahaya dan selain itu sebelum dibuang juga harus dinetralkan
pada tempat dan prosedur sesuai ketentuan laboratorium.
4.
Pelarut
Pelarut yang tidak dapat digunakan lagi dapat dibuang
ke saluran pembuangan jika tidak mengandung halogen (bebas fluor, klorida,
bromida, dan iodida). Jika diperlukan dapat dinetralkan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran air keluar. Untuk pelarut yang mengandung halogen seperti
kloroform (CHCl3) sebelum dibuang harus dilakukan konsultasi
terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola laboratorium tempat dimana bahan
tersebut akan dibuang.
5.
Bahan mengandung merkuri
Untuk bahan yang mengandung merkuri (seperti pecahan
termometer merkuri, manometer, pompa merkuri, dan sebagainya) pembuangan harus
ekstra hati-hati. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pengelola laboratorium
sebelum bahan tersebut dibuang.
6.
Bahan radiokatif
Sampah radioaktif memerlukan penanganan yang khusus.
Otoritas yang berwenang dalam pengelolaan sampah radioaktif di Indonesia adalah
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
7.
Air pembilas
Air pembilas harus bebas merkuri, sianida, ammoniak,
minyak, lemak, dan bahan beracun serta bahan berbahaya lainnya sebelum dibuang
ke saluran pembuangan keluar.
* Penanganan Kebakaran
Beberapa bahan kimia seperti eter, metanol, kloroform,
dan lain-lain bersifat mudah terbakar dan mudah meledak. Apabila karena sesuatu
kelalaian terjadi kecelakaan sehingga mengakibatkan kebakaran laboratorium atau
bahan-bahan kimia, maka kita harus melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR).
2. Matikan sumber listrik/gardu utama agar listrik tidak
mengganggu upaya pemadaman kebakaran.
3. Lokalisasi api supaya tidak merember ke arah bahaan
mudah terbakar lainnya.
4. Jika api mulai membesar, jangan mencoba-coba untuk
memadamkan api dengan APAR. Segera panggil mobil unit Pertolongan Bahaya
Kebakaran (PBK) yang terdekat.
5. Bersikaplah tenang dalam menangani kebakaran, dan
jangan mengambil tidakan yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
SUMBER-SUMBER KECELAKAAN KERJA
Faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap timbulnya bahaya dalam proses industri maupun laboratorium meliputi suhu, tekanan, dan konsentrasi zat-zat pereaksi . Suhu yang tinggi diperlukan dalam rangka menaikkan kecepatan reaksi kimia dalam industri, hanya saja ketahanan alat terhadap suhu harus dipertimbangkan.
Tekanan yang
tinggi diperlukan untuk mempercepat reaksi, akan tetapi kalau tekanan sistem
melampaui batas yang diperkenankan dapat terjadi peledakan. Apalagi jika proses
dilakukan pada suhu tinggi dan reaktor tidak kuat lagi menahan beban.
Konsentrasi zat pereaksi yang tinggi dapat menyebabkan korosif terhadap reaktor
dan dapat mengurangi umur peralataan. Selain itu sifat bahan seperti bahan yang
mudah terbakar, mudah meledak, bahan beracun, atau dapat merusak bagian tubuh
manusia. Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dapat dikategorikan sebagai berikut:
* Bahan Kimia
Meliputi
bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif,
dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam
industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena
sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi
manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di
laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi,
disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan
pelatihan.
Bahan kimia
dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun), serapan
pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan
cairan. Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori
yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil
logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan
uap yang mudah terbakar). Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam
anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat,
pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes),
bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel
kanker), dan teratogenik.
* Aliran Listrik
Penggunaan
peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
1. Pemakaian safety
switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas
yang ditetapkan oleh alat.
2. Improvisasi terhadap peralatan listrik harus
memperhatikan standar keamanan dari peralatan.
3. Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja
sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
4. Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan
perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan
air.Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan
listrik.
5. Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan
listrik agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
6. Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan
listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik.Sifat korosif bahan kimia
dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
7. Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada
atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian
gas yang mudah terbakar.
8. Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan
memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah
menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari
bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0oC.
Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50oC. Batas maksimum
pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari
polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75oC, sedangkan karet
silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 oC.
* Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X
-ray difraksi atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif
yang dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan
melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi
radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus
diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.
* Mekanik
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih
didominasi oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya
robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih harus
dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan
habis pakai, masih harus dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur
kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti
helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapat-kan perhatian
khusus dalam lingkup pekerjaan ini.
* Api
* Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi
penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah
terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah
hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti
aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena,
heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti
dengan informasi yang terdapat dalam Material
Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat
bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan
yang diperkenankan untuk disimpan secara aman. Sumber api yang lain dapat
berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia
yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa
lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas
bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer
dari gas yang mudah terbakar.
* Suara (kebisingan)
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya
terjadi pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun
industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin
pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam
industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka
kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa
lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari
kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.
HAL-HAL PENYEBAB KECELAKAAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. Ada dua hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
* Terjadi secara kebetulan
Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli (genuine
accident) sifatnya tidak dapat diramalkan dan berada di luar kendali manejemen
perusahaan. Misalnya, seorang karyawan tepat berada di depan jendela kaca
ketika tiba-tiba seseorang melempar jendela kaca sehingga mengenainya.
* Kondisi
kerja yang tidak aman
Kondisi kerja yang tidak aman merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya kecelakaan.Kondisi ini meliputi faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
2. Peralatan yang rusak.
3. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar
mesin atau peralatan gudang yang tidak aman (terlalu penuh).
4. Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
5. Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak
cukup, atau sumber udara tidak murni.
Pemilihan
terhadap faktor-faktor ini adalah dengan meminimalkan kondisi yang tidak aman,
misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.Pembuatan cheklist
ini akan membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab kecelakaan.
NAMA SEKOLAH : SMK KESEHATAN
“ PGRI
Magetan “
MATA PELAJARAN :
Menerapkan tata tertib kerja di laboratorium
KELAS/SEMESTER :
X/1&2
; XI /1&2 ; XII/1&2
STANDAR KOMPETENSI :
Menerapkan prosedur kerja di
laboratorium
KODE KOMPETENSI :
078
ALOKASI WAKTU : PS = 114
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
MATERI PEMBELAJARAN
|
KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
PENILAIAN
|
ALOKASI WAKTU
|
SUMBER BELAJAR
|
||
TM
|
PS
|
PI
|
||||||
6 Menerapkan prosedur
standar keselamatan kerja
|
·
Melaksanakan pekerjaan laboratorium sesuai
standar kesehatan dan keselamatan kerja
·
Menjelaskan cara penanganan bahan toksik
dan infeksius
|
·
Pengertian pekerjaan
laboratorium sesuai standar kesehatan dan keselamatan kerja
·
cara penanganan bahan toksik dan infeksius
|
·
Mengidentifikasi pekerjaan
laboratorium sesuai standar kesehatan dan keselamatan kerja
·
penanganan bahan toksik dan infeksius
|
· Ujian lisan
· Ujian tulis
· Ujian praktek
· Penugasan
|
-
|
8 (1)
|
|
· Buku Paket analis
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar