TOKSIKOLOGI
- Bahan
Toksik Dan Infeksius
Bahan Kimia Beracun Atau Toksik
Toxic
materials dapat berasal dari logam berat, pestisida sampai dengan flame
retardants, dan senyawa-senyawa kimia berbahaya yang tak terpisahkan dalam
kehidupan, bagian dari aktivitas, dipergunakan atau dikonsumsi oleh kita.
Sifat, jumlah, dan kuantitas bahan kimia yang digunakan sangat bervariasi di
berbagai negara. Indonesia sendiri menjadi dumping ground limbah beracun untuk
negara-negara maju dalam bentuk fertilizer/pupuk, lumpur, atau limbah untuk
didaur ulang kembali. Bahan berbahaya beracun (B3) ada dalam bentuk sebagai
bahan baku dalam proses produksi dalam industri, pertambangan atau manufaktur.
Lalu sebagai bagian dari produk dan sebagai limbah (padat, gas, dan cair). Secara
umum sifat dari B3 adalah mudah meledak (explosive), mudah terbakar
(flammable), reaktif (reactive), beracun (poisonous), infeksius (infectious),
dan korosif (corrosive).
POPs
(persistent organic pollutants) menyebar melalui sumber-sumber vital kehidupan,
seperti udara dan air, proses bioakumulasi dalam rantai makanan. Keseluruhannya
berdampak kepada manusia dan ekosistem. Karakteristik khusus dari POPs adalah
persisten, semi volatil (menguap) dengan periode yang cukup lama berada di
lingkungan, serta penyebarannya mencapai jarak jauh (transboundary/regional/global)
juga dapat melalui migrasi spesies/organisme seperti ikan dan burung. Selain
itu merupakan disrupter endokrin/hormon (terutama estrogen), sebagian besar
karsinogenik/penyebab kanker. Pestisida merupakan kategori POPs yang paling
populer dengan kandungan senyawa berbahayanya, selain terdapat POPs yang dibuat
atau terjadi tidak sengaja dan masih dipakai. Istilah Dirty Dozen kemudian
dikenal untuk menyebutkan daftar dua belas senyawa paling berbahaya, yaitu
aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex dan toxaphene
(delapan organo-chlorine dalam pestisida); senyawa kimia industri: HCB
(hexachlorobenzene) dan PCB (poly chlorinated biphenyl; serta dioxin dan furans
(group industrial by-products).
Jika
kita sehari – hari bekerja, atau kontak dengan zat kimia, kita sadar dan tahu
bahkan menyadari bahwa setiap zat kimia adalah beracun, sedangkan untuk bahaya
pada kesehatan sangat tergantung pada jumlah zat kimia yang masuk kedalam
tubuh. Seperti garam dapur, garam dapur merupakan bahan kimia yang setiap hari
kita konsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, jika kita
terlalu banyak mengkonsumsinya, maka akan membahayakan kesehatan kita. Demikian
juga obat yang lainnya, akan menjadi sangat bermanfaat pada dosis tertentu,
jangan terlalu banyak ataupun sedikit lebih baik berdasarkan resep dokter.
Dalam dunia laboratorium,
bahan-bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran, yakni :
a.
Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau
ingesti. Hal ini sangat jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia
langsung menggunakan mulut atau makan dan minum di laboratorium.
b.
Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap
kulit ialah aniline, nitrobenzene, dan asam sianida.
c.
Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah
terserap lewat pernapasan dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus
keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek
setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN, CO, H2S, uap Pb dan Zn akan
segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh organ-organ tubuh.
Gangguan
toksik (keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL4
dan benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat
menyebabkan kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan kelainan
genetic atau keturunan ; dan banyak senyawa organic yang mengandung cincin
benzene, senyawa nikel dan krom dapat bersifat karsinogenik atau penyebab
kanker.
Gangguan
– gangguan tersebut diatas sangat tergantung pada kondisi kesehatan orang yang
terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang bergizi akan mudah
mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya kondisi badan yang kurang
gizi akan sangat rawan terhadap keracunan.
