1.
Asuhan Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja
1.1
Pengertian
1)
Reproduksi adalah proses melanjutkan keturunan pada
manusia.
2)
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
3) Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang kita
miliki oleh remaja.
4) Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi
sehat dari sistem. Fungsi dan proses reproduksi remaja, yang mana pengertian
sehat tersebut tidak semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan,
namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
1.2
Macam-macam Reproduksi Sehat
Kondisi reproduksi seseorang
dikatakan sehat jika :
1.
Aman
dari kemungkinan hamil tak diinginkan (KTD).
2.
Terlidung
dari praktek reproduksi yang berbahaya.
3.
Bebas
memilih alat kontrasepsi yang cocok baginya.
4.
Punya
akses terhadap informasi kontrasepsi dan reproduksi.
5.
Punya
akses perawatan kehamilan dan persalinan yang aman.
1.3
Tujuan Kesehatan Reproduksi
ü Pengembangan kehidupan seksual yang sehat dan mempunyai kapasitas
yang sesuai dan hubungan yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan
seksual.
ü
Dapat
memenuhi keinginan jumah anak secara aman dan sehat sesuai
keinginan.
ü Dapat menghindari penyakit dan gangguan
yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi dan menerima pelayanan yang
layak.
ü Bebas dari kekerasan dari praktek yang
membahayakan sehubungan dengan seksualitas dan reproduksi (BKKBN, 2004).
1.4
Kurun reproduksi sehat
Kesiapan seorang perempuan
untuk hamil dipengaruhi oleh beberapa kesiapan, diantaranya : kesiapan fisik,
mental dan sosial ekonomi.
1.
Kesiapan Fisik
Secara umum usia
reproduksi perempuan antara 20 – 35 tahun. Bila dalam usia dibawah atau diatas
usia tersebut dinamakan dengan kondisi resti (resiko tinggi), jika dibawah usia
standart organ wanita dianggap belum siap, sedangkan jika di atas usia standart
dianggap beresiko karena tubuhnya berhenti tumbuh.
2.
Kesiapan Mental
Waktu dimana seorang pasangan telah siap sebagai orang tua, yaitu telah
siap secara mental menjadi orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya.
3.
Kesiapan Sosial Ekonomi
Seorang remaja dikatakan siap jika ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri,
seperti : pakaian, makan minum, tempat tinggal, dan pendidikan bagi calon
anaknya kelak (BKKBN, 2004).
1.5
Komponen Kebijaksanaan
Reproduksi
§
Program
kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Peristiwa
kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan kurun kehidupan wanita yang
paling tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, dan makna kematian
seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya kehidupan sebuah
keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga sulit digantikan. Untuk
mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan persalinan, harus
dilakukaun pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan yangcepat dan
tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat. Upaya intervensi dapat
berupa pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus dan pelayanan
postnatal atau masa nifas. Informasi yang akurat perlu diberikan atas
ketidaktahuan bahwa hubungan seks yang dilakukan, akan mengakibatkan kehamilan,
dan bahwa tanpa menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan bisa
terjadi. Dengan demikian tidak perlu dilakukan pengguguran yang dapat mengancam
jiwa.
§
Program Keluarga Berencana
Promosi KB dapat
ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu sekaligus kesejahteraan
keluarga. Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga atas dasar
cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik bagi
kehidupan suami istri dan anak-anak mereka serta masyarakat. Keluarga berencana
bukan hanya sebagai upaya/strategi kependudukan dalam menekan pertumbuhan
penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga merupakan
strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu melalui
pengaturan jarak dan jumlah kelahiran. Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan pandangan klien atau pengguna pelayanan.
§
Program Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan
masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana
terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari
bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai
dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat,
menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi
belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan
pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi remaja ini.
§
Program Pencegahan dan
penanganan Penyakit Menular Seksual Termasuk HIV/ AIDS
Pencegahan
dan penanganan infeksi ditujukan pada penyakit dan gangguan yang berdampak pada
saluran reproduksi. Baik yang disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti
Tuberculosis, Malaria, Filariasis, dsb; maupun penyakit infeksi yang tergolong
PMS (penyalit menular seksual), seperti gonorrhoea, sifilis herpes genital,
chlamydia, dsb; ataupun kondisi infeksi yang berakibat infeksi rongga panggul
(pelvic inflammatory diseases/ PID) seperti alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR), yang dapat berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, misalnya
kemandulan, hal mana akan menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu yang juga
sangat mendesak saat ini adalah upaya pencegahan PMS yang fatal yaitu infeksi
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
§ Program Reproduksi pada Usia lanjut
Melengkapi siklus kehidupan
keluarga, komponen ini akan mempromosikan peningkatan kualitas penduduk usia
lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi (menopouse/adropause).
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui skrining keganansan organ reproduksi misalnya
kanker rahim pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi
hormonal dan akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain-lain. Hasil akhir yang
diharapkan dai pelaksanaan kesehatan reproduksi yang dimodifikasikan dari
rekomendasi WHO tersebut adalah peningkatan akses :
a.
