Rabu, 26 Agustus 2020

PARADIGMA BARU ILMU PENDIDIKAN MASA PANDEMI COVID – 19

“PARADIGMA BARU ILMU PENDIDIKAN MASA PANDEMI COVID – 19” 

Adanya perubahan yang terjadi pada pembelajaran pada saat masa pandemi COVID – 19 yakni perubahan model belajar yang awalnya luring (luar jaringan) kini berubah menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan) dengan batas waktu yang menentu dan memerlukan persiapan guru, siswa dan orang tua sehingga menyebakan perubahan secara psikologis pada siswa. Siswa menjadi jenuh di rumah karena sebagai pengganti pembelajaran siswa diberikan banyak tugas dengan batas waktu yang sudah ditentukan oleh guru hal itu akan membuat anak sibuk mengerjakan tugas di rumah yang mana hal tersebut menjadikan interaksi sosialnya terganggu sehingga membuat anak jadi stres, anak akan cenderung sering marah, agresif, pendiam, ketakutan serta mengalami gangguan makan dan tidur.

Anak yang mengalamai masalah tersebut pasti prestasi akademiknya menurun, maka perlu adanya regulasi diri dalam belajar yakni kemampuan untuk terlibat secara metakgonisi, afeksi dan behavioral dalam pembelajaran dengan cara mengelola pembelajarannya sendiri, mengumpulkan tugas tepat waktu, mengelola waktu belajar di rumah, mengatasi hambatan dalam mngerjakan tugas secara daring dan kreatif dalam mencari literatur dan bahan tugas dari berbagai sumber. Keberhasilan regulasi diri dalam belajar ditentukan oleh dukungan orang tua yang bersinergi dengan orang tua dan kemudahan akses sumber belajar.

Hakikat pembelajaran adalah kebebasan siswa/ anak untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang kondusif dan bermakna sehingga peserta didik atau anak benar – benar mempelajari subyek ketika diberi kebebasan untuk mengekplor diri tidak sekedar mendengarkan, membaca dan mengulang pelajaran. Fungsi pembelajaran saat ini adalah mengembangkan kemampuan atau keterampilan mengorganisasikan perilaku (belajar) secara efektif, memfasilitasi belajar yang baru berdasarkan pengalaman sebelumnya serta mengajarkan pemecahan masalah, namun saat ini kita dihadapkan pada kondisi pandemi sehingga menyebabkan menculnya bebrapa kebijakan pemerintah dalam proses pembelajaran, kebijakan tersebut antara lain social distancing, physical distancing dan PSBB yang tentunya kan mempengaruhi sektor pendidikan yakni dilarangnya pembelajaran dengan tatap muka dan digantikan dengan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah.

Pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah menyebakan pendidik atau guru bingung dan kurang fokus, untuk guru yang selama ini nyaman dengan cara ceramah mereka akan dituntut untuk cepat beradpatsi dalam menguasai teknologi IT, namun pada guru yang gaptek akan sangat berat dan sulit mengaplikasikan teknologi IT dalam pembelajaran. Dalam Surat Edaran Mendikbud no. 4 tahun 2020 tentang Belajar dari Rumah menyebutkan bahwa pembelajaran jarak jauh harus memberikan pengalaman belajar yang bermakna tanpa terbenani menuntaskan seluruh capaian kurikulum, memberikan variasi aktivitas dan tugas dengan memperhatikan ketersediaan fasilitas belajar lebih berfokus pada pendidikan kecakapn hidup dan memberikan umpan balik terhadap aktivitas belajar dari rumah secara kualitatif.

Alasan diberlakukannya belajar dari rumah antara lain :

1.      Mencegah penularan dan penyebaran COVID – 19 terhadap warga sekolah

2.      Melindungi warga sekolah dari dampak buruk COVID – 19

3.      Agar hak peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran tetap terpenuhi

4.      Untuk memenuhi dukungan psikososial pendidik, peserta didi dan orang tua

Pelaksanaan belajar di rumah dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu :

1.      Pembelajaran jarak jauh dalam jaringan, melalui tatap muka virtual

2.      Pembelajaran jarak jauh luar jaringan, melalui televisi, radio, LKS, bahan ajar cetak, media gambar, dll

Sikap pendidik dalam proses belajar dari rumah adalah memfasilitasi pembelajaran jarak jauh secara daring, luring dan kombinasi sesuai kondisi dan ketersediaan sarana prasarana pembelajaran, merencanakan, melakasanakan dan mengavaluasi proses pembelajaran tersebut dengan menyiapkan RPP. Dalam RPP tersebut terdapat kompetendi yang ingin dicapai dan berfokus pada life skills, menyiapkan materi, menentukan metode dan media interaksi serta menentukan instrumen evaluasi.

           Inti belajar dari rumah adalah :

1.      Kesiapan pendidik dalam meningkatkan kompetensi lewat daring

2.      Kesiapan peserta didik yang aktif mencarai sumber belajar secara mandiri

3.      Pendampingan orang tua pada saat atau selama proses belajar dari rumah dalam pembelajaran jarak jauh

4.      Ketersediaan sarana pendukug yang mencakup keterjangkauan dan kestabilan akses internet

IPS Jaman Now

 IPS Jaman Now

Implementasi Kurikulum 2013 masih banyak menjadi salah satu sumber ‘kebingungan’ yang harus dihadapi oleh para guru saat ini. Kebingungan tersebut disebabkan belum jelasnya bagaimana penerapan dan pengaplikasian Kurikulum 2013 tersebut di lapangan. Selain bingung tentang penerapan kurikulum 2013, saat ini para guru pengampu mata pelajaran (mapel) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga masih belum sepenuhnya bisa melaksanakan sesuai dengan apa yang dimandatkan dari kurikulum mapel IPS. Di lapangan saat ini banyak pengampu IPS, bukan dari lulusan sarjana Pendidikan IPS. Padahal saat ini FIS UNY mulai tahun 2013 Jurusan Pendidikan IPS telah meluluskan sarjananya. Namun, pemerintah sendiri sepertinya belum mengetahui hal tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya lowongan untuk guru IPS tetapi bukan dari lulusan Pendidikan IPS. Melihat dari latar belakang masalah tersebut, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) menggelar Seminar Nasional dengan tema “Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Generasi Emas”. Semnas yang digelar Rabu (2/10/2013) di Ruang Ki Hajar Dewantara FIS UNY ini menghadirkan pembicara, Prof. Said Hamid Hasan, Ph.D.,  Sardiman, AM. M.Pd., Kepala BKD DIY yang diwakili oleh Kepala Bidang Mutasi Pegawai BKD DIY, Prapto Nugroho, S.H. dan Guru SMP N 5 Yogyakarta, Arief Wicaksono, S.Pd.

Dalam sesi pertama Sardiman, AM., M.Pd. menyampaikan tentang perlunya pembaharuan dan urgensi pengembangan Kurikulum 2013. Sardiman terkesan dengan statemen  Menteri Pendidikan, Muh Nuh yang mengatakan bahwa “Kurikulum Indonesia belum pernah berubah. Artinya ending-nya tetap rapot dan NEM. Hal ini berarti bahwa perilaku guru dari mulai adanya kurikulum  tahun 1947 hingga kurikulum 2006 sama.” Itulah yang menjadi  salah satu alasan adanya pengembangan kurikulum.

Selain itu, tambah Sardiman, adanya persepsi masyarakat bahwa kurikulum pendidikan saat ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif. Selain itu, beban siswa untuk mata pelajaran terlalu berat namun kurang bermuatan karakter. Inovasi yang ada di Kurikulum 2013 adalah adanya mata pelajaran peminatan dan wajib. Mapel wajib yang ditempuh adalah Sejarah Indonesia dan mapel Ilmu Sejarah adalah mapel minat bagi siswa yang merasa berminat mendalami tentang ilmu sejarah. Sardiman menyampaikan tentang tema pengembangan

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam Kurikulum 2013 posisi guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik seperti yang telah dikenal, namun di kurikulum ini posisi guru juga sebagai fasilitator, leader, motivator, dan sebagai ‘pelayan dan driver-nya’ peserta didik.

Hamid Hasan dalam sesinya menyampaikan bahwa kedudukan pendidikan IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain adalah untuk memberikan kesempatan yang lebih besar bagi peserta didik guna mempelajari riancian yang diperlukan. Sementara untuk mapel IPS di SMP menggunakan pendekatan integratif dalam organisasi Kompetensi Dasar (KD) dan pembelajaran. Hamid juga menambahkan bahwa Kompetensi Dasar tersebut diintegrasikan dengan menggunakan konsep Geografi sebagai platform. Integrasi dalam KD dilakukan antara konten Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi. Yang nantinya bisa disebut sebagai Pembelajaran IPS Terpadu.

Hamid menuturkan, “Tujuan Pendidikan IPS adalah untuk menghasilkan warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif,“ tuturnya panjang lebar. Konten pendidikan IPS dalam Kurikulum 2013, menurut Hamid meliputi: 1) pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya; 2) ketrampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inqury), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa; 3) nilai-nilai kejujuran, kerja keras; sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut; 4) sikap: rasa ingin tahu, manidri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab. Demikian tutur Hamid di depan kurang lebih 200 orang peserta. (Sari)

IPS dalam Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum 2013 untuk SD/MI dan SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial.

Materi IPS yang Diajarkan dalam Kurikulum 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan. Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.

Berikut materi IPS SD yang diajarkan pada kurikulum 2013 pada masing-masing kelas adalah :

1.      Pada kurikulum 2013 di kelas I dan II SD mata pelajaran IPS terintegrasi ke dalam mata pelajaran lain seperti PPKn, Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Materi IPS yang diajarkan di kelas I SD lebih mengacu pada pendidikan karakter seperti bagaimana cara menghargai keberagaman penduduk, budaya, agama dan ras di Indonesia; mengajarkan siswa agar berbudi pekerti yang luhur; mengajarkan siswa bagaimana cara yang baik dalam kehidupan sosial; serta mengajarkan siswa bagaimana berperilaku yang baik dan benar.

2.      Untuk kelas III SD di beberapa sekolah banyak yang tidak menggunakan kurikulum 2013 sehingga materi IPS yang diajarkan kepada siswa adalah sebagai berikut : mengenal lingkungan sekitar, membuat denah lingkungan, pentingnya bekerja sama, jenis-jenis pekerjaan, kegiatan jual beli, dan mengenal uang.

3.      Pada kurikulum 2013 di kelas IV SD mata pelajaran IPS terintegrasi ke dalam mata pelajaran lain seperti PPKn, Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Materi IPS yang diajarkan di kelas I SD lebih mengacu pada pendidikan karakter dengan materi seperti berikut : menghargai kebhinekatunggalikaan dan keberagaman agama, suku bangsa; menyajikan bentuk-bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib,tradisi, dan adat dalam kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar; mengelompokkan identitas suku bangsa ( pakaian tradisional, bahasa, pakaian adat, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), social ekonomi ( pekerjaan orang tua), di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar; mengetahui keteladanan proklamator kemerdekaan RI melalui pengamatan; menunjukkan keteladanan tokoh proklamator kemerdekaan RI dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan setempat; menerima tempat tinggal dan lingkunyannya sebagaibagian NKRI (misal:empati terhadap kehidupan sekitarnya).

4.      Materi IPS yang diajarkan kepada siswa kelas V SD pada kurikulum 2013 adalah menunjukan prilaku cinta tanah air dan bangga pada produk Indonesia, memahami nilai-nilai kesejarahan kerajaan-kerajaan pada masa kerajaan Hindu, Budha, dan Islam melalui bacaaan dan pengamatan; melaksanakan hak dan kewajiban (bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum) sebagai warga negara dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan UUD 1945; memahami keragaman agama, sosial dan budaya dalam bingkai kebinekaan; Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa dalam kehidupansehari-hari melalui kegiatan ibadah dankegiatan sekolah; Menyajikan berbagai permasalahan sosial di lingkungan sekitar (kabupaten/kota, provinsi) melalui gambar, video, atau cerita; Menerima keputusan atas dasar kesepakatan (musyawarah mufakat) ; Menghargai kebhinneka tunggalikaan produk budaya; Menunjukkan perilaku cinta tanah airIndonesia dan banggaterhadap produk Indonesia; Mengetahui keanekaragaman sosial, budaya dan ekonomi dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika melalui pengamatan; Meneladani tokoh (pahlawan) yang berperan dalam perjuangan menentang penjajah hingga kemerdekaan Republik Indonesia

5.      Untuk kelas VI SD di beberapa sekolah banyak yang tidak menggunakan kurikulum 2013 sehingga materi IPS yang diajarkan kepada siswa adalah sebagai berikut : perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial, benua-benua di dunia, gejala-gejala alam di Indonesia dan negara-negara tetangga, perananan Indonesia pada era global, serta kegiatan ekspor impor.

            Pengorganisasian kurikulum merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau lebih yang menjadi satu kesatuan yang utuh, dan dalam pengaplikasian pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menjadi semangat dalam proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermakna karena senantiasa mengkaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sejalan denga hal tersebut masing-masing anak akan membangun sendiri pemahaman terhadap konsep atau pengetahuna yang baru dan anak menjadi arsitek dalam membangun dalam gagasan baru tersebut.

            Menurut Nasution terdapat tiga tipe kurikulum yakni, separated subject Curriculum, Correlated Curriculum, dan Integrater Curriculum. Berdasarkan dari tipe kurikulum diatas kajian mengenai kurikulum IPS 2013 masuk kedalam tipe kurikulum yang integrated atau terpadu, tidak terkotak-kotan tersendiri, melainkan membentuk satu kesatuan yang utuh antar materi pelajaran yang diajarkan.

            Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan IPS merupakan dua istilah yang sering diucapkan atau dituliskan dalam berbagai karya akademik secara tumpang tindih (overlaping). faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi ialah kurangnya sosialisasi sehingga menimbulkan perbedaan persepi. Faktor lain dimungkinkan karena krnganya forum akademik yang membahas dan memasyarakatkan istilah atau nomenklatur hasil kesepakatan komunikasi akademik.

            Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang isu-isu sosial dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, dan generalisasi. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu, masa sekarang, dan kecenderungannya di masa-masa mendatang. Pada jenjang SMP/MTs, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata palajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Kurikulum IPS 2013:2). Berdasarkan uraian tersebut, masalah umum dalam makalah ini dapat dirumuskan yaitu, mengenai analisis kurikulum IPS 2013.

A.    Kurikulum IPS

            Kurikulum integrated merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan  pendekatan antar budidang studi (Trianto,2007:47). Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan priorias kurikuler dan menemukn keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpangg tindih di dalam beberapa bidang studi (Fogarty,1991:76).

            Kelebihan dari tipe integreted yakni, (1) adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang. (2) memotivasi siswa dalam belajar. (3) tipe integreted juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Tipe ini guru tidak perlu mengulang kembali mteri yangtumpang tindih, sehingga tercapailaj efisiensi dan efektifitas pembelajaran.

            Selain terdapat kelebihan pada kurikulum integrasi IPS, juga terdapat kekurangan diantaranya, (1) terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan yang diperioritaskan. (2) penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe integrasi secara utuh. (3) tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya. (4) pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari msing-masing bidang studi menurut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

B.     Perubahan Pada IPS

No

Implementasi kurikulum lama

Kurikulum baru

1.

Materi disajikan terpisah menjadi Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.

Materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi.

2.

Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar.

Menggunakan geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam  memperkokoh NKRI. Kajian sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh.

3.

Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan masa kajian.

Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya.

            Pengorganisasian kurikulum merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau lebih yang menjadi satu kesatuan yang utuh, dan dalam pengaplikasian pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menjadi semangat dalam proses pembelajaran serta pembelajaran menjadi lebih bermakna karena senantiasa mengkaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terdapat tiga tipe kurikulum yakni, separated subject Curriculum, Correlated Curriculum, dan Integrater Curriculum. Berdasarkan dari tipe kurikulum diatas kajian mengenai kurikulum IPS 2013 masuk kedalam tipe kurikulum yang integrated atau terpadu, tidak terkotak-kotan tersendiri, melainkan membentuk satu kesatuan yang utuh antar materi pelajaran yang diajarkan.

            Kelebihan dari tipe integreted yakni, (1) adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi. (2) memotivasi siswa dalam belajar. (3) tipe integreted juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat. Selain terdapat kelebihan pada kurikulum integrasi IPS, juga terdapat kekurangan diantaranya, (1) terletak pada guru. (2) penerapannya. (3) tipe ini memerlukan tim antar bidang studi. (4) pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari msing-masing bidang studi menurut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

            Kurikulum IPS 2013 sekarang, materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi. Menggunakan geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam  memperkokoh NKRI. Kajian sejarah, sosiologi, budaya, dan ekonomi disajikan untuk mendukung terbentuknya konektivitas yang lebih kokoh. Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sehingga siswa dapat memahami pentingnya keterpaduan antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya.

 

 

 

Manusia dan Pendidikan

 A.      Manusia Dan Pendidikan

Manusia adalah Makhluk yang berakal budi/insanul kamil artinya makhluk yang paling sempurna. Manusia sebagai makhluk yang berpolitik (zon politicon), makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang berbudaya, makhluk yang berbahasa, makhluk yang berbicara (Nata, 2009 : 29). Manusia yang lahir dari proses Pendidikan.bukan hanya manusia yang dididik tetapi juga manusia yang mendidik dalam hal ini dalam arti luas ,Pendidikan yaitu  segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan indinidu sebagai pengalaman belajar dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup,selalu cenderung untuk mengetahui segala sesuatu di sekelilingnya.dari rasa ingin tahu timbul pengetahuan.

         Dalam hidupnya manusia digerakkan sebagian  oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi  oleh tanggung jawab oleh kebutuhan. Untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi  oleh tanggung jawab oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan sebagian lagi  oleh tanggung jawab social dalam masyarakat. Manusia social dalam masyarakat. Manusia bukan hanya mempuyai kemampuan –kemampuan tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan dan juga tidak hanya  mempuyai sifaf-sifat yang baik namum juga mempunyai sifat sifat yang kurang baik.maka dari itu manusia sangat membutuhkan Pendidikan, karena melalui pendidikan, karena melalui pendidikan manusia mempunyai kemampuam-kemampuan mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik dan melaluai pendidikan kemampuantingkah laku manusia dapat di dekati dan di analisis secara murni,

Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok, dll. Semua itu bercampur  menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maksimal atau tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka.

Dalam hal ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan.Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.

Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.

Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori. Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa, bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan merusak kodrat manusia. Apabila digunakan secara negative.

Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan.

B.       Keharusan Pendidikan

Manusia sejak lahir sangat membutuhkan bantuan orang lain, khususnya kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan seandainya anak manusia pada saat lahir dibiarkan begitu saja oleh ibunya, tanpa sentuhan apapun sedikitpun. Dengan mengabaikan kekuasaan Tuhan, kematianlah yang akan menjemputnya pada anak yang ditelantarkan tersebut.Keharusan mendidik anak telah disebut-sebut, misalnya karena anak pada saat lahir dalam keadaan tidak berdaya, anak tidak langsung dewasa, sehingga anak memerlukan perhatian dan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan kemampuan anak menyebabkan ia perlu mendapat pendidikan. Keterbatasan anak dikarenakan, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan ia tidak langsung dewasa.

Keharusan manusia untuk mendapatkan pendidikan dikarenakan sebagai berikut :

a.        Manusia  Dilahirkan dalam Keadaan Tidak Berdaya

Dilihat dari sudut anak, pendidikan merupakan suatu keharusan. Pada waktu lahir anak manusia belum bisa berbuat apa-apa. Sampai usia tertentu anak masih memerlukan bantuan orang tua. Begitu anak lahir ke dunia, ia memerlukan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya, dan berdiri sendiri, berbeda dengan binatang yang begitu lahir sudah dilengkapi kelengkapan fisiknya dan dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya anak harimau begitu lahir sudah dilengkapi dengan bulu yang dapat melindungi tubuhnya dari kedinginan. Begitu lahir setelah dibersihkan oleh induknya anak harimau tersebut sudah bisa bergerak untuk mencari susu induknya, walaupun belum memiliki kemampuan melihat secara normal.

Beberapa jenis hewan yang baru keluar dari telurnya langsung bergerak seperti pada kura-kura, buaya, dan sebagainya. Begitu juga pada binatang lainnya khususnya binatang menyusui seperti kuda, kambing, kera dan sebagainya.Hal tersebut tidak demikian pada manusia. Manusia perlu mendapat bantuan orang lain untuk dapat menolong dirinya untuk sampai kepada dewasa. Masa pendidikan manusia memerlukan waktu yang lama karena di samping manusia harus dapat mempertahankan hidupnya dalam arti lahir, ia juga harus memiliki bekal yang berkaitan dengan moral, memiliki pengetahuan, dan keterampilan lainnya yang diperlukan untuk hidup.

Makin tinggi peradaban manusia, makin banyak yang harus dipelajari agar dapat hidup berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.Oleh karena itu, anak/bayi manusia memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup dengan belajar setahap demi setahap untuk memperoleh bekal nilai-nilai moral, memiliki kepandaian dan keterampilan, serta pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat berdiri sendiri yang semuanya itu memerlukan waktu yang cukup lama. Dilihat dari orang tua pendidikan juga merupakan suatu keharusan.

Tanpa ada yang memaksa, dengan sendirinya orang tua akan mendidik anaknya. Hal tersebut disebabkan karena adanya rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab dari orang tua terhadap anaknya. Perasaan kasih sayang merupakan fitrah kemanusiaan yang akan timbul dengan sendirinya pada manusia. Rasa tanggung jawab menyebabkan orang tua, bahwa anak itu perlu memperoleh bimbingan agar ia di kemudian hari dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Anak perlu mendapat pendidikan dan orang tua merasa wajib untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Keduanya bertemu dalam kegiatan pendidikan yang berlangsung secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga.

Pendidikan karena dorongan orang tua, yaitu hati nuraninya yang terdalam yang memiliki sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi fisik, sosial, emosi, maupun intelegensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian, memperoleh kebahagiaan hidup yang dicita-citakan, sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnya anak tersebut yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya.

b.        Manusia Lahir Tidak Langsung Dewasa

Untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus, memerlukan wazktu lama. Pada manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini. Pada manusia primitif cukup dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, di mana apabila seseorang sudah memiliki keterampilan unuk hidup, khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal nilai-nilai atau norma-norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa. Dilihat dari segi usia, misalnya usia 12-15 tahun, pada masyarakat primitif sudah dapat melangsungkan hidup berkeluarga. Pada masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih kompleks, sesuai dengan makin kompleksnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleksnya sistem nilai. Untuk mengarungi kehidupan yang dewasa, manusia perlu dipersiapkan, lebih-lebih pada masyarakat modern. Bekal tersebut dap[at diperoleh dengan pendidikan, di mana orang tua atau generasi tua akan mewariskan pengetahuan, nialai-nilai, serta keterampilannya kepada anak-anaknya atau pada generasi berikutnya.Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.

c.        Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memiliki perilaku hewan. Seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing, karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya.Manusia hidup bersama orang lain, tidak sendirian. Mereka menentukan berbagai perjanjian agar hidup bersama itu menguntungkan kedua belah pihak.

Menguntungkan bagi masyarakat, dan juga menguntungkan bagi kehidupan individu masing-masing. Manusia sebagai makhluk sosial, disamping memiliki dorongan untuk hidup secara individual, ia juga menunjukan gejala-gejala sosial. Ia senang hidup bersama dengan orang lain.Seorang manusia perlu mencapai suatu taraf kedewasaan tertentu agar ia dapat hidup bersama dengan orang lain. Kalau tidak, akan berbuat di luar perjanjian (kebiasaan, adat, aturan) yang berlaku. Hal itu berarti bahwa ia tidak dewasa secara sosial. Walaupun secara biologis ia sudah matang, tetapi untuk hidup bersama dengan orang lain, ia perlu mendapatkan pendidikan.

Kalau manusia bukan makhluk sosial, atau ia tidak hidup bersama-sama dengan orang lain, pada hakikatnya ia hidup sendiri-sendiri. Maka hidup manusia itu tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan. Dalam kehidupan seperti ini, manusia tidak dapat dipengaruhi, karena ia telah membawa pola hidupnya yang tetap dan tidak perlu lagi belajar dari orang lain atau melalui apapun. Ia sudah dalam keadaan matang untuk mengikuti kehidupan yang polanya sudah ada (terjadi). Dalam keadaan demikian, pendidikan tidak perlu lagi karena memang tidak diperlukan.

d.       Manusia sebagai Makhluk Individu yang Berdiri Sendiri

Pengertian makhluk sosial tidak berarti bahwa individu (perorangan) tidak ada. Pengertian sosial harus diartikan bahwa manusia hidup bersama dalam kepribadian sendiri-sendiri. Ia masih tetap berdiri sendiri, namun bersama-sama dengan orang lain. Pergaulan hidup, adalah hidup antara pribadi-pribadi (individu-individu) satu sama lain. Tidak berarti bahwa individu itu luluh menyatu dengan yang lain, seperti halnya boneka-boneka yang hanya bergerak dengan pola yang sama. Manusia memang hidup bersama, namun tetap secara individu dan individu.Dengan adanya pribadi-pribadi orang perorangan yang berbeda, karena itulah pendidikan diperlukan, karena setiap orang yang bersifat individu itu perlu belajar hidup dengan individu lannya. Pendidikan tidak mendidik agar setiap orang (individu) dapat berperilaku sebagai individu bersama dengan individu lainnya.

e.        Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Bertanggung Jawab

Seorang manusia mampu atau tepatnya harus mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Setiap tindakan manusia membawa akibat, dan sering kali akibat itu menimpa orang lain, karena kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Seekor hewan kalau berbuat sesuatu tidak akan mengerti akibat yang timbul dari tindakan tersebut, karena ia tidak mampu berpikir, dan tindakannya hanya didasarkan oleh insting belaka.Manusia akan dapat memperhitungkan akibat tindakannya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Karena itulah manusia patut diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatannya, karena kita pradugakan ia akan mengerti apa akibatnya. Pendidikan di samping mengajar orang agar menjadi tahu, dan terampil, pendidikan juga mengembangkan sikap. Sikap yang utama adalah sikap tanggung jawab, karena makhluk sosial manapun memang harus bertanggung jawab.

Bertanggung jawab adalah sejajar dengan manusia sebagai makhluk sosial. Kalau sikap bertanggung jawab tidak dimiliki setiap oleh setiap insan, maka kehidupan akan kacau, kaerena manusia akan bertindak semaunya, setiap orang hanya akan menuruti kehendaknya sendiri, dan tidak akan bertahan hidup lama.Pendidikan itu sendiri merupakan tindakan yang bertanggung jawab, yaitu bertanggung jawab terhadap generasi manusia sel anjutnya, karena kita tahu bahwa setiap anak membutuhkan bantuan. Kalau tidak bertanggung jawab terhadap generasai berikutnya, mereka akan terlantar. Disinilah pendidikan bertanggung jawab bagi kelanjutan kehidupan dan hidup generasi berikutnya.Untuk melaksanakan pendidikan diperlukan adanya kesediaan anak didik untuk menerima pengaruh. Pada saat anak masih kecil kesediaan ini belum ada, baru timbul kemudian kalau anak itu merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu dan perlu bantuan orang lain, sehingga ia perlu belajar dari orang lain. Selama anak belum mau menerima pengaruh orang lain diluar dirinya, tidak akan muncul ketaatan terhadap pihak lain yang berusah mempengaruhinya. Kalau anak sudah menyadari kekurangannya, ia akan mau menerima pengaruh dan mau taat, dengan kata lain ia mau menerima kewibawaan pendidik.

f.         Sifat Manusia dan Kemungkinan Terjadinya Pendidikan

Apa sebabnya pendidikan hanya terjadi pada manusia? Pada tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup sama sekali tidak terjadi pendidikan. Pada tingkat hewan ada perilaku yang mirip dengan pendidikan, namun sangat jauh berlainan dengan pengertian pendidikan yang sebenarnya. Tindakan yang mirip pendidikan itu disebut “dressur” ( pembiasaan dan dilatih terus menerus).Anak anjing meniru induknya, dengan jalan bermain-main, dia melepaskan dorongan untuk berkelahi. Dia berkelahi ( main-main ) dengan induknya, sedangkan induknya sengaja membuat dirinya seperti bermain berkelahi juga.

Kejadian tersebut seolah-olah pada induk anjing ada keinginan untuk “ mendidik “ anaknya. Dorongan untuk bermain seperti itu pada anjing-anjing tersebut tidak didasarkan atas kesadaran bahwa dirinya ( anak anjing ) tidak mampu, yang harus belajar kepada anjing lain. Bukan itu yang menjadi alasan anak anjing dan induknya bermain, namun didasarkan dorongan untuk berbuat, bergerak. Pada anjing-anjing tersebut tidak ada kesengajaan untuk berbuat atas kesadaran atas kekurangan dan ketidak mampuannya. Misalnya sang induk anjing sadar bahwa anaknya tidak mampu dan masih banyak kekurangan dalam pengalamannya.

Dari anak anjing tidak ada kesediaan menerima pengaruh dari induknya, tidak ada kewibawaan. Pada manusia juga terjadi “ dressur “ pada saat anak belum memiliki kesadaran akan kekurangan dirinya. Pada saat itu anak merasakan untuk meniru dan berbuat, akan berbuat sesuatu. Anak usia sekitar 2 – 6 tahun misalnya, ia akan berbuat apa saja, ia bergerak menurut kemauannya. Anak dibelikan sepeda oleh ayahnya agar anak bisa naik sepeda dan ayahnya mendorong sepeda tersebut. Namun apa yang terjadi anak tidak mau naik sepeda, bahkan ia akan turun dan mendorong sepeda tersebut seperti ayahnya mendorong sepeda tadi.

Contoh lain anak akan mengambil benda yang ia temukan disekelilingnya, melihat pisau (padahal pisau itu sangat tajam) ia akan ambil dan digosok-gosokkan seperti menirukan ibunya mengguanakan pisau tersebut, mungkin juga digosokan ke tangannya. Sang ibu sangat cemas berkata setengah berteriak, “ Auuu…anakku sayang jangan pake pisau itu, ibu pinjam ya sayang”. Sang anak tidak mau melepaskan pisau itu. Kalau diambil secara paksa ia akan menangis, caranya cari pisau lain atau benda lain yang menyerupai pisau yang tumpul lalu berikan kepadanya.Anak melihat orang tuanya waktu mandi menggosok gigi, dengan gesitnya anak mengambil sikat gigi ibunya dan ingin pakai pastanya.

Disinilah si ibu mencoba melatih si anak untuk menggosok giginya, dan si anak dengan senangnya menggosok giginya walaupun tidak benar. Anak makan dengan orang tuanya, ia memperhatikan orang tuanya memakai sendok dan garpu, dengan cepatnya sang anak mengambil sendok makan, walaupun cara memegangnya dan cara memasukan ke mulutpun belum pas dan benar. Disini sang ibuu melatih anaknya membetulkan bagaimana cara memegang sendok, dan bagaimana memasukannya kedalam mulutnya.Dalam kejadian di atas, ayah melatih anaknya naik sepeda dan ibunya melarang anaknya menggunakan pisau supaya jangan bermain dengan pisau, ibu melatih anaknya menggosok gigi, sang ibu melatih anaknya menggunakan sendok, itu semuanya belum temasuk pendidikan yang sebenarnya, karena anak belum memahami, menyadari apa artinya perintah atau kemauan ayahnya untuk naik sepeda, dan anak juga tidak paham mengapa ibunya melarang bermain dengan pisau, mengapa harus menggosok gigi dan mengapa makan haruus pakai sendok. Yang dilakukan oleh kedua orang tua anak itu bukan pendidikan dalam arti sesungguhnya melainkan merupakan suatu “ dressur “.Jadi dengan sifat anak suka meniru beridentifikasi dengan orang lain, suka bermain, bisa menerima pengaruh dan menerima kewibawaan orang lain, merupakan keharusan bagi orang tua ( pendidik ) membimbingnnya. Pendidikan harus menjadi contoh bagi anak didiknya, memberi pengaruh yang positif untuk mengisi kedewasaan anak kelak.

DAFTAR PUSTAKA

http://yohanasariikippgriptk.blogspot.com/2017/04/makalah-manusia-dan-pendidikan.html

kamus besar Bahasa Indonesia,Nata 2009 Balai Pustaka

http://filsafat.kompasiana.com/2014/04/05/hubungan-antara-filsafat-pendidikan-dan-manusia-646654.html

http://gittawulanda.blogspot.com/2012/02/makalah-keharusan-dan-kemungkinan.html

PEMBUKUAN SECARA KOMPUTERISASI

Pengertian Komputerisasi Akuntansi dapat digambarkan sebagai sistem akuntansi yang menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak akuntansi...