Efek Akut dan Kronis
Efek keracunan pada tubuh manusia dibagi dua yaitu :
a.
Efek akut yaitu pengaruh sejumlah dosis tertentu yang
akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek. Contoh, keracunan
fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau
kematian dalam waktu singkat.
b.
Efek kronis yaitu suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia
dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam
jangka panjang (minggu, bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan
senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt. Kloroform, karbon tetraklorida) dalam
kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever)
setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.
Usaha Menghindari Keracunan
a.
Penggunaan pelarut atau reagen-reagen yang toksik di
usahakan diganti
b.
Perlakuan khusus pada beberapa zat kimia seperti senyawa
yang dengan gugus amino, nitro dan gugus halogen reaktif perlu dicurigai akan
kemungkinan bahayanya
c.
Gunakan lemari asam untuk bahan – bahan yang sekiranya
menimbulkan pencemaran udara kerja
d.
Ventilasi udara, supaya ruangan tidak lembab dan tercemar
oleh gas-gas berbahaya
e.
Makan dan minum di laboratorium sebisa mungkin dihindari
untuk mencegah terjadinya kontaminasi
f.
Alat pelindung seperti masker (pelindung pernapasan), gloves
(sarung tangan), dan kacamata pelindung harus di gunakan meskupun kurang enak
di pakai? He he he he (itung-itung mejeng!!!)
Bahan
infeksius adalah bahan yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium. Limbah ini dapat
menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, limbah ini memerlukan wadah atau kontainer
khusus dalam pengolahannya.
Limbah
bahan berbahaya dan beracun memiliki beragam definisi di setiap negara.
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkugan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Peraturan
Pemerintah No. 74 tahun 2001 menjelaskan secara singkat klasifikasi B3 sebagai
berikut:
a.
Explosive (mudah meledak) adalah bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (25°C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b.
Toxic (beracun) akan menyebabkan kematian atau sakit yang
serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
c.
Corrosive (korosif) mempunyai sifat sebagai berikut:
1)
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
2)
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
3) Mempunyai pH 2 untuk B3 bersifat
asam dan atau pH 12,5 untuk B3 bersifat basa.
d.
Irritant (bersifat iritasi) merupakan padatan maupun cairan
yang bila terjadi kontak secara langsung dan apabila terus menerus kontak
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan
e.
Chronic toxic (toksik kronis):
f.
Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker
g.
Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio
h.
Mutagenic yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan
kromosom yang dapat merubah genetika.
- Definisi
Toksikologi dan Racun
Toksikologi
adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat dan cara kerja
racun.. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk memahaminya. Cabang cabang
ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu
ilmu yang sangat menunjang dalam mempelajari atau mendalami toksikologi. Para
ahli toksikologi (Toxicologist), dengan tujuan dan metoda tertentu
tugasnya adalah mencari/mempelajari bagaimana bekerjanya (Harmful action)
bahan bahan kimia (beracun) pada jaringan atau tubuh.
Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu :
a.
Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam
jumlah tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang
menyebabkan penyakit dan kematian.
b.
Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu
zat yang bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik
selalu menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan kematian.
- Cara Masuknya Racun Ke Dalam
Tubuh
Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara,
yaitu melalui :
a.
Mulut (Peroral, ingesti)
b.
Saluran pernapasan (Inhalasi)
c.
Suntikan (Parenteral, injeksi)
d.
Kulit yang sehat/sakit
e.
Dubur/vagina (Perektal/pervaginal)
- Golongan Racun Berdasarkan
Tempat Racun Mudah Didapat
a.
Racun di Rumah tangga, seperti :
1)
Insektisida
2)
Racun dalam makanan kaleng
3)
Kosmetika
4)
Desinfektan
5)
Deterjen
b.
Racun yang ada di lapangan pertanian/perkebunan, seperti :
1)
Pestisida
2)
Herbisida
c.
Racun yang digunakan dalam dunia pengobatan , seperti :
1)
Analgetika, obat penenang, antibiotik, antidepresan , dll
d.