Informasi
secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi masalah kesehatan
reproduksi , manfaat dan resiko obat, alat, perawatan, tindakan intervensi, dan
bagaimana kemampuan memilih dengan tepat sangat diperlukan.
b.
Paket
pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang menjawab kebutuhan wanita
maupun pria.
c.
Kontrasepsi
(termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif
d.
Kehamilan
dan persalinan yang direncanakan dan aman
e.
Pencegahan
dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tidak aman.
f.
Pencegahan
dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS).
g.
Informasi
secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang, libido, dan
perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.
Pengukuran
perubahan-perubahan yang positif terhadap hasil akhir diatas akan menunjukkan
kemajuan pencapaian tujuan akhir; pelayanan kesehatan dasar yang menjawab
kebutuhan kesehatan reproduksi individu, suami-istri dan keluarga, hal mana
menjadi dasar yang kokoh untuk mengatasi kesehatan reproduksi yang dihadapi
seseorang dalam kurun siklus reproduksinya.
1.6 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
ü Memberikan informasi penting tentang reproduksi, seksual, KB,
aborsi, PMS, dan HIV/ AIDS, peran gender.
ü Memberikan pelayanan KRR oleh petugas
kesehatan yang peduli remaja.
ü Pemberdayaan remaja melalui ketrampilan untuk menjalani hidup
1.7 Kunci keberhasilan Kesehatan Reproduksi Remaja
ü Memberikan informasi tentang seksual yang
tepat dan lengkap
ü Menyediakan pelayanan perduli remaja
ü Melibatkan remaja di dalam perencanaan
program
ü Melatih petugas khusus untuk menangani
remaja
ü Menjaga kerahasiaan informasi remaja
ü Menigkatkan dukungan masyarakat untuk
pengembangan remaja
1.8 Kegiatan Reproduksi Remaja
ü Memberi pendidikan siswa di sekolah dan
diluar sekolah
ü Mengembangkan ketrampilan untuk hidup
ü Melaksanakan semua kegiatan kunci
ü Melayani KB, HIV, remaja hamil
ü Melayani remaja yang tidak terjangjau
pelayanan kesehatan
ü Mencegah masalah KRR : kehamiln, PMS, dan
HIV/ AIDS
ü Melakukan advokasi untuk mendapat dukungan
masyarakat
ü Memasukkan kesetaraan gender
ü Menghilangkan hambatan pada pelayanan
kesehatan reproduksi
1.9 Pembinaan Kesehatan reproduksi Remaja
·
Tujuan umum
Meningkatkan derajat
kesehatan remaja sebagai generasi penerus dan calon orang tua yang bertanggung
jawab
·
Tujuan khusus
ü Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku hidup sehat remaja
ü Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
petugas kesehatan dalam pelayanan KRR
ü Meningkatkan peran serta masyarakat
terhadap KRR
1.10
Sasaran Kesehatan reproduksi
remaja
ü Kelompok remaja berusia 10 – 19 tahun
disekolah dan diluar sekolah
ü Orang tua atau keluarga yang punya anak
remaja
ü Pemimpin formal (guru) dan informal (tokoh
agama, tokoh masyarakat).
ü LSM, organisasi profesi, donor.
ü Pembuat keputusan
ü Anggota legislatif.
1.11
Kegiatan Kesehatan reproduksi
remaja
·
Desa
ü Konseling dan informasi tentang kesehatan
dan reproduksi remaja
ü Pemeriksaan fisik untuk diagnosa anemi dan
KEK
ü Rujukan khusus reproduksi remaja
·
Puskesmas
ü Konseling dan informasi tentang kesehatan
dan reproduksi remaja
ü Pemeriksaan fisik untuk diagnosa anemi dan
KEK
ü Pelayanan kesehtan remaja melalui jalur
sekolah
ü Penanganan kasus reproduksi remaja dan
rujukannya
·
Rujukan primer
ü Konseling dan informasi tentang kesehatan
dan reproduksi remaja
ü Pemeriksaan kesehtan remaja
ü Pengembangan kerjasama dengan sekolah
setingkat SMP/ SMU di Kabupaten
ü Pelayanan komprehensif KRR
1.12 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
ü Sepanjang siklus kehidupan: pembuahan, bayi, anak, balita, anak usia
sekolah, remaja, usia subur, usia tua.
ü Wanita dan pria
ü Termasuk hak reproduksi, kesejahteraan, martabat, pemberdayaan
wanita dan tanggung jawab pria.
2.1 Konsep Kesehatan Reproduksi
Wanita
Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi
tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima
kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan
dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda.
Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
a. Wanita
menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan
fungsi reproduksinya.
b. Kesehatan
wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan
dilahirkan.
c. Kesehatan
wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatasnamakan
"pembangunan" seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
d. Masalah kesehatan
reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia
menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan
kependudukan (Beijing dan Kairo).
Berdasarkan
konsep di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan
pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi
kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan
kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.
2.2 Definisi Kesehatan
Reproduksi Wanita.
Empat hal pokok dalam
reproduksi wanita yaitu :
1.
Kesehatan
reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
2. Penentuan dalam keputusan
reproduksi (reproductive decision making)
3. Kesetaraan pria dan wanita
(equality and equity for men and women)
4. Keamanan reproduksi dan seksual
(sexual and reproductive security)
Adapun definisi tentang arti
kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai
keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi.
Selain itu juga disinggung hak
produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan
atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.
2.3 Indikator
Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita.
Dalam pengertian
kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai
pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial
(masyarakat). Intinya tujuan kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas
hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di
negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara
tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita.
Indikator-indikator
permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
a.
Gender
Adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan
jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi
sosial mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam
konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
b. Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
-
Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
- Persediaan air yang kurang, sanitasi yang
jelek dan perumahan yang tidak layak.
- Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
c. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan
mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah
tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam
situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena
laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini
bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh
pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat
kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih
besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan
mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri
sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan
masyarakat.
d. Kawin muda
Di negara
berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi
(biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap
kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena
faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini
berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di
samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang
menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya
akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
e. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di
negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak
sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun
berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi
yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita
sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria
untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi
yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga
membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan
menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun
mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit
menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan
pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu
berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti
diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
f. Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja
jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di
seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita
mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis,
stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu
kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan
membahayakan. Di India banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya
pada musim panen karena wanita terus-terusan bekerja keras. Di bidang pertanian
baik pria maupun wanita dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida), tetapi
akan lebih berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh
terhadap janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di
industri-industri misalnya panas yang berlebih - lebihan, berisik, dan cahaya
yang menyilaukan, bahan kimia, atau radiasi. Peran gender yang menganggap status
wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator lain seperti
kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan
wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan
reproduksinya.
2.4 Kebijaksanaan
Pemerintah tentang Kesehatan Reproduksi.
Kebijaksanaan
Pemerintah berkaitan dengan Reproduksi Wanita Indonesia dalam usaha
mengendalikan jumlah penduduknya, pemerintah membuat keluarga berencana (KB)
sebagai salah satu solusinya. Untuk itu Indonesia pada tahun 1996 mendapat
penghargaan dari PBB berupa United Nation Population Award atas prestasinya
dalam mengendalikan jumlah penduduknya melalui KB. Ironisnya keberhasilan ini
tidak diimbangi dengan kesehatan ibu dan anak. Hal ini masih ditandai dengan
tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Tingginya kematian bayi
menggambarkan rendahnya posisi ibu wanita dalam keluarga, kurangnya perhatian
keluarga dan lingkungannya, serta kurangnya pengetahuan wanita untuk mendukung
upaya peningkatan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya. Untuk
mengantipasi ini pemerintah telah mencanangkan gerakan nasional yang disebut
Gerakan Sayang Ibu (GSI). Gerakan ini harus dapat mencegah tiga terlambat yaitu :
1.
Terlambat mengenali bahaya dan mengambil keputusan
mencari rujukan
2.
Terlambat mencapai fasilitas rujukan (transportasi).
3.
Terlambat memperoleh pertolongan yang adikuat ditempat
rujukan.
GSI diharapkan
melakukan kordinasi yang kokoh dengan pemerintah, masyarakat, serta dengan
dukungan kepedulian dan partisipasi kaum pria (suami). Selanjutnya melalui GSI
masyarakat dan pemerintah melakukan upaya bersama yang terdiri :
1.
Upaya peningkatan status dan peran wanita,
2. Upaya pemberdayaan bumil, keluarga
clan masyarakat,
3. Upaya pelayanan KB bagi wanita
subur yang membutuhkan
4. Upaya pelayanan ante natal care
yang universal,
5.
Upaya pendataan dan pengembangan rujukan berbasis
masyarakat
6.
Upaya pelayanan gawat darurat obstetrik bagi setiap bumil
Adapun sasaran
dalam hal kesehatan reproduksi dalam Pelita VI yang ditargetkan oleh pemerintah
adalah :
1.
Penurunan
AKI dari 421/100.000 menjadi 225/100.000 kelahiran hidup ditargetkan pada tahun
1999.
2.
Peningkatan cakupan pemeriksaan ante natal care dari 81 %
menjadi 90%,
3.
Peningkatan
cakupan pelayanan nifas termasuk penyuluhan ASI ekslusif, serta pemberian
tablet besi dan vitamin A.
4.
Peningkatan kesertaan KB dn kualitas pelayanan KB menuju
angka idealisme dan fertilitas, jarak antar persalinan, dan usia ibu pada
kehamilan pertama.
5.
Peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari
50% menjadi 55,5%
6.
Peningkatan rujukan kasus resiko tinggi kehamilan dari
20% menjadi 50%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar