Senin, 29 November 2021

BAHAN TOKSIS DAN INFEKSIUS

 TOKSIKOLOGI

  1. Bahan Toksik Dan Infeksius

Bahan Kimia Beracun Atau Toksik

Toxic materials dapat berasal dari logam berat, pestisida sampai dengan flame retardants, dan senyawa-senyawa kimia berbahaya yang tak terpisahkan dalam kehidupan, bagian dari aktivitas, dipergunakan atau dikonsumsi oleh kita. Sifat, jumlah, dan kuantitas bahan kimia yang digunakan sangat bervariasi di berbagai negara. Indonesia sendiri menjadi dumping ground limbah beracun untuk negara-negara maju dalam bentuk fertilizer/pupuk, lumpur, atau limbah untuk didaur ulang kembali. Bahan berbahaya beracun (B3) ada dalam bentuk sebagai bahan baku dalam proses produksi dalam industri, pertambangan atau manufaktur. Lalu sebagai bagian dari produk dan sebagai limbah (padat, gas, dan cair). Secara umum sifat dari B3 adalah mudah meledak (explosive), mudah terbakar (flammable), reaktif (reactive), beracun (poisonous), infeksius (infectious), dan korosif (corrosive).

POPs (persistent organic pollutants) menyebar melalui sumber-sumber vital kehidupan, seperti udara dan air, proses bioakumulasi dalam rantai makanan. Keseluruhannya berdampak kepada manusia dan ekosistem. Karakteristik khusus dari POPs adalah persisten, semi volatil (menguap) dengan periode yang cukup lama berada di lingkungan, serta penyebarannya mencapai jarak jauh (transboundary/regional/global) juga dapat melalui migrasi spesies/organisme seperti ikan dan burung. Selain itu merupakan disrupter endokrin/hormon (terutama estrogen), sebagian besar karsinogenik/penyebab kanker. Pestisida merupakan kategori POPs yang paling populer dengan kandungan senyawa berbahayanya, selain terdapat POPs yang dibuat atau terjadi tidak sengaja dan masih dipakai. Istilah Dirty Dozen kemudian dikenal untuk menyebutkan daftar dua belas senyawa paling berbahaya, yaitu aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex dan toxaphene (delapan organo-chlorine dalam pestisida); senyawa kimia industri: HCB (hexachlorobenzene) dan PCB (poly chlorinated biphenyl; serta dioxin dan furans (group industrial by-products).

Jika kita sehari – hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam tubuh. Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita terlalu banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian juga obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu, jangan terlalu banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.

Dalam dunia laboratorium, bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran, yakni :

a.       Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau makan dan minum di laboratorium.

b.       Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline, nitrobenzene, dan asam sianida.

c.       Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.

Gangguan toksik (keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL4 dan benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat menyebabkan kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan kelainan genetic atau keturunan ; dan banyak senyawa organic yang mengandung cincin benzene, senyawa nikel dan krom dapat bersifat karsinogenik atau penyebab kanker.

Gangguan – gangguan tersebut diatas sangat tergantung pada kondisi kesehatan orang yang terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang bergizi akan mudah mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya kondisi badan yang kurang gizi akan sangat rawan terhadap keracunan.

Efek Akut dan Kronis

Efek keracunan pada tubuh manusia dibagi dua yaitu :

a.       Efek akut yaitu pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek. Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.

b.       Efek kronis yaitu suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu, bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt. Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.

Usaha Menghindari Keracunan

a.       Penggunaan pelarut atau reagen-reagen yang toksik di usahakan diganti

b.       Perlakuan khusus pada beberapa zat kimia seperti senyawa yang dengan gugus amino, nitro dan gugus halogen reaktif perlu dicurigai akan kemungkinan bahayanya

c.       Gunakan lemari asam untuk bahan – bahan yang sekiranya menimbulkan pencemaran udara kerja

d.       Ventilasi udara, supaya ruangan tidak lembab dan tercemar oleh gas-gas berbahaya

e.       Makan dan minum di laboratorium sebisa mungkin dihindari untuk mencegah terjadinya kontaminasi

f.        Alat pelindung seperti masker (pelindung pernapasan), gloves (sarung tangan), dan kacamata pelindung harus di gunakan meskupun kurang enak di pakai? He he he he (itung-itung mejeng!!!)

Bahan infeksius adalah bahan yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium. Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer khusus dalam pengolahannya.

Limbah bahan berbahaya dan beracun memiliki beragam definisi di setiap negara. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkugan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 menjelaskan secara singkat klasifikasi B3 sebagai berikut:

a.       Explosive (mudah meledak) adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

b.       Toxic (beracun) akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

c.       Corrosive (korosif) mempunyai sifat sebagai berikut:

1)       Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit

2)       Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja

3)  Mempunyai pH 2 untuk B3 bersifat asam dan atau pH 12,5 untuk B3 bersifat basa.

d.       Irritant (bersifat iritasi) merupakan padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak secara langsung dan apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan

e.       Chronic toxic (toksik kronis):

f.        Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker

g.       Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio

h.       Mutagenic yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang dapat merubah genetika.

 

  1. Definisi Toksikologi dan Racun

Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat dan cara kerja racun.. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang dalam mempelajari atau mendalami toksikologi. Para ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful action) bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.

Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu :

a.       Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam jumlah tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang menyebabkan penyakit dan kematian.

b.       Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik selalu menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan kematian.

  1. Cara Masuknya Racun Ke Dalam Tubuh

Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara, yaitu melalui :

a.       Mulut (Peroral, ingesti)

b.       Saluran pernapasan (Inhalasi)

c.       Suntikan (Parenteral, injeksi)

d.       Kulit yang sehat/sakit

e.       Dubur/vagina (Perektal/pervaginal)

  1. Golongan Racun Berdasarkan Tempat Racun Mudah Didapat

a.       Racun di Rumah tangga, seperti :

1)       Insektisida

2)       Racun dalam makanan kaleng

3)       Kosmetika

4)       Desinfektan

5)       Deterjen

b.       Racun yang ada di lapangan pertanian/perkebunan, seperti :

1)       Pestisida

2)       Herbisida

c.       Racun yang digunakan dalam dunia pengobatan , seperti :

1)       Analgetika, obat penenang, antibiotik, antidepresan , dll

d.       Racun yang digunakan dalam bidang industri dan laboratorium, seperti :

1)       Asam – basa

2)       Logam berat

e.       Racun yang ada di alam bebas, seperti :

1)       Opium, ganja

2)       Racun singkong

3)       Racun jamur

4)       Racun binatang

  1. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan

Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pada seseorang;

a.       Jenis Racunnya

b.       Dosis Racun

c.       Cara masuk kedalam tubuh

d.       Stabilitas racun dalam tubuh

e.       Resapan racun dalam tubuh

f.        Kondisi tubuh

  1. Pembangian Ilmu Toksikologi

Pembagian ilmu toksikologi ada 10, yaitu :

a.         Toksikologi obat ; yaitu meneliti tentang efek obat, dosis obat dan pengujian toksisitas obat dalam tubuh.

b.         Toksikologi yang menimbulkan ketergantungan ; mencari hubungan perokok dengan gangguan paru paru dan mencari hubungan teknologi dengan penggunaan obat.

c.         Toksikologi bahan makanan ; Memeriksa bahan bahan baku yang digunakan.

d.         Toksikologi pestisida ; mengupayakan pestisida yang digunakan bermanfaat pada manusia dan tidak merugikan manusia.

e.         Toksikologi pekerjaan ; Mempelajari segala jenis keracunan dalam pekerjaan dan mencari mencari cara pencegahan racun tersebut.

f.          Toksikologi lingkungan ; menyelamatkan lingkungan dari pencemaran bahan berbahaya.

g.         Toksikologi asidental; menagaani kecelakaan yang terjadi karena zat beracun baik cara kriminal maupun kecelakaan.

h.         Toksikologi kedokteran forensic ; identifikasi perdagangan obat terlarang, identifikasi racun dari bedah mayat.

i.           Toksikologi perang ; identifikasi penggunaan senjata nuklir, gas air mata.

j.           Toksikologi nuklir/ sinar ; menangani senjata senjata yang mempunyai reactor nuklir, radio aktif.

Dalam perkembangan lebih lanjut, toksikologi dibagi menjadi 5 cabang yaitu :

a.       Toksikologi Forensik; mempelajari masalah medico-legal dari kasus kasus keracunan.

b.       Toksikologi Analitik; Mengenali bahan racun melalui analisis cairan tubuh, isi lambung, tempat makanan yang dicurigai, dll.

c.       Toksikologi Klinik; Untuk mengatasi toksisitas khusus, mengupayakan tindakan untuk menghilangkan gejala dan mengeluarkan racun secepatnya dari tubuh dan memberikan antidotum jika ada.

d.       Toksikologi lingkungan ; mempelajari kebahayaan bahan bahan kimia dimana manusia terpajan tanpa sengaja baik di lingkungan, makanan atau lingkungan kerja.

e.       Toksikologi hukum : Melindungi masyarakat dengan membuat undang2, peraturan, dan standar yang membatasi atau melarang penggunaan zat kimia yang sangat beracun.

  1. Cara Kerja Racun

a.       Racun bekerja setempat (Lokal) ; menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan disertai peradangan, kematian dan shock.

Contoh :

1)       Racun bersifat korosif ; lisol , asam kuat , basa kuat.

2)       Racun bersifat iritan; arsen, sublimat

3)       Racun bersifat anestetik; kokain, fenol

b.       Racun bekerja sistemik (keseluruh tubuh melalui aliran darah)

Contoh :

1)       Narkotika, barbiturat, alcohol Jantung

2)       Insektisida golongan hidrokarbon yang mengandung klor dan fosfor yang berpengaruh pada hati.

c.       Racun bekerja setempat dan sistemik

Contoh :

1)       Fenol, arsen, Pb

2)       Fenol selain menimbulkan rasa nyeri (Lokal) juga menyebabkan depresi pada susunan syaraf pusat.

 PENGAMBILAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI

  1. Pada korban yang masih hidup : 5 ml + serbuk Na. Fenorida 1%

a.       Darah 10 ml 5 ml tanpa pengawet

b.       Urine

c.       Bilasan isi lambung

  1. Pada Mayat :

a.       Lambung dengan isinya : Lambung diikat pada 2 tempat, yaitu berbatasan dengan kerongkongan dan berbatasan dengan usus 12 jari; hal ini bertujuan : untuk menghindari hancurnya pil pil atau tablet yang tertelan.

b.       Usus dan isinya : sangat berguna terutama jika kematian korban terjadi setelah beberapa jam kemasukan racun.

c.       Darah : diambil 50 ml ; bagi 2 diberi pengawet dan tidak diberi pengawet.

d.       Hati : Tempat metabolisme racun yang terpenting.

e.       Ginjal : untuk identifikasi keracunan logam.

f.        Otak

g.       Urine : untuk tes pendahuluan dan juga tes narkoba.

  1. Bahan Pengawet

Guna pengawet pada sampel pemeriksaan toksikologi untuk mempertahankan kondisi sampel agar tidak mengalami perubahan. Jenis pengawet yang sering digunakan :

a.       Alkohol absolut

b.       Larutan garam jenuh

c.       NaF + Na.Sitrat (2 gr NaF + 50 mg Na sitrat untuk tiap 10 sampel)

d.       Na Benzoat

e.       FMA (Fenil Merkuri Asetat).

  1. Pengiriman sampel ke Laboratorium

Enam hal yang harus diperhatikan :

a.         Tempat sampel (botol) sebelum dipakai dicuci dengan kromat yang hangat kemudian dibilas dengan aquadest lalu keringkan.

b.         Tiap wadah diisi satu jenis sampel

c.         Tulis bahan pengawet yang dipakai

d.         Wadah berisi sampel harus disegel dan diberi etiket (Nama korban, sex, usia, tgl pengambilan, isi botol)

e.         Lampirkan surat permintaan pemeriksaan dari pihak penggugat.

f.          Sampel pada mayat harus diambil sebelum diawetkan.

No.

Nama Bahan

Banyaknya Yang Diambil

1.

Otak

500 gr/seluruhnya

2.

Hati

500 gr/seluruhnya

3.

Paru paru

1 bagian/seluruhnya

4.

Ginjal

Kedua ginjal

5.

Lambung

Seluruh lambung dan isinya

6.

Usus

Seluruh usus

7.

Cairan Otak

Sebanyak mungkin

8.

Darah Jantung

50 -100 ml

9.

Darah tepi

50 -100 ml

10

Empedu

Seluruhnya

11

Lemak (dinding Perut)

200 gr

12

Rambut

10 gr

13

Kuku

10 gr


KERACUNAN MAKANAN

Keracunan makanan dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1.       Keracunan makanan karena Bakteri penghasil toksin

2.       Keracunan makanan karena Bakteri bersifat infeksius

3.       Keracunan makanan karena zat kimia

4.       Singkong, jengkol, tempe bongkrek dan oncom

5.       Keracunan disebabkan oleh toksin yang dihasilkan dalam makanan

bakteri penghasil toksin, antara lain : B. cereus, C.botulinum, E.coli dan S.Aureus.

Toksin :

a.       Racun yang ditemukan di sejumlah hewan dan tumbuhan dan mikroorganisme.

b.       Toksin Botulinum dibentuk saat C.Botulinum tumbuh – toksinnya merupakan Protein

c.       Kurang lebih 500 gram toksin cukup untuk membunuh manusia !

1.       Clostridium botulinum

Racun Botulisme adalah protein yang tidak tahan panas, serta dapat dihancurkan dengan pendidihan ± 15 menit. Botulisme disebabkan oleh eksotoksin yang terbentuk pada pertumbuhan clostridium botulinum, pada saat pengolahan, makanan awetan tanpa asam. Makanan yang sering tercemar : Daging, ikan, sayuran, buah zaitun.

Dosis Fatal dari toksin ini adalah makanan yang terkontaminasi < 5 ml (1sendok teh), dosis toksik untuk botulinum tipe proteolitik 0.005- 0.1 mcg, sedangkan dosis toksik untuk botulinum tipe non proteolitik 0.1-0.5 mcg. Toksin ini menyebabkan kelumpuhan otot dengan memblokir syaraf penggerak sel sel lain.

Gejala klinis yang timbul akibat keracunan toksin ini adalah : Mual, muntah, gangguan penglihatan dan vertigo. Sementara gejala patologisnya adalah penyumbatan dan pendarahan pada semua organ, khususnya susunan syaraf pusat. Pada hati dan ginjal terjadi perubahan degeneratif.

Tindakan pencegahan terjadinya keracunan ini adalah :

a.       Perbaikan pada proses pengawetan makanan.

b.       Makanan yang diawetkan (makanan kaleng) dipanaskan ± 15 menit sampai suhu > 80 oC baru dihidangkan

c.       Perhatikan label, segel, bentuk kemasan(Kaleng cembung) pada saat pembelian makanan

Perawatan pada pasien yang keracunan toksin botulinum adalah :

a.       Penderita harus dirawat jangan menunggu sampai timbul gejala

b.       Tindakan darurat : Pencucian lambung dengan cara dibuat muntah lalu lanjutkan dengan pencucian perut, kecuali pasien diare.

c.       Penawar : diberikan antitoksin botulisme sampai 50 ml, sebelumnya lakukan tes sensitifitas terhadap serum dengan menyuntukkan antitoksin yang diencerkan dalam saline 1 : 10 sebanyak 0,1 ml intradermal, tunggu 1 jam baru diberikan dosis sebenarnya.

d.       Kejadian biasa : Gangguan pernapasan dibuat dengan pernapasan buatan; pada kelumpuhan pernapasan, pernapasan dipertahankan dengan pertolongan mekanis; pada beberapa pasien dianjurkan diberi Guanidin Hcl 15-40 mg/kg/hr peroral untuk mengembalikan neuromuscular block. Prognosis : 50% pasien keracunan berat meninggal. Sedangkan yang dapat bertahan hidup, kesembuhannya sama sekali masih berbekas sampai lebih dari 1 tahun.

2.       Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri Infeksius

Bakteri infeksius yang ditularkan melalui makanan, masuk dan berkembang biak di dalam tubuh :

  1. Salmonella
  2. Campylobacter
  3. E.coli (jenis tertentu)
  4. V.Parahaemolityticus
  5. V.Cholerae, dll
  6. Salmonellosis

Terdapat 2200 serotip : 200 serotip merupakan penyebab penyakit yang ditularkan makanan di eropa setiap tahun, 70 % kasus disebabkan oleh S.enteritidis dan S.Typhymurium. Bahan makanan mentah yang cenderung terkontaminasi Salmonella : unggas, daging, telur, Buah buahan, kerang, rempah rempah dan jamu, air yang tidak diolah. Gejala klinis utama Diare, demam, keram perut, muntah muntah. Tingkat kefatalan < 1%. Masa inkubasi biasanya 12 – 36 jam. Orang yang berisiko tinggi terhadap kuman ini adalah : Usia muda, usia tua, wanita hamil, kekebalan yang lemah dan berpenyakit tertentu. Pada identifikasi di laboratorium terjadi haemoconsentration, biakan feses di temukan salmonella dan organisme lain.

Pencegahan terjadinya keracunan ini adalah :

a.       Salmonella rentan terhadap panas, sehingga masak terlebih dahulu makanan yang akan dihidangkan (± 15 menit)

b.       Pasteurisasi cukup untuk membunuh salmonella pada makanan dengan kelembaban tinggi.

c.       Pemanasan pada 70 oC selama 2 menit biasanya cukup untuk membunuh 10 6 salmonella.

Perawatan :

a.       Tindakan darurat : berikan Chlor promazine 25 – 100 mg melalui rectal, jika perlu diulang setiap 4 jam untuk penderita muntah muntah berat.

b.       Tindakan biasa : Istirahat ditempat tidur,dan tidak diberi apa apa melalui mulut sampai muntah munta sesudah 4 jam, beri minum. Jika muntah dan diare berat, jaga keseimbangan cairan tubuh dengan memberikan larutan dextrose 5 % dalam saline.

3.       Keracunan makanan yang disebabkan oleh bahan kimia

Bahaya bahan kimia dalam bahan Pangan :

a.       Cemaran Industri dan lingkungan

Bahan Kimia

Sumber

Bahan Pangan

Timbal

Kadmium

Dioksin

Merkuri

Emisi kendaraan, peleburan, cat, pelapis kaca

Pengolahan limbah selokan, peleburan

Senyawa tidak murni, pembakaran

Klor - alkalis

Sayur sayuran, makanan kaleng, makanan bersifat asam.

Biji bijian, sayuran, daging, kerang.

Ikan, susu, lemak hewan

Ikan

b.       Cemaran yang berasal dari bahan kimia turunan biologis

c.       Cemaran yang dihasilkan selama pengolahan

1)       Hidrokarbon aromatik berinti banyak

2)       Amina heterosiklik, nitropirene

3)       Nitrosamin

4)       Etil karbamat (Uretan).

d.       Bahan kimia pertanian yang digunakan secara tidak tepat

1)       Pestisida dan obat hewan : Anti mikroba, obat cacing, terapi.

2)       Pupuk, Racun tikus dll.

e.       Bahan tambahan kimia yang digunakan secara tidak tepat

1)       Langsung : anti oksidan, pewarna, bahan pengawet, pemanis dll

2)       Tidak langsung : deterjen, peralatan masak dll

3)       Bahan tambahan terlarang : Boraks, asam borat, formaldehida dan

4)       Pewarna yang tidak aman : Rhodamine B

f.        Bahaya fisik

1)       Bahaya bahan kimia di Rumah :

a)       Makanan dan air yang tercemar

b)       Peralatan masak yang tercemar logam berat

c)       Piring keramik yang disepuh dengan bahan beracun

d)       Kristal bertimah yang dipakai untuk makanan asam

e)       Bahan kimia lain yang dipakai di rumah.

2)       Bahaya bahan kimia dalam makanan :

a)       Keracunan

Gejala : mual, muntah dan diare, dan penyakit ini biasanya bertahan 24 – 48 jam

Perawatan : Jika gejala terus berlangsung dan menunjukkan keracunan logam maka perlu dilakukan perawatan khusus.

b)       Jengkol (Phetecolobium labatum) termasuk Pete

Penyebab Keracunan (asam amino yang mengandung belerang)

Asam jengkolat : zat ini sukar larut dalam air

Urine yang dianalisa di laboratorium :

Hablur hablur Jengkol yang berbentuk ceper(Roset)

Gejala gejala kejengkolan :

1)       Rasa nyeri didaerah pinggang kadang kadang disertai kejang

2)       Kencing sedikit sedikit, adakalanya berwarna merah dan putih

3)       Perut kembung dan tdk bisa BAB

4)       Urine berbau jengkol

Gejala keracunan jengkol berat :

1)       Rasa nyeri disekitar ginjal

2)       Rasa sakit waktu buang urine

3)       Perut kembung, mual, muntah

4)       Sukar BAB dan Flatus

5)       Tidak dapat buang urine sama sekali karena pembuluh urine penuh dengan roset.

P3K :

1)       Berikan tepung bubuk norit sebanyak 1 sendok setip 1 jam

2)       Berikan susu campur telur

3)       Berikan 4 butir bikarbonat natriccus supaya urine menjadi basa

4)       Beri minum sebanyak mungkin

5)       Dibawa ke RS

Pencegahan :

1)       Jengkol rendam dahulu dengan air panas selama semalam dan air rendaman sering diganti sebelum dimakan.

2)       Untuk menghilangkan asam jengkolatnya, jengkol ditanam dahulu selama 2 – 3 hari.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...