Racun yang digunakan dalam bidang industri dan laboratorium,
seperti :
1)
Asam – basa
2)
Logam berat
e.
Racun yang ada di alam bebas, seperti :
1)
Opium, ganja
2)
Racun singkong
3)
Racun jamur
4)
Racun binatang
- Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Keracunan
Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya keracunan
pada seseorang;
a.
Jenis Racunnya
b.
Dosis Racun
c.
Cara masuk kedalam tubuh
d.
Stabilitas racun dalam tubuh
e.
Resapan racun dalam tubuh
f.
Kondisi tubuh
- Pembangian Ilmu Toksikologi
Pembagian ilmu toksikologi ada 10, yaitu :
a.
Toksikologi obat ; yaitu meneliti tentang efek obat, dosis
obat dan pengujian toksisitas obat dalam tubuh.
b.
Toksikologi yang menimbulkan ketergantungan ; mencari
hubungan perokok dengan gangguan paru paru dan mencari hubungan teknologi
dengan penggunaan obat.
c.
Toksikologi bahan makanan ; Memeriksa bahan bahan baku yang
digunakan.
d.
Toksikologi pestisida ; mengupayakan pestisida yang
digunakan bermanfaat pada manusia dan tidak merugikan manusia.
e.
Toksikologi pekerjaan ; Mempelajari segala jenis keracunan
dalam pekerjaan dan mencari mencari cara pencegahan racun tersebut.
f.
Toksikologi lingkungan ; menyelamatkan lingkungan dari
pencemaran bahan berbahaya.
g.
Toksikologi asidental; menagaani kecelakaan yang terjadi
karena zat beracun baik cara kriminal maupun kecelakaan.
h.
Toksikologi kedokteran forensic ; identifikasi perdagangan
obat terlarang, identifikasi racun dari bedah mayat.
i.
Toksikologi perang ; identifikasi penggunaan senjata nuklir,
gas air mata.
j.
Toksikologi nuklir/ sinar ; menangani senjata senjata yang
mempunyai reactor nuklir, radio aktif.
Dalam perkembangan lebih lanjut, toksikologi dibagi menjadi
5 cabang yaitu :
a.
Toksikologi Forensik; mempelajari masalah medico-legal dari
kasus kasus keracunan.
b.
Toksikologi Analitik; Mengenali bahan racun melalui analisis
cairan tubuh, isi lambung, tempat makanan yang dicurigai, dll.
c.
Toksikologi Klinik; Untuk mengatasi toksisitas khusus,
mengupayakan tindakan untuk menghilangkan gejala dan mengeluarkan racun
secepatnya dari tubuh dan memberikan antidotum jika ada.
d.
Toksikologi lingkungan ; mempelajari kebahayaan bahan bahan
kimia dimana manusia terpajan tanpa sengaja baik di lingkungan, makanan atau
lingkungan kerja.
e.
Toksikologi hukum : Melindungi masyarakat dengan membuat
undang2, peraturan, dan standar yang membatasi atau melarang penggunaan zat
kimia yang sangat beracun.
- Cara Kerja Racun
a.
Racun bekerja setempat (Lokal) ; menimbulkan rasa nyeri yang
hebat dan disertai peradangan, kematian dan shock.
Contoh :
1)
Racun bersifat korosif ; lisol , asam kuat , basa kuat.
2)
Racun bersifat iritan; arsen, sublimat
3)
Racun bersifat anestetik; kokain, fenol
b.
Racun bekerja sistemik (keseluruh tubuh melalui aliran
darah)
Contoh
:
1)
Narkotika, barbiturat, alcohol Jantung
2)
Insektisida golongan hidrokarbon yang mengandung klor dan
fosfor yang berpengaruh pada hati.
c.
Racun bekerja setempat dan sistemik
Contoh
:
1)
Fenol, arsen, Pb
2)
Fenol selain menimbulkan rasa nyeri (Lokal) juga menyebabkan
depresi pada susunan syaraf pusat.
- Pada korban yang masih hidup : 5 ml + serbuk Na.
Fenorida 1%
a.
Darah 10 ml 5 ml tanpa pengawet
b.
Urine
c.
Bilasan isi lambung
- Pada Mayat :
a.
Lambung dengan isinya : Lambung diikat pada 2 tempat, yaitu
berbatasan dengan kerongkongan dan berbatasan dengan usus 12 jari; hal ini
bertujuan : untuk menghindari hancurnya pil pil atau tablet yang tertelan.
b.
Usus dan isinya : sangat berguna terutama jika kematian
korban terjadi setelah beberapa jam kemasukan racun.
c.
Darah : diambil 50 ml ; bagi 2 diberi pengawet dan tidak
diberi pengawet.
d.
Hati : Tempat metabolisme racun yang terpenting.
e.
Ginjal : untuk identifikasi keracunan logam.
f.
Otak
g.
Urine : untuk tes pendahuluan dan juga tes narkoba.
- Bahan
Pengawet
Guna pengawet pada sampel
pemeriksaan toksikologi untuk mempertahankan kondisi sampel agar tidak
mengalami perubahan. Jenis pengawet yang sering digunakan :
a.
Alkohol absolut
b.
Larutan garam jenuh
c.
NaF + Na.Sitrat (2 gr NaF + 50 mg Na sitrat untuk tiap 10
sampel)
d.
Na Benzoat
e.
FMA (Fenil Merkuri Asetat).
- Pengiriman
sampel ke Laboratorium
Enam hal yang harus diperhatikan :
a.
Tempat sampel (botol) sebelum dipakai dicuci dengan kromat
yang hangat kemudian dibilas dengan aquadest lalu keringkan.
b.
Tiap wadah diisi satu jenis sampel
c.
Tulis bahan pengawet yang dipakai
d.
Wadah berisi sampel harus disegel dan diberi etiket (Nama
korban, sex, usia, tgl pengambilan, isi botol)
e.
Lampirkan surat permintaan pemeriksaan dari pihak penggugat.
f.
Sampel pada mayat harus diambil sebelum diawetkan.
No. |
Nama Bahan |
Banyaknya Yang Diambil |
1. |
Otak |
500
gr/seluruhnya |
2. |
Hati |
500
gr/seluruhnya |
3. |
Paru
paru |
1
bagian/seluruhnya |
4. |
Ginjal |
Kedua
ginjal |
5. |
Lambung |
Seluruh
lambung dan isinya |
6. |
Usus |
Seluruh
usus |
7. |
Cairan
Otak |
Sebanyak
mungkin |
8. |
Darah
Jantung |
50
-100 ml |
9. |
Darah
tepi |
50
-100 ml |
10 |
Empedu |
Seluruhnya |
11 |
Lemak
(dinding Perut) |
200
gr |
12 |
Rambut |
10
gr |
13 |
Kuku |
10
gr |
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :
1.
Keracunan makanan karena Bakteri
penghasil toksin
2.
Keracunan makanan karena Bakteri
bersifat infeksius
3.
Keracunan makanan karena zat
kimia
4.
Singkong, jengkol, tempe bongkrek
dan oncom
5.
Keracunan disebabkan oleh toksin
yang dihasilkan dalam makanan
bakteri penghasil toksin, antara
lain : B. cereus, C.botulinum, E.coli dan S.Aureus.
Toksin :
a.
Racun yang ditemukan di sejumlah hewan dan tumbuhan dan
mikroorganisme.
b.
Toksin Botulinum dibentuk saat C.Botulinum tumbuh –
toksinnya merupakan Protein
c.
Kurang lebih 500 gram toksin cukup untuk membunuh manusia !
1.
Clostridium botulinum
Racun
Botulisme adalah protein yang tidak tahan panas, serta dapat dihancurkan dengan
pendidihan ± 15 menit. Botulisme disebabkan oleh eksotoksin yang terbentuk pada
pertumbuhan clostridium botulinum, pada saat pengolahan, makanan awetan tanpa
asam. Makanan yang sering tercemar : Daging, ikan, sayuran, buah zaitun.
Dosis
Fatal dari toksin ini adalah makanan yang terkontaminasi < 5 ml (1sendok
teh), dosis toksik untuk botulinum tipe proteolitik 0.005- 0.1 mcg, sedangkan
dosis toksik untuk botulinum tipe non proteolitik 0.1-0.5 mcg. Toksin ini
menyebabkan kelumpuhan otot dengan memblokir syaraf penggerak sel sel lain.
Gejala
klinis yang timbul akibat keracunan toksin ini adalah : Mual, muntah, gangguan
penglihatan dan vertigo. Sementara gejala patologisnya adalah penyumbatan dan
pendarahan pada semua organ, khususnya susunan syaraf pusat. Pada hati dan
ginjal terjadi perubahan degeneratif.
Tindakan pencegahan terjadinya keracunan ini adalah :
a.
Perbaikan pada proses pengawetan makanan.
b.
Makanan yang diawetkan (makanan kaleng) dipanaskan ± 15
menit sampai suhu > 80 oC baru dihidangkan
c.
Perhatikan label, segel, bentuk kemasan(Kaleng cembung) pada
saat pembelian makanan
Perawatan pada pasien yang keracunan toksin botulinum adalah
:
a.
Penderita harus dirawat jangan menunggu sampai timbul gejala
b.
Tindakan darurat : Pencucian lambung dengan cara dibuat
muntah lalu lanjutkan dengan pencucian perut, kecuali pasien diare.
c.
Penawar : diberikan antitoksin botulisme sampai 50 ml,
sebelumnya lakukan tes sensitifitas terhadap serum dengan menyuntukkan
antitoksin yang diencerkan dalam saline 1 : 10 sebanyak 0,1 ml intradermal,
tunggu 1 jam baru diberikan dosis sebenarnya.
d.
Kejadian biasa : Gangguan pernapasan dibuat dengan
pernapasan buatan; pada kelumpuhan pernapasan, pernapasan dipertahankan dengan
pertolongan mekanis; pada beberapa pasien dianjurkan diberi Guanidin Hcl 15-40
mg/kg/hr peroral untuk mengembalikan neuromuscular block. Prognosis :
50% pasien keracunan berat meninggal. Sedangkan yang dapat bertahan hidup,
kesembuhannya sama sekali masih berbekas sampai lebih dari 1 tahun.
2.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri Infeksius
Bakteri
infeksius yang ditularkan melalui makanan, masuk dan berkembang biak di dalam
tubuh :
- Salmonella
- Campylobacter
- E.coli (jenis tertentu)
- V.Parahaemolityticus
- V.Cholerae, dll
- Salmonellosis
Terdapat 2200 serotip : 200 serotip merupakan penyebab
penyakit yang ditularkan makanan di eropa setiap tahun, 70 % kasus disebabkan
oleh S.enteritidis dan S.Typhymurium. Bahan makanan mentah yang
cenderung terkontaminasi Salmonella : unggas, daging, telur, Buah
buahan, kerang, rempah rempah dan jamu, air yang tidak diolah. Gejala klinis
utama Diare, demam, keram perut, muntah muntah. Tingkat kefatalan < 1%. Masa
inkubasi biasanya 12 – 36 jam. Orang yang berisiko tinggi terhadap kuman ini
adalah : Usia muda, usia tua, wanita hamil, kekebalan yang lemah dan
berpenyakit tertentu. Pada identifikasi di laboratorium terjadi haemoconsentration,
biakan feses di temukan salmonella dan organisme lain.
Pencegahan
terjadinya keracunan ini adalah :
a.
Salmonella rentan terhadap panas, sehingga masak terlebih dahulu
makanan yang akan dihidangkan (± 15 menit)
b.
Pasteurisasi cukup untuk membunuh salmonella pada
makanan dengan kelembaban tinggi.
c.
Pemanasan pada 70 oC selama 2 menit biasanya
cukup untuk membunuh 10 6 salmonella.
Perawatan
:
a.
Tindakan darurat : berikan Chlor promazine 25 – 100 mg
melalui rectal, jika perlu diulang setiap 4 jam untuk penderita muntah muntah
berat.
b.
Tindakan biasa : Istirahat ditempat tidur,dan tidak diberi
apa apa melalui mulut sampai muntah munta sesudah 4 jam, beri minum. Jika
muntah dan diare berat, jaga keseimbangan cairan tubuh dengan memberikan
larutan dextrose 5 % dalam saline.
3.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bahan kimia
Bahaya
bahan kimia dalam bahan Pangan :
a.
Cemaran Industri dan lingkungan
Bahan
Kimia |
Sumber |
Bahan
Pangan |
Timbal Kadmium Dioksin Merkuri |
Emisi
kendaraan, peleburan, cat, pelapis kaca Pengolahan
limbah selokan, peleburan Senyawa
tidak murni, pembakaran Klor
- alkalis |
Sayur
sayuran, makanan kaleng, makanan bersifat asam. Biji
bijian, sayuran, daging, kerang. Ikan,
susu, lemak hewan Ikan |
b.
Cemaran yang berasal dari bahan kimia turunan biologis
c.
Cemaran yang dihasilkan selama pengolahan
1)
Hidrokarbon aromatik berinti banyak
2)
Amina heterosiklik, nitropirene
3)
Nitrosamin
4)
Etil karbamat (Uretan).
d.
Bahan kimia pertanian yang digunakan secara tidak tepat
1)
Pestisida dan obat hewan : Anti mikroba, obat cacing,
terapi.
2)
Pupuk, Racun tikus dll.
e.
Bahan tambahan kimia yang digunakan secara tidak tepat
1)
Langsung : anti oksidan, pewarna, bahan pengawet, pemanis
dll
2)
Tidak langsung : deterjen, peralatan masak dll
3)
Bahan tambahan terlarang : Boraks, asam borat, formaldehida
dan
4)
Pewarna yang tidak aman : Rhodamine B
f.
Bahaya fisik
1)
Bahaya bahan kimia di Rumah :
a)
Makanan dan air yang tercemar
b)
Peralatan masak yang tercemar logam berat
c)
Piring keramik yang disepuh dengan bahan beracun
d)
Kristal bertimah yang dipakai untuk makanan asam
e)
Bahan kimia lain yang dipakai di rumah.
2)
Bahaya bahan kimia dalam makanan :
a)
Keracunan
Gejala :
mual, muntah dan diare, dan penyakit ini biasanya bertahan 24 – 48 jam
Perawatan
: Jika gejala terus berlangsung dan menunjukkan keracunan logam maka perlu
dilakukan perawatan khusus.
b)
Jengkol (Phetecolobium labatum)
termasuk Pete
Penyebab
Keracunan (asam amino yang mengandung belerang)
Asam
jengkolat : zat ini sukar larut dalam air
Urine
yang dianalisa di laboratorium :
Hablur
hablur Jengkol yang berbentuk ceper(Roset)
Gejala
gejala kejengkolan :
1)
Rasa nyeri didaerah pinggang
kadang kadang disertai kejang
2)
Kencing sedikit sedikit,
adakalanya berwarna merah dan putih
3)
Perut kembung dan tdk bisa BAB
4)
Urine berbau jengkol
Gejala keracunan jengkol berat :
1)
Rasa nyeri disekitar ginjal
2)
Rasa sakit waktu buang urine
3)
Perut kembung, mual, muntah
4)
Sukar BAB dan Flatus
5)
Tidak dapat buang urine sama
sekali karena pembuluh urine penuh dengan roset.
P3K :
1)
Berikan tepung bubuk norit
sebanyak 1 sendok setip 1 jam
2)
Berikan susu campur telur
3)
Berikan 4 butir bikarbonat
natriccus supaya urine menjadi basa
4)
Beri minum sebanyak mungkin
5)
Dibawa ke RS
Pencegahan :
1)
Jengkol rendam dahulu dengan air
panas selama semalam dan air rendaman sering diganti sebelum dimakan.
2)
Untuk menghilangkan asam
jengkolatnya, jengkol ditanam dahulu selama 2 – 3 